Ayat bacaan: Lukas 18:1
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”
Kegigihan seorang anak dalam meminta sesuatu kepada orang tuanya seringkali cepat membuat para orang tua luluh. Mungkin hari ini permintaan belum dikabulkan, mungkin besok pun belum, tapi ketika si anak meminta dengan baik-baik dan tidak jemu-jemu, hati orang tua akan luluh cepat atau lambat. Begitu sayangnya kepada anak, orang tua biasanya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengabulkan permintaan anaknya meski mungkin berada di luar kemampuannya. Apalagi jika kebutuhan si anak merupakan sesuatu yang penting, tentu orang tua akan lebih mati-matian lagi berusaha memenuhinya. Seorang teman pernah bercerita bahwa kegigihan dalam meminta sungguh memegang peranan penting. Dulu di saat ia kecil ia merasakan hal ini, kini setelah ia mempunyai anak, hal yang sama ia rasakan dalam posisi yang berbeda. “Tidak tega rasanya melihat mereka meminta dengan wajah polos mereka yang penuh harap” katanya.
Dalam menghadapi masalah, seberapa besar kesabaran kita untuk berharap pada Tuhan? Seringkali ketidaksabaran ini menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk menikmati janji-janji Tuhan. Awalnya mungkin kita terus berdoa dengan rajin, tapi ketika jawaban tidak kunjung datang secepat yang kita kehendaki, intensitas doa pun menurun, bahkan mungkin pada satu saat berhenti total. Sebagian orang akan segera mencari alternatif-alternatif lain akibat merasa kecewa kepada Tuhan. Mereka tidak mampu menerima kenyataan bahwa waktunya Tuhan yang terbaik, dan Tuhan sudah berjanji untuk sediakan segala yang terbaik itu kepada kita semua. Waktu yang terbaik yang kita anggap benar hanyalah berpusat pada pandangan kita pribadi, bukan lagi waktunya Tuhan. Sebagian orang malah hanya menganggap doa seperti mengirim paket permintaan semata. Ada perlu baru berdoa, jika semua berjalan sesuai keinginan, maka doa pun tidak dibutuhkan lagi. Padahal doa merupakan sarana bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan. Semakin rajin kita berdoa, hubungan kita akan semakin dekat, kita pun akan semakin peka terhadap suaraNya.
Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan menarik mengenai ketekunan berdoa daalm Lukas 18:1-8. Mengambil perumpamaan tentang seorang janda, sosok yang lemah dan sering digambarkan sebagai figur yang tertindas dan diperlakukan tidak adil di dalam Alkitab, dan seorang hakim yang lalim. Dalam kisah ini, si janda diceritakan terus memohon kepada hakim lalim agar haknya dibela. (ay 3). Sementara si hakim bukanlah orang yang takut akan Tuhan, dan sikapnya tidak menghormati siapapun. Sesuai dengan gambaran pribadi si hakim, sudah tentu ia menolak permohonan janda ini. Tapi lihatlah janda itu tidak jemu-jemu mendatanginya dan memohon, ia pun kemudian luluh dan membenarkan si janda. Dan Yesus pun berkata, “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!” (ay 6). Jika hakim yang lalim saja bisa luluh terhadap permohonan tidak jemu-jemu, dan pada akhirnya mau mengabulkan permintaan si janda, masakan Tuhan yang begitu penuh kasih setia, begitu mengasihi kita manusia ciptaanNya sendiri tidak mendengarkan seruan kita?“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (ay 7). Tuhan yang penuh kasih dan adil akan selalu membenarkan anak-anakNya yang siang dan malam berseru kepadaNya dengan tidak jemu-jemu! Dia tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menolong kita!
Janji Tuhan akan selalu ditepati. Yang jadi masalah seringkali kita memandang hanya berdasarkan apa yang terbaik menurut kita sendiri saja, bukan kepada apa yang terbaik menurut Tuhan. “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”(Pengkotbah 3:11). Apa yang Tuhan Yesus ajarkan lewat perumpamaan tadi begitu jelas. “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”(Lukas 18:1). Yesus mengajarkan bagaimana kuasa doa, bagaimana kita sebagai anak-anak Allah sebaiknya terus berdoa siang dan malam dengan tidak jemu-jemu, tanpa putus asa. Paulus dalam beberapa kesempatan menunjuk pada doa yang terus dilakukan siang dan malam dengan sungguh-sungguh. Salah satu contoh adalah ketika Paulus menyatakan betapa ia terus berdoa siang dan malam dalam kerinduan untuk bertemu dengan para jemaat di Tesalonika dan melayani mereka. (1 Tesalonika 3:10).
