Monday, 8 June 2015

PERPULUHAN DAN PERSEMBAHAN



Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. ( Amsal 3:9-10)

Hendaklah masing-masing memberikan (persembahan persepuluhan atau semua jenis persembahan yang lain) menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)

Ayat diatas sering dikutip, dalam hal memberi persembahan di Gereja-gereja.
Persembahan persepuluhan menjadi perbincangan yang menarik, karena banyak hal seputar persembahan ini yang masih menjadi tanda tanya. Misalnya, tatkala kita mempertanyakan wajib atau tidaknya memberikan persembahan persepuluhan, atau sepersepuluh dari penghasilan yang mana.

kita harus memahami apa sebenarnya makna persembahan menurut iman Kristen kita.

Pertama : Persembahan adalah tanda pengakuan
Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa tubuh, jiwa, dan roh serta segala yang ada pada kita adalah berasal dari Tuhan dan pada hakikatnya milik Tuhan. Diri kita dan seluruh harta kita seratus persen adalah milik Tuhan yang dipercayakanNya kepada kita untuk kita kelola dan nikmati sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kita pertanggungjawabkan kepadaNya (Matius 25:14-30). Sebagian dari apa yang ada itu kita potong (dengan sadar dan sengaja) dan kita kembalikan lagi kepada Tuhan dalam ibadah sebagai tanda pengakuan kita bahwa diri dan segala kekayaan kita berasal dari Tuhan dan pada dasarnya milik Tuhan.
Tradisi Israel kuna menyebutkan jumlah yang harus kita potong untuk diserahkan sebagai persembahan itu adalah sepuluh persen dari hasil panen dan ternak, sebab itulah disebut persepuluhan. Pada awalnya berbentuk natura kemudian dapat digantikan dengan uang. Sebenarnya bukan jumlah pemberian sepuluh persen itu yang pokok, sebab seperti dikatakan di atas hidup kita seratus persen adalah pemberian dan milik Tuhan. Satu lagi: Tuhan adalah Pemilik kehidupan dan Dia sama sekali tidak tergantung kepada pemberian kita (Mazmur 50). Lagi pula Tuhan itu maha baik dan maha pemurah, Dia mengasihi kita dan bahkan memberikan AnakNya yang tunggal kepada kita (Yohanes 3:16). Lantas apa makna persepuluhan itu? Dengan mengembalikan sepersepuluh atau 10% dari penghasilan dan kekayaan pemberian Tuhan kita mau melatih dan mendisiplinkan diri kita mengaku bahwa Tuhanlah yang empunya hidup kita. Artinya: kita mau belajar memberikan persembahan secara tetap dan teratur, tidak tergantung mood atau suasana hati, juga situasi dan kondisi ekonomi. Ini baik dalam rangka melatih iman.




Kedua:persembahan tanda syukur dan terima kasih.
Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa kita sudah menerima sangat banyak kebajikan dan kemurahan Tuhan. Sebagian kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda syukur atau ucapan terimakasih. Sebab itu kita memberikannya dengan penuh sukacita dan ikhlas! Persembahan sebab itu adalah respons atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan adalah respons karena dan bukan syarat supaya mendapatkan berkat Allah! Persembahan termasuk persepuluhan bukanlah situmulans untuk merangsang kebajikan Allah namun respon orang beriman terhadap kebajikan Allah.
Sebab itu Maleakhi 3:10 juga harus dipahami bukan sebagai perintah Tuhan untuk memaksa kita memberi “upeti” kepadaNya, tetapi lebih sebagai seruan Tuhan agar kita percaya kepadaNya bahwa Dia baik dan setia serta selalu mencurahkan segala berkatNya. Kita tidak sedang bernegosiasi bisnis dengan Tuhan. Tanpa disogok, atau diberi persembahan pun, Tuhan Allah tetap baik dan setia, serta melimpahkan rahmatNya kepada kita. Namun sebagai orang-orang beriman tentu kita pantas bersyukur. Salah satu ungkapan syukur itu adalah memberi persembahan persepuluhan. Atau: persembahan mingguan, bulanan, atau tahunan. Sebagai persembahan syukur gereja tentu tidak perlu mematok jumlahnya. Jika kita mau komit (tanpa diperintah oleh siapapun) memberikan 10% dari penghasilan kita baik-baik dan sah-sah saja. Jika kita menetapkan kurang atau lebih juga baik dan sah. Ingat: Tuhan tidak membutuhkan belas kasihan umatNya. Sebaliknya Dialah yang berbelas kasih kepada umatNya. Karena itulah doa persembahan selalu berbunyi: Siapakah kami ini sehingga dapat memberi kepadaMu?

