Sunday 17 February 2013

PEJABAT GEREJAWI


Hakekat jemaat
      Hakekat jemaat dapat dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif abstrak dan empirik. Secara abstrak jemaat adalah suatu persekutuan antara Yesus Kristus dengan orang-orang yang percaya kepadaNya. Persekutuan ini dilukiskan dengan ragam metafora seperti jemaat sebagai satu tubuh dengan banyak anggota dan Yesus Kristus adalah kepala, jemaat sebagai mempelai perempuan yang akan bersatu dengan Yesus Kristus sebagai mempelai laki-laki, jemaat sebagai batu-batu hidup yang tersusun menjadi sebuah bangunan dan Yesus Kristus adalah Batu Penjurunya, dan jemaat sebagai carang-carang anggur dan Yesus Kristus adalah pokoknya.  Dari ragam metafora ini hal yang mau ditekankan adalah ‘kesatuan’ antara Yesus Kristus dengan ‘jemaat’-Nya. Kesatuan ini bukan hasil usaha anggota-anggota jemaat itu sendiri. Bukan mereka yang menciptakannya. Tetapi kesatuan itu merupakan hasil karya Tuhan di dalam Yesus Kritus yang telah menyerahkan diriNya untuk mati dan bangkit demi menebus dosa-dosa manusia.

      Di dalam Perjanjian Baru jemaat disebut dengan istilah ‘ekklesia’. Istilah ini diambil alih dari dunia Yunani yang berarti: perkumpulan rakyat (demos) di kota-kota. Namun ketika jemaat kristen awal memakai istilah ‘ekklesia’ untuk menyebut diri mereka maka yang dimakudkan adalah ‘ekklesia tou Theou’ yang artinya ‘Umat Tuhan’ yaitu mereka yang oleh karena kasih karunia Allah dan oleh kuasa Roh Kudus bersekutu untuk bersaksi dan melayani di tengah-tengah dunia di mana mereka berada. Inti kesaksian mereka adalah Tuhan itu sangat mengasihi manusia yang berdosa dan rela berkorban untuk menyelamatkan mereka, seperti yang telah dilakukan di dalam Yesus Kristus. Sementara pelayanan mereka berintikan pelayanan cinta kasih kepada semua orang dengan teladan pelayanan Yesus Kristus.

      Secara empirik hakekat jemaat adalah sebuah perkumpulan orang-orang yang mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Perkumpulan ini mempunyai sistemnya tersendiri yang mengatur bagaimana mereka harus berhubungan satu dengan yang lain dan bagaimana mereka harus menjalankan visi dan misi perkumpulan mereka. Dalam hal inilah dikenal sistem organisasi kegerejaan dan struktur kepemimpinan yang berlaku di dalam gereja.

      Keberadaan dan tanggung jawab para pelayan jemaat dapat dipahami dari dua perspektif ini. Secara abstrak jemaat adalah ‘tubuh Kristus’ dan para  pelayan jemaat adalah ‘anggota-anggota tubuh’ yang memiliki fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing serta saling melengkapi satu dengan yang lain. Secara empirik jemaat adalah bagian dari masyarakat luas yang memiliki identitasnya sendiri melalui sistem organisasinya, sistem kepercayaannya, dan pengalaman-pengalaman imannya. Sedangkan para pelayan jemaat adalah orang-orang yang dipilih dan ditetapkan untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan jemaat itu; baik secara abstrak maupun secara empirik. Itulah sebabnya ada orang yang mengatakan bahwa para pelayan jemaat adalah “Pengatur Rumah Allah”.

      Dari uraian singkat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jemaat adalah wujud kehadiran Yesus Kristus di tengah dunia melalui orang-orang yang percaya kepadaNya dan bersaksi tentang kasihNya bagi semua manusia serta melayani semua orang yang membutuhkan belas kasih, keadilan, dan kedamaian. Untuk mengatur kehadiran mereka diperlukan sebuah sistem yang disebut ‘penatalayanan jemaat’ dan untuk memimpin persekutuan, kesaksian dan pelayanan mereka maka dipilih dan ditetapkanlah para ‘pelayan jemaat’. Karena itu keberadaan dan fungsi para pelayan jemaat harus dipahami dalam konteks hakekat jemaat sebagai “Tubuh Kristus”dan arti kehadirannya di tengah dunia untuk memberitakan tanda-tanda Kerajaan Allah yaitu kasih, keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.

Pelayan-Pelayan Jemaat.