Berdoa dengan tidak jemu-jemu, doa yang dipanjatkan terus menerus siang dan malam bukanlah berarti doa harus terus kita ulang-ulang atau bertele-tele. Hal berdoa diajarkan dengan jelas oleh Yesus sendiri dalam Matius 6:5-15. Bukan karena banyaknya kata-kata, keindahan rangkaian kata dalam doa, tapi doa yang disertai iman lah yang penting. Bukan pula doa yang hanya dilakukan karena ada permintaan dan kebutuhan, menjadikan doa sebagai paket permintaan, tapi dasarkan doa sebagai sarana bagi kita untuk membina keintiman hubungan dengan Tuhan. Sejauh mana kita mampu bergantung dan mau mengandalkan Tuhan, itu bisa terlihat dari kesetiaan kita dalam berdoa. Dalam Roma kita diingatkan agar senantiasa “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12:12). Bertekun dalam doa, tidak jemu-jemu, siang dan malam, tidak akan pernah sia-sia. Ada kalanya jawaban Tuhan tidak akan segera datang. Mungkin waktunya belum tepat, mungkin Tuhan ingin menguji keteguhan dan ketekunan kita, tapi pada saatnya, Tuhan akan menolong dan memberkati kita sesuai janji-janjiNya. Itu pasti. Karena itu, hindarilah ketidaksabaran yang bisa mengarahkan kita kepada rupa-rupa kesesatan ketika kita memilih untuk mencari alternatif atau jalan pintas yang bisa membinasakan. Adalah jauh lebih penting untuk membina hubungan karib dengan Tuhan, dan sarana untuk itu adalah melalui doa. Bertekunlah berdoa. Jangan jemu-jemu. “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.“ (Ibrani 10:23).
24WORSHIP.COM
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”
Kegigihan seorang anak dalam meminta sesuatu kepada orang tuanya seringkali cepat membuat para orang tua luluh. Mungkin hari ini permintaan belum dikabulkan, mungkin besok pun belum, tapi ketika si anak meminta dengan baik-baik dan tidak jemu-jemu, hati orang tua akan luluh cepat atau lambat. Begitu sayangnya kepada anak, orang tua biasanya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengabulkan permintaan anaknya meski mungkin berada di luar kemampuannya. Apalagi jika kebutuhan si anak merupakan sesuatu yang penting, tentu orang tua akan lebih mati-matian lagi berusaha memenuhinya. Seorang teman pernah bercerita bahwa kegigihan dalam meminta sungguh memegang peranan penting. Dulu di saat ia kecil ia merasakan hal ini, kini setelah ia mempunyai anak, hal yang sama ia rasakan dalam posisi yang berbeda. “Tidak tega rasanya melihat mereka meminta dengan wajah polos mereka yang penuh harap” katanya.
Dalam menghadapi masalah, seberapa besar kesabaran kita untuk berharap pada Tuhan? Seringkali ketidaksabaran ini menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk menikmati janji-janji Tuhan. Awalnya mungkin kita terus berdoa dengan rajin, tapi ketika jawaban tidak kunjung datang secepat yang kita kehendaki, intensitas doa pun menurun, bahkan mungkin pada satu saat berhenti total. Sebagian orang akan segera mencari alternatif-alternatif lain akibat merasa kecewa kepada Tuhan. Mereka tidak mampu menerima kenyataan bahwa waktunya Tuhan yang terbaik, dan Tuhan sudah berjanji untuk sediakan segala yang terbaik itu kepada kita semua. Waktu yang terbaik yang kita anggap benar hanyalah berpusat pada pandangan kita pribadi, bukan lagi waktunya Tuhan. Sebagian orang malah hanya menganggap doa seperti mengirim paket permintaan semata. Ada perlu baru berdoa, jika semua berjalan sesuai keinginan, maka doa pun tidak dibutuhkan lagi. Padahal doa merupakan sarana bagi kita untuk berhubungan dengan Tuhan. Semakin rajin kita berdoa, hubungan kita akan semakin dekat, kita pun akan semakin peka terhadap suaraNya.
Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan menarik mengenai ketekunan berdoa daalm Lukas 18:1-8. Mengambil perumpamaan tentang seorang janda, sosok yang lemah dan sering digambarkan sebagai figur yang tertindas dan diperlakukan tidak adil di dalam Alkitab, dan seorang hakim yang lalim. Dalam kisah ini, si janda diceritakan terus memohon kepada hakim lalim agar haknya dibela. (ay 3). Sementara si hakim bukanlah orang yang takut akan Tuhan, dan sikapnya tidak menghormati siapapun. Sesuai dengan gambaran pribadi si hakim, sudah tentu ia menolak permohonan janda ini. Tapi lihatlah janda itu tidak jemu-jemu mendatanginya dan memohon, ia pun kemudian luluh dan membenarkan si janda. Dan Yesus pun berkata, “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!” (ay 6). Jika hakim yang lalim saja bisa luluh terhadap permohonan tidak jemu-jemu, dan pada akhirnya mau mengabulkan permintaan si janda, masakan Tuhan yang begitu penuh kasih setia, begitu mengasihi kita manusia ciptaanNya sendiri tidak mendengarkan seruan kita?“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (ay 7). Tuhan yang penuh kasih dan adil akan selalu membenarkan anak-anakNya yang siang dan malam berseru kepadaNya dengan tidak jemu-jemu! Dia tidak akan mengulur-ulur waktu untuk menolong kita!
Janji Tuhan akan selalu ditepati. Yang jadi masalah seringkali kita memandang hanya berdasarkan apa yang terbaik menurut kita sendiri saja, bukan kepada apa yang terbaik menurut Tuhan. “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”(Pengkotbah 3:11). Apa yang Tuhan Yesus ajarkan lewat perumpamaan tadi begitu jelas. “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”(Lukas 18:1). Yesus mengajarkan bagaimana kuasa doa, bagaimana kita sebagai anak-anak Allah sebaiknya terus berdoa siang dan malam dengan tidak jemu-jemu, tanpa putus asa. Paulus dalam beberapa kesempatan menunjuk pada doa yang terus dilakukan siang dan malam dengan sungguh-sungguh. Salah satu contoh adalah ketika Paulus menyatakan betapa ia terus berdoa siang dan malam dalam kerinduan untuk bertemu dengan para jemaat di Tesalonika dan melayani mereka. (1 Tesalonika 3:10).
Berdoa dengan tidak jemu-jemu, doa yang dipanjatkan terus menerus siang dan malam bukanlah berarti doa harus terus kita ulang-ulang atau bertele-tele. Hal berdoa diajarkan dengan jelas oleh Yesus sendiri dalam Matius 6:5-15. Bukan karena banyaknya kata-kata, keindahan rangkaian kata dalam doa, tapi doa yang disertai iman lah yang penting. Bukan pula doa yang hanya dilakukan karena ada permintaan dan kebutuhan, menjadikan doa sebagai paket permintaan, tapi dasarkan doa sebagai sarana bagi kita untuk membina keintiman hubungan dengan Tuhan. Sejauh mana kita mampu bergantung dan mau mengandalkan Tuhan, itu bisa terlihat dari kesetiaan kita dalam berdoa. Dalam Roma kita diingatkan agar senantiasa “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12:12). Bertekun dalam doa, tidak jemu-jemu, siang dan malam, tidak akan pernah sia-sia. Ada kalanya jawaban Tuhan tidak akan segera datang. Mungkin waktunya belum tepat, mungkin Tuhan ingin menguji keteguhan dan ketekunan kita, tapi pada saatnya, Tuhan akan menolong dan memberkati kita sesuai janji-janjiNya. Itu pasti. Karena itu, hindarilah ketidaksabaran yang bisa mengarahkan kita kepada rupa-rupa kesesatan ketika kita memilih untuk mencari alternatif atau jalan pintas yang bisa membinasakan. Adalah jauh lebih penting untuk membina hubungan karib dengan Tuhan, dan sarana untuk itu adalah melalui doa. Bertekunlah berdoa. Jangan jemu-jemu. “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.“ (Ibrani 10:23).
24WORSHIP.COM