Ketiga: tanda kasih dan kemurahan hati.
Yesus Kristus sudah memberikan diriNya kepada kita, menderita dan berkorban bagi kita. Sebab itu kita juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesama kita. Sebagaimana Kristus rela memecah-mecah tubuh dan mencurahkan darahNya untuk umat yang dikasihiNya, kita juga mau memecah-mecah roti dan berkat kehidupan untuk sesama. Ketika memberi persembahan kita sekaligus mau mengingatkan diri kita dan membaharui komitmen/ janji kita untuk selalu memberi, berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus, Tuhan kita. (I Yoh 3:16-18).
Tidak ada patokan yang mengatakan bahwa persembahan persepuluhan harus ditujukan kepada gereja sebagai organisasi. Persembahan persepuluhan juga bisa diberikan kepada orang-orang miskin, lembaga sosial dan kemanusiaan. Yang penting di sini adalah persembahan persepuluhan itu adalah juga sekaligus tanda komitmen solidaritas dan cinta kasih kita kepada saudara-saudara Tuhan yang miskin, sakit, menderita dan terabaikan. Apa yang kita berikan kepada saudara-saudara Yesus yang miskin sama artinya dengan memberikannya kepada Tuhan. Sebab itu DS dan kita silahkan saja tentukan kemana hendak menyalurkan komitmen persepuluhannya. Bisa utuh kepada gereja, lembaga sosial dan kemanusiaan, atau dibagi-bagi. Jika menyampaikannya kepada gereja bisa juga tentukan persembahan persepuluhan secara spesifik ditujukan untuk pelayanan dibidang apa: diakoni, kesaksian, pembangunan, sekolah minggu dan lain-lain.

Keempat: tanda iman atau kepercayaan
Kita percaya bahwa Tuhan mencukupkan kebutuhan kita dan menjamin masa depan kita. Sebab itu kita tidak perlu kuatir atau kikir. Dengan memberi persembahan kita mau mengatakan kepada diri kita bahwa kita tidak takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Persembahan adalah tanda iman kita kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Sebab itu kita memberi persembahan tidak hanya di masa kelimpahan tetapi juga di masa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun juga saat miskin. (Lih. Flp 4:17-19, II Kor 9:8).
Dengan memberikan persembahan, termasuk persepuluhan, termasuk di saat kita miskin atau kekurangan, kita sebenarnya mau melatih diri kita tetap beriman kepada Tuhan. Bahwa dengan memberikan sepersepuluh dari penghasilan kita maka kita tidak akan jatuh semakin miskin atau mati kelaparan. Di sini tentu saja kita harus kritis. Seandainya karena satu atau lain hal kita “gagal” memberikan persembahan perpuluhan kita juga tidak perlu merasa berdosa. Tuhan tidak pernah menuntut apa-apa dari kita. Dia sangat mengasihi kita. Namun, sebaliknya kita harus juga hati-hati, sebab kita juga bisa jatuh dalam sikap pembenaran diri, bermain-main atau seenaknya saja dalam memberi persembahan. Dan hal itu tidak baik bagi perkembangan jiwa kita. Kita harus belajar bertumbuh dan semakin dewasa dalam iman. 

Ada ilustrasi yang mungkin lebih mudah dipahami mengapa kita  perlu  bersyukur atas berkat yang sudah kita terima (berkaitan dengan persembahan )

