Saya takjub ketika membaca Les Miserables karya Victor Hugo, salah
satu novel terbaik sepanjang masa. Penggambaran watak tokohnya amat
detail dan konfliknya begitu memikat. Pengalaman itu mengajarkan
paling tidak dua hal. Pertama, kerendahan hati: kecil sekali
kemungkinannya saya mampu menggarap karya seelok itu. Kedua,
meningkatkan citarasa sastrawi, membuat saya ingin membaca lebih
banyak adikarya lainnya.
Yesaya mengalami hal yang jauh lebih hebat dari membaca novel
adikarya: ia memandang kemuliaan Tuhan! Dan, pengalaman dahsyat itu
mengubah hidupnya secara radikal. Menyaksikan kemuliaan Tuhan Yang
Mahakudus, segera ia tersadar akan kenajisannya sebagai makhluk
berdosa (ayat 5). Syukurlah, kemuliaan Tuhan itu sekaligus menjadi
jawaban bagi keberdosaannya: perjumpaan ilahi itu menyucikan dirinya
(ayat 6-7). Berbekal pengudusan dan kerendahan hati, Yesaya pun siap
menjadi utusan Tuhan (ayat 8), menjalankan amanat yang Dia berikan
(ayat 9-13).
Bagaimana kita melawan dosa? Cobalah membaca satu atau beberapa ayat
yang memaparkan kemuliaan Tuhan. Hapalkanlah. Renungkanlah.
Yakinilah kebenarannya. Biarlah Firman itu memenuhi pikiran dan hati
kita. Mintalah pertolongan Roh Kudus untuk mengingatnya kembali di
tengah kesibukan sehari-hari dan memunculkan ide untuk
menerapkannya. Firman itu akan meningkatkan citarasa rohani kita;
menguatkan kita untuk menepiskan tipu daya dosa; membuat kita lebih
merindukan kemuliaan Tuhan daripada kesenangan duniawi; kemudian,
siap menjadi utusan-Nya. --ARS
PERJUMPAAN DENGAN KEMULIAAN TUHAN MELEMAHKAN DAYA PIKAT DOSA DALAM HIDUP KITA.
Yesaya 6
0 comments:
Post a Comment