      Dalam tradisi gereja-gereja aliran reformatoris  dikenal dan dikembangkan  konsep ‘imamat am’ orang percaya. Konsep ini didasarkan pada tulisan rasul Petrus yang berkata: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.”  Interpretasi gereja-gereja reformatoris terhadap ayat ini mengatakan bahwa pada dasarnya semua orang percaya adalah pelayan jemaat yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam persekutuan (koinonia), kesaksian (marturia), dan pelayanan (diakonia). Hal ini agak berbeda dengan konsep imamat dalam Perjanjian lama yang mengatakan bahwa hanya mereka yang berasal dari keturunan Lewi yang berhak dan wajib untuk menjadi pelayan di rumah Tuhan (baca: Imam).

      Namun demikian berdasarkan ajaran-ajaran rasul Paulus di dalam surat-suratnya gereja-gereja aliran reformatoris mengenal apa yang disebut ‘pelayan khusus’ yaitu mereka yang dipilih dan ditetapkan oleh Yesus Kristus melalui jemaatNya untuk memimpin, mengajar, dan menggembalakan jemaat. Menurut DR. J.L. Ch. Abineno para pelayan khusus ini dipilih dan ditetapkan bukan pertama-tama karena mereka mempunyai kedudukan istimewa dan kelebihan dibandingkan dengan yang lain, tetapi terutama karena sebagai anggota-anggota jemaat mereka diperkenankan oleh Yesus Kristus sendiri sebagai Kepala Gereja untuk melayani Dia di dalam jemaatNya. Oleh sebab itu kedudukan mereka pada dasarnya adalah sama dengan anggota-anggota jemaat pada umumnya. Antara mereka dengan jemaat kebanyakan tidak ada perbedaan kualitatif. Apalagi keterpilihan dan penetapan mereka sebagai pelayan khusus semata-mata adalah karena karunia Allah.

      Jadi berdasarkan konsep imamat am orang percaya semua anggota jemaat adalah ‘pelayan’ dan dari antara mereka dipilih dan ditetapkan beberapa orang untuk memimpin penyelenggaraan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian mereka semua sebagai jemaat. Berikut kita akan melihat sejarah perkembangan pelayan-pelayan khusus dalam gereja.

a.       Pelayan-pelayan jemaat dalam Perjanjian Baru.

Menurut kesaksian Perjanjian Baru pelayan-pelayan khusus jemaat terdiri dari:

Ø  Apostolos’ atau rasul, yaitu mereka yang menjadi saksi mata langsung akan kehidupan, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Gereja sepanjang masa memegang tradisi bahwa jabatan rasul ada pada murid-murid Yesus Kristus – kecuali Yudas Iskariot – dan ditambah dengan Paulus.  

Ø  ‘Presbiteros’ atau penatua, yaitu mereka yang dipilih oleh para rasul dan jemaat untuk menjadi “tua-tua” jemaat. Presbiteros ini terutama dikenal dalam jemaat-jemaat Perjanjian Baru  yang berlatar belakang Yahudi.

Ø  Episkopos’ atau penilik, yaitu mereka yang memiliki fungsi yang sama dengan para penatua tetapi terutama lebih dikenal dalam jemaat-jemaat yang berlatar belakang non Yahudi. Salah satu penilik jemaat dalam Perjanjian Baru yang masih muda tetapi sangat diandalkan oleh Paulus adalah Timotius.

Ø  Diakonos’ atau diaken, yaitu mereka yang memiliki fungsi yang hampir sama dengan penatua dan penilik jemaat namun lebih dikhususkan bagi pelayanan terhadap orang-orang miskin dan orang-orang sakit.

b.      Pelayan-pelayan jemaat dalam Gereja Kontemporer.

Di dalam gereja-gereja aliran reformatoris dikenal empat jenis pelayanan yaitu pelayanan para Pelayan Firman, pelayanan pengajaran pokok-pokok iman, pelayanan perkunjungan pastoral, dan pelayanan orang miskin. Sehubungan dengan empat jenis pelayanan tersebut dikenal pelayan-pelayan khusus sbb:

Ø  Pendeta yaitu mereka ditahbiskan untuk memimpin ibadah dan melayani sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus.

Ø  Pengajar yaitu mereka yang dididik di universitas tentang pokok-pokok iman Kristen dan bertanggung jawab atas katekisasi jemaat dan khotbah dalam ibadah jemaat.