CERITA TENTANG SEORANG MITRA BISNIS YANG MURAH HATI

Suatu hari, seseorang yang sangat kaya sedang berjalan-jalan. Dalam perjalanan, ia melihat seorang pengemis di sisi jalan. Orang kaya tersebut melihat dengan belas kasih kepada si pengemis dan berkata, "Bagaimana engkau menjadi seorang pengemis?”
Pengemis tersebut menjawab, "Pak, saya telah melamar pekerjaan selama setahun tetapi belum mendapatkan satu pun. Anda terlihat seperti orang kaya. Pak, jika Anda memberikan saya pekerjaan, saya akan berhenti mengemis."
Orang kaya tersebut tersenyum dan berkata, "Saya ingin membantu Anda. Namun, saya tidak akan memberikan Anda pekerjaan. Saya akan memberikan Anda sesuatu yang lebih baik. Saya ingin menjadikan Anda mitra bisnis saya. Mari memulai usaha bersama."
Si pengemis berkedip. Ia tidak mengerti apa maksud perkataan orang tersebut. "Apa maksud Anda, Pak?"
Orang kaya itu berkata, "Saya memiliki sawah untuk menanam padi. Anda bisa menjual beras di pasar. Saya akan menyediakan kantung berasnya. Saya akan membayar sewa untuk kios di pasar. Saya bahkan akan memberikan Anda uang makan setiap hari selama 30 hari. Yang harus Anda lakukan hanyalah menjual beras saya. Dan setiap akhir bulan, sebagai Mitra Bisnis, kita akan membagi hasil keuntungan."
Air mata sukacita mengalir dari pipi orang tersebut. "Pak, Anda sungguh karunia dari surga. Anda adalah jawaban untuk doa saya. Terima kasih, terima kasih, terima kasih!" Ia berhenti sebentar, lalu bertanya, "Pak, bagaimana kita membagi hasilnya? Apakah saya menyimpan 10% dan Anda mendapatkan 90% ? Atau saya 5% dan Anda 95%? Saya akan bahagia dengan apapun pembagiannya."
Orang kaya tersebut tertawa dan menggelengkan kepada, "Tidak, saya hanya ingin Anda memberikan 10% kepada saya. Dan Anda menyimpan 90% keuntungannya."
Sejenak, pengemis tersebut tidak bisa berbicara. Hal ini terlalu mengagetkan. Dan orang kaya tersebut tertawa lebih keras. Ia menjelaskan, "Aku tidak membutuhkan uang, temanku. Saya sudah kaya melebihi apa yang Anda bayangkan. Saya ingin Anda memberikan saya 10% dari keuntunganmu sehingga Anda bisa bertumbuh dalam kesetiaan dan rasa syukur."
Pengemis tersebut berlutut di hadapan penolongnya dan berkata, "Ya, Pak, saya akan melakukan apa yang Anda katakan. Bahkan sekarang, saya sangat bersyukur untuk apa yang telah Anda lakukan bagi saya!"
Dan begitulah yang terjadi……...
IA LUPA DARI MANA BERKAT TERSEBUT BERASAL
Setiap hari, si pengemis—sekarang berpakaian dengan lebih baik—menjalankan sebuah toko beras di pasar. Ia bekerja dengan sangat giat. Ia bangun pagi-pagi dan tidur larut malam. Dan penjualannya meningkat cepat, karena beras tersebut adalah beras berkualitas terbaik. Dan setelah 30 hari, keuntungannya sangat mencengangkan.
Di akhir bulan, sementara mantan pengemis tersebut menghitung uangnya, dan sangat menyukai perasaan memegang uang di tangannya, sebuah ide muncul di pikirannya. Ia berkata, "Ah, mengapa saya harus memberikan 10% kepada Mitra Bisnis saya? Saya tidak melihat dia selama sebulan penuh! Sayalah yang bekerja pagi dan malam untuk bisnis ini. Saya melakukan semua pekerjaan ini! Saya layak memperoleh 100% keuntungan!"
Beberapa menit kemudian, orang kaya tersebut mengetuk pintunya untuk mengambil 10% bagiannya. Mantan pengemis tersebut membuka pintu dan berkata, "Anda tidak layak memperoleh 10%. Saya bekerja keras untuk ini. Saya layak memperoleh semuanya!" Dan ia membanting pintunya.
Jika Anda sebagai mitra bisnisnya, bagaimana perasaan Anda?
Teman-teman, inilah yang terjadi pada kita.
Saya punya pengumuman untuk Anda: Allah adalah Mitra Bisnis Anda. Dan Mitra Bisnis Anda memberikan Anda segalanya.
Allah memberikan Anda hidup—setiap saat, setiap hembusan napas, setiap detik... Allah memberikan Anda talenta—kecakapan Anda untuk berbicara, untuk mencipta, untuk menghasilkan uang... Allah memberi Anda tubuh—mata Anda, telinga Anda, mulut, tangan, kaki, dan jantung Anda... Allah memberikan Anda pikiran—imajinasi Anda, emosi Anda, nalar, emosi...
Dalam Perjanjian Lama, Mitra Bisnis Anda hanya meminta Anda memberikan 10% bagian keuntungan. Namun, saya melihat banyak orang yang tidak ingin memberikannya, karena mereka merasa mereka memiliki semua bagian yang mereka hasilkan.

Salah besar.
Beberapa orang Kristen mempercayai bahwa mereka tidak perlu memberikan persembahan atau perpuluhan karena itu adalah Hukum Perjanjian Lama. Mereka mengatakan bahwa di Perjanjian Baru, Allah mengatakan kepada kita untuk memberi sebagaimana dituntun oleh Roh Allah untuk memberi.
Saya setuju. Namun, apakah itu berarti kita seharusnya memberi kurang dari Perjanjian Lama?
Cerita sebelumnya di atas adalah versi Perjanjian Lama.
Saya akan membagikan kepada Anda versi kedua.

BEGINILAH VERSI PERJANJIAN BARU
Dalam cerita saya versi Perjanjian Baru, cerita dimulai dengan cara yang sama. Orang kaya mengatakan kepada si pengemis bahwa ia ingin berbisnis dengannya. Dan setelah si pengemis ternganga keheranan, ia bertanya, "Pak, bagaimana kita membagi keuntungan? Apakah saya menyimpan 10% dan Anda mendapat 90% bagiannya?"
Malah orang kaya tersebut akan berkata, "Berikan saja saya 10%," katanya, "Engkau tentukan seberapa banyak engkau ingin memberi kepadaku. Berikan seturut rasa syukurmu."
Coba katakan kepada saya: akankah si pengemis memberi 10% saja?
Beginilah interpretasi saya: memberi 10% adalah titik awal dari memberi dengan rasa syukur. Banyak orang berpikir bahwa 10% adalah maksimumnya. Saya tidak sependapat.

10% bagaikan seorang anak bersepeda dengan roda latihan—itu adalah untuk orang yang tidak mengerti bagaimana cara menjadi murah hati tetapi mau belajar. Dan sebagaimana Anda belajar untuk memberi 10%, Allah akan mengajarkan kepada Anda untuk memberi dengan lebih murah hati.

"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." Maleakhi 3:10)

Thursday, 4 June 2015

Tudingan Muslim Terhadap kristen




Tentang Tudingan dan Salah Paham Islam Kepada Kristen,
oleh Umar Tariqas



BINCANG-BINCANG SOAL ISU: ALKITAB-MU PALSU

“Taurat, Zabur dan Injil asli telah hilang, dan Bible kalian yang sekarang adalah kitab yang telah dikorup, dipalsu oleh manusia. Itu sebabnya Quran diturunkan kemudian oleh Allah secara langsung demi menegakkan kebenaran yang asali.”

Perhatikan! Tidak seperti isu lain, tudingan Muslim dalam perkara “Alkitabmu palsu”, sulit dicarikan ayatnya dari Quran. Muslim hanya menuduh menurut kesan-kesan dan slogan yang telah ditanamkan dalam-dalam ke hati mereka melalui sejarah dan tradisi keagamaan yang sedemikian lama. Apa yang tertanam dalam, tentu sulit dibongkar oleh tangan-tangan luar. Oleh karena itu Anda tidak perlu membuang enegri dengan adu ”jual-beli” argumentasi. Muslim bangga akan Quran mereka yang diwahyukan langsung lewat Jibril kepada nabi yang terakhir, Muhammad. Itu adalah manifesto final dari kehendak Allah untuk menggantikan Taurat dan Injil. Dimata mereka alangkah jauhnya beda otoritas Quran terhadap Bible yang dianggap ditulis dan dikumpulkan secara gado-gado oleh orang-orang yang tidak jelas silsilahnya dari pelbagai lingkar masyarakat seperti petani, nelayan, gembala, jenderal, tabib, narapidana, dsb. Baginya itu tidak lebih daripada hadis-hadis maudhu atau da’if, palsu dan jauh dari yang shahih!