Ø  Penginjil yaitu mereka yang diutus ke daerah-daerah penginjilan untuk menyebarkan iman Kristen.

Ø  Presbiter atau penatua yaitu mereka yang bertugas untuk memimpin jemaat dan mengatur serta mengadakan perkunjungan jemaat. Selain itu para presbiter atau penatua diminta untuk mendampingi pendeta dalam ibadah, pelayanan sakramen dan mengantar para pengajar ke mimbar untuk berkhotbah.

Ø  Diaken yaitu mereka yang bertugas untuk melayani anggota jemaat yang sedang mengalami kesusahan atau kesulitan karena dukacita oleh kematian, kemiskinan, dan yatim piatu. Selain itu, diaken bersama dengan penatua diminta juga untuk mendampingi pendeta dalam ibadah, pelayanan sakramen, dan  bersama penatua melaksanakan perkunjungan jemaat.



      Salah satu karaketeristik gereja reformatoris rumpun Calvinis adalah sifat presbiterialnya.  Disebagian kalangan gereja aliran reformis ini menyederhanakan ragam pelayan dengan menyebut tiga jabatan yaitu Pendeta, Penatua, dan Diaken. Sehingga dengan demikian saat ini tidak dikenal lagi jabatan Guru Jemaat dan Penginjil. Namun demikian bukan berarti segi pengajaran dan penginjilan ikut hilang dari kehidupan jemaat-jemaat,  Melainkan segi pelayanan itu dilaksanakan secara kolektif oleh pendeta, penatua, dan diaken dalam kebersamaan dengan unur-unsur pelayan dan pelayanan lainnya yang ada.


Dr. J.L. Ch. Abineno., Jemaat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.

DR. A. N. Hendriks, Pengatur Rumah Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991.

Th. Van den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Dr. C. Barth, Theologia Perjanjian Lama I. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988.,
 

0 comments:

Berlangganan

FeedLangganan Artikel by Email ?

» Cek Email Anda untuk konfirmasi berlangganan

Matius 11:28-30

TA'ALAU ILAYYA ya jami'al-mut'abina wats-tsaqilil-ahmal, wa Ana urihukum. Ihmilu niri 'alaikum wa ta'allamu minni, li-anni wadi'un wa mutawadhi'ul-qalb, fa-tajidu rahatan li-nufusikum. Li-anna niri hayyinun wa himli khafif ” (Matius 11:28-30) COME TO ME, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke upon you and learn from me, for I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy and my burden is light).” (Matius 11:28-30) MARILAH KEPADA-KU, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan..” (Matius 11:28-30) Dào wǒ zhèlǐ lái, nǐ shuí shì láokǔ dān zhòngdàn de, wǒ jiù shǐ nǐmen dé ānxí. Jiù ná wǒ de è, nǐ xué wǒ, yīnwèi wǒ shì wēnróu qiānbēi de xīnzàng hé línghún huì fāxiàn xiūxí. Yīnwèi wǒ de è shì róngyì de, wǒ de dànzi shì qīng. Komt tot Mij, allen die vermoeid en belast zijt, en Ik zal u rust geven. Neem mijn juk op u en leert van Mij, want Ik ben zachtmoedig en nederig van hart en ziel rust vinden. Voor mijn juk is zacht en mijn last is licht. Matteüs 11: 28-30 He, para wong kang kesayahan lan kamomotan, padha mrenea, Aku bakal gawe ayemmu. Pasanganku padha tampanana ing pundhakmu lan padha nggegurua marang Aku, awit Aku iki alus lan lembah manah, satemah kowe bakal padha oleh ayeming nyawamu, Amargo pasanganKu iku kepenak lan momotanku iku entheng. Subete wa anata ga tsukareta to futan-shadeari, watashi wa anata ga yasuma sete ageyou, watashi ni kimasu. Anata ni watashi no ku-biki o toru to, watashi wa nokori no bubun o mitsukeru no kokoro to tamashī ni yasashiku, kenkyona omoi no tame ni, watashi kara manabimasu. Watashi no ku-biki wa oi yasuku, watashi no ni wa karuikaradesu. Hãy đến với tôi, tất cả các bạn những kẻ mệt mỏi và gánh nặng, Ta sẽ cho các ngươi được yên nghỉ. Hãy mang lấy ách của ta và học hỏi từ tôi, vì tôi hiền lành và khiêm nhường trong lòng và tâm hồn sẽ được nghỉ ngơi. Vì ách ta dễ chịu và gánh ta nhẹ nhàng.