Menghadapi tudingan jenis ini, Anda bisa memilih pembukaan paraphrase. Artinya, Anda mengutip-ulang tudingannya, namun dengan kata-kata Anda sendiri yang menggiring kepada suatu maksud lanjutan.

“Ya, saya terlalu sering mendengar teman Muslim berkata bahwa kitab Taurat dan Injil itu palsu, dan yang aslinya telah tiada. Lalu Allah mengkoreksinya lewat Quran, dan Muhammad gencar memperingatkan manusia tentang pemalsuan ini. Tetapi sebenarnya apa yang diperingatkan oleh Muhammad mirip dengan apa yang telah diperingatkan oleh Yesus dan rasul-rasulNya. Apakah Anda tahu akan hal ini?“

Ah, masa, apa iya?! Sensasi kali. Dan mereka akan memasang kuping lebar-lebar untuk mendengar penjelasan Anda lebih lanjut.

PENJELASAN TENTANG PEMALSUAN ALKITAB


Kita sama sekali tidak bersensasi di sini. Kita amat serius, karena Alkitab memang telah memperingati anak-anak Tuhan agar mereka jangan sampai tertipu oleh macam-macam kepalsuan yang mengatasnamakan Tuhan dan kebenaranNya! Kita akan kutip sejumlah peringatan demikian dari Alkitab tentang ajaran-ajaran dan guru-guru palsu, bahkan mesias-mesias palsu:

”Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar, dan supaya mengikut mereka.” (Kis 20:30).

”Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran- pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.” (2 Petrus 2:1).

”Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.” (Matius 24:24-25).

Atas sajian ayat-ayat di atas, teman muslim mungkin akan membantah, ”Itukan lain. Itu bukan berkenaan dengan pemalsuan Taurat dan Injil, melainkan memperingatkan adanya nabi dan guru-guru palsu dengan ajaran yang palsu.” Nah, persis seperti apa yang dibantahnya, disinilah kita membalikkan isu tuduhan mereka dengan cara yang sama, dengan pernyataan kunci Anda kepada mereka:

”Justru sesungguhnya Muhammad mengecam orang-orang Yahudi yang mengajarkan dan menyampaikan firman yang palsu. Persoalannya bukanlah Kitab Allah dari orang Yahudi, melainkan orang-orang Yahudinya yang khusus dikecam oleh Muhammad! Mari kita periksa bersama. Kita kumpulkan semua ayat Quran yang mempersoalkan ulah Yahudi terhadap keotentikan Alkitab. Total ada 11 ayat.”

Persilahkan teman Muslim untuk menyimaknya sendiri apa bentuk kecaman Muhammad yang semuanya terekam dalam 11 ayat Quran, dan tidak lebih:

Allah membenarkan apa yang ada pada bani Israil (Taurat). Janganlah mereka mengingkari dan jangan menukarkan ayat-ayatNya (QS 2:41).

Janganlah mereka mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan jangan sembunyikan kebenaran (2:42).

Segolongan mereka mengubah firman Allah setelah mengetahuinya (2:75).

Orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, tetapi mengatakan ”Ini dari Allah”, demi memperoleh keuntungan yang sedikit (2:79).

Segolongan dari mereka menyembunyikan kebenaran (2:146).

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampuradukan yang benar dengan yang batil, dan sembunyikan yang benar (3:71).

Segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab…Mereka berkata dusta terhadap Allah (3:78).

Sebagian dari orang-orang Yahudi merobah-robah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya (4:46).
Sebagian dari orang-orang Yahudi merobah-robah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya, dan melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan Allah kepada mereka (5:13).


Orang- orang Nashara melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan Allah kepada mereka (5:14).

Ahli Kitab banyak menyembunyikan isi Alkitab dan membiarkannya (5:15).

Jadi, apa persisnya substansi Alkitab yang dipersoalkan oleh Muhammad disitu? Muhammad tidak pernah mempermasalahkan Kitab yang beredar, melainkan orang-orang yang melancungkan KalimatNya dalam tutur katanya, dalam ajarannya, dan dalam otaknya karena kelupaan. Tidak ada ancaman Alkitab palsu yang dikhawatirkan atau yang diharamkan Muhammad. Ia tidak berkata: ”Percayalah kepada Alkitab/Injil yang Asli, dan awas terhadap Kitab yang palsu!” Tidak ada Kitab yang sengaja dihilangkan atau musnah, apalagi musnah semua dan digantikan dengan yang palsu. Dimanapun Muhammad dalam pewahyuan, hanya mengenal Alkitab asli, tidak pernah mengenal menjumpai, atau mengantisipasikan Alkitab-Palsu seperti yang ”diinginkan” oleh sekalangan penafsir Islam. Tidak ada firman Tuhan yang dinyatakan hilang-lenyap, kecuali sebagian isinya dilupakan, disembunyikan, diubah-ubah dan dicampur-adukkan, lidah bacaan diputar-putar, dipindahkan kalimat-kalimat dri tempatnya, diubah firmanNya, ditukar ayatNya, berkata dusta terhadap Allah.

Jadi Muhammad—sama halnya dengan Yesus—memberi peringatan bertubi-tubi akan penyelewengan pemberitaan/ajaran Alkitab (bukan palsunya semua Kitab yang beredar).

Bedanya ialah Muhammad lebih mengecam dan mengutuk pelaku-pelaku Yahudi yang memalsu ketimbang memperingati umat, sedangkan Yesus dan rasul- rasulNya lebih memperingatkan umat Tuhan ketimbang mengecam pelaku pemalsuan yang otomatis sudah menjai terkutuk!

”Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22:18-19).

Sebaliknya, Muslim segera dapat melihat bahwa Muhammad amat membela semua Kitab Tuhan, serta mengajukan sedikitnya 6 alasan mutlak kenapa Alkitab itu mustahil terpalsu, hilang atau digantikan oleh ulah manusia yang terbatas:

(1). Dikatakan bahwa Kalimat-kalimat Allah tidak dapat ditukarkan oleh manusia manapun; dan tidak ada perubahan atasnya sejak kapanpun (QS 6:34; 10:64; 48:23). Semua Kitab-kitab Allah itu dalam induk Alkitab disisi Allah (QS 43:4; 85:22), baka dan kekal. Dapatkah kebenaran Induk Alkitab yang terjaga disisi Allah itu dicuri, dihilangkan dan dipalsukan manusia bejad? Ini yang menjadikan para sesepuh awal Islam seperti Buchari dan Al-Razi setuju bahwa Alkitab tak dapat dirubah karena itu adalah Firman Tuhan.


(2). Dimanapun, Muhammad selalu mengingatkan bahwa tidak ada perlakuan Tuhan yang membedakan Kitab-KitabNya. Tidak ada yang satu terjaga, yang lain terlantar. Yang mendiskriminasikan itu hanyalah penafsir yang ngotot memilih menutup hati sendiri terhadap firman Allah yang jelas berkata kepada mereka:

Katakanlah, ”Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub…Musa dan Isa… Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka…” (QS 2:136, 3:84).

(3). Terdapat peneguhan yang amat pasti bahwa Taurat dan Injil itu dibenarkan oleh Allah, dan harus diimani! (QS 2:41, 89, 91, 101, 136; 3:3; 4:136; 5:43,44,46,47,48,68; 6:92; 10:73, 94; 29:46; 32:23; 35:31; 46:30; 43:4;dll).

Quran justru membenarkan Taurat dan Injil bukan 1 kali, tetapi berpuluh-puluh kali, jauh melebihi 11 ayat yang ditafsirkan secara paksa seolah Alkitab itu palsu. Maka setiap orang akan bertanya:

”Untuk apa dan siapakah maka Taurat & Injil dibenarkan sampai berpuluh kali?” Sebab seruan semacam itu tidak berguna bagi orang-orang Yahudi maupun Nasrani yang toh sudah tahu dan bangga akan kebenaran kitab-kitab mereka. Jadi logis kalau itu ditujukan kepada orang lain, termasuk pengikut-pengikut Muhammad atau orang-orang Quraisy agar merekapun perlu membaca dan percaya akan Alkitab!

Penyelewengan verbal atau tekstual? Keaslian yang musnah atau tetap eksis?

Perhatikan bahwa semua penyelewengan/penggelapan yang dikecam Muhammad umumnya bersifat penyelewengan verbal dan bukan merubah fisiknya teks Alkitab dengan maksud substitusi total dan penggantian. Kecaman yang menyangkut fisik teks palsu dari Alkitab hanya terdapat dalam satu ayat saja, yaitu Surat 2:79, menyangkut orang-orang tertentu yang menulis Alkitab palsu dengan maksud untuk ditukar dengan harga rendah. Jelas ”menulis palsu” (untuk dijual dengan harga murahan) ini bukanlah melakukan substitusi dengan penghancuran & pelenyapan semua Alkitab asli, melainkan untuk turut menambahi (bukan mengganti) koleksi Kitab-asli yang sudah ada dengan kitab-kitab apokrif yang dikarang sendiri. Kitab apokrif ini hadir bahkan sampai sekarangpun, semisal Injil Nazarin, Kisah Petrus dll yang banyak mendongengkan mujizat-mujizat sihir. Lihat, betapa Injil Barnabas pun sering dijago-jagoi oleh orang Muslim tertentu sebagai Injil asli, tetapi mereka sendiri bahkan tidak memeriksanya, apalagi mengimaninya!

(a). Bahwa Taurat dan Injil itu ada dalam tangan bani Israil/ada disisi mereka, eksis secara fisik disisi para pemiliknya, tidak hilang seperti yang sering dituduhkan (QS 2:41, 89, 91; 3:93; 5:43,44,47,dll). Bila Kitabnya korup atau hilang habis, untuk apa Muhammad menyerukan agar Alkitab itu diimani?
Muhammad memang perlu mengindikasikan adanya para penyeleweng atau penggelap ayat Alkitab, namun sama sekali itu bukanlah penghapusan/pelenyapan eksistensi Alkitab yang otentik. Sebaliknya kita menyaksikan diseluruh Quran bahwa Muhammad pada zamannya, tidak pernah menegur, mencegah, atau melarang siapapun untuk membaca Alkitab yang ada ditangan orang-orang Yahudi di Mekah atau Medina, apalagi yang ada ditanah Israel! Tuhan malahan mendesakkan bacaanNya:

”Katakanlah, ”Maka ambillah Taurat dan bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar” (QS 3:93).

(b). Bahwa yang menyelewengkan Kitab Tuhan itu hanya segolongan orang-orang fasik, bukan seluruhnya. QS 3:199 menegaskan bahwa sebagian para Ahli Kitab justru adalah orang-orang beriman yang tidak menukarkan atau menjual ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada mereka. Mereka memperoleh pahala disisi Allah. Juga dikatakan: ”Orang-orang yang telah Kami berikan Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.” (QS 2:121a).

(c). Dan sebagai puncak pengakuan atas kebenaran Alkitab bagi Muslim, maka Muhammad-pun perlu ”berkonsultasi” kepada ahli-ahli Kitab ini tatkala ada keraguan terhadap pewahyuan:

”Maka jika engkau (Muhammad) dalam keragu-raguan tentang apa yang kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum engkau. Sungguh telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu” (QS 10:94).

Ini adalah ”pusat rujukan kebenaran” yang otomatis telah memvonis keaslian Alkitab tanpa usah diperdebatkan lagi. Sebab bagaimanakah Muhammad dapat disuruh berkonsultasi kepada orang-orang yang Kitab-kitabnya palsu dan korup? Dan yang diulang sekali lagi agar tidak terlupakan oleh para penafsir:

”Dan tidak Kami mengutus sebelum engkau melainkan laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka: maka bertanyalah kamu kepada mereka yang berilmu (tentang nabi dan kitab), jika kamu tidak mengetahui.” (QS 16:43).

DILEMA MUSLIM

Alkitab dipersalahkan sebagai Kitab yang palsu, bukan wahyu Allah, korup, tidak asli, dan banyak yang direkayasa dan diubah- ubah. Tetapi baiklah kita berterus terang, bahwa jikalau tuduhan itu datangnya dari orang-orang non-Muslim, kita masih bisa memahaminya. Namun bila mereka itu Muslim, maka sulit untuk kita mencari dasar tuduhannya. Mungkin orang semacam ini kurang memahami ajaran Quran, atau terlanjur membutakan hatinya sendiri. Sekali Muslim menuding keabsahan Alkitab, mereka langsung masuk ke dalam dilema yang tidak terselesaikan.


*Tanyakan kepada teman Muslim:

”Kapankah waktu terjadinya pemalsuan? Dan tidak ada satupun pakar Islam yang dapat menjawab pertanyaan yang amat perlu dan amat sederhana ini. Sebab jikalau dijawab ”sebelum Islam muncul”, maka kenapa Quran justru menyaksikan kebenaran Alkitab dan memerintahkan orang-orang untuk mengimaninya? Sebaliknya jika dijawab sesudah Islam muncul”, maka sang pakar tersebut akan dipermalukan oleh fakta-fakta sejarah, karena naskah-naskah Alkitab/Perjanjian Baru yang final sudah tersimpan rapi dalam gereja dan musium-musium dunia jauh sebelum datangnya Islam (a.l. Codex Vaticanus, codex Sinaiticus, dll diabad ke-4). Dan isi naskah–naskah itu dalam teks bahasa aslinya tidak berubah atau terpalsu apapun dengan isi Alkitab kita sekarang ini!)

In the Family of Abraham”, Anne Cooper menggambarkan dilema Islam sbb:

“Alasan utama kenapa Muslim mencap bahwa Alkitab telah dikorupsikan teksnya adalah karena mereka betul-betul tidak mempunyai pilihan lain lagi. Karena Quran disatu pihak membenarkan Alkitab, tetapi belakangan baru diketahui (bukan pada masa-masa sahabat Nabi) bahwa isi keduanya saling tidak cocok, sehingga tidaklah mungkin keduanya turun dari Tuhan yang sama. Dan karena Quran dianggap wahyu terakhir dari Tuhan, maka cara yang paling gampang untuk menghindari kesulitan-kesulitan ini adalah meletakkan tuduhan bahwa isi Alkitab telah dikorupsikan oleh si pemalsu.”

Namun dilema terbesar pada Quran adalah justru ketika Allah sendiri yang meletakkan Taurat & Injil itu sebagai rujukan kebenaran bagi Muhammad. Dengan demikian, sekali Alkitab dituduh palsu maka palsu pulalah Quran itu dengan sendirinya!

Sesungguhnya, untuk teman Muslim yang menuduh secara sembrono, “Alkitanmu Palsu,” Anda dapat bertanya amat santai kepadanya: kapan dipalsu, dimana di palsu, siapa pemalsu, siapa saksi, apa yang dipalsu, seperti apa yang tidak dipalsu, dikemanakan yang tidak dipalsu, dst, dst….. dan tidak satupun dapat mereka jawab dengan nyata. Semuanya hanya argument siluman yang tidak berujud! Namun biarkanlah ia menjawab luhur pertanyaan dasar, bagaimanakah sipemalsu itu dapat memalsu/menggantikan Kalimat Penciptanya:

“Akankah Tuhan Yang Mahakuasa membiarkan orang kafir yang bejat dan najis untuk mengotak-atik KitabNya serta mengubah kalimat/firmanNya yang kudus itu?

Akankah Tuhan membiarkan seluruh FirmanNya dalam Taurat, Mazmur, Injil, dan Kitab Nabi- nabi terhilang semuanya dan tidak tercari di dunia, namun masih terjaga kekal dan mulia disisi Tuhan di surga?

Dan dapatkah manusia menghilangkan Kalimat Tuhan, sedang setan dan iblis pun tak mampu melakukannya?”

Sungguh, Alkitab sejati tidak pernah gagal oleh ulah manusia, karena ia adalah pernyataan dan Sabda Tuhan yang kekal. Berapa banyak Alkitab telah dirusak,  dinyatakan illegal, dibakar orang dan Negara.
Berapa banyak penyebar-penyebarnya telah dianiaya, dibunuh atau dibungkamkan dipenjara. Tetapi Firman Tuhan yang kekal tidak bisa terbungkam, atau dihilangkan seperti tuduhan sejumlah orang. Ringkas dan sederhana saja, bilamana Firman Tuhan bisa hilang, maka kita bisa mencurigai bahwa itu bukanlah Firman Tuhan yang baka, melainkan “kalimat manusia” yang fana belaka.

Kitab Wahyu 14:6, Yesaya 40:8, dan 1 Petrus 1:25 mewahyukan kekekalan wahyu:

“Dan padanya (malaikat), ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam diatas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum…”

Nabi Yesaya dan Rasul Petrus sama berucap: “Rumput menjadi kering, dan bunga menjadi layu, tetapi firman Tuhan kita tetap untuk selama-lamanya.”

Dan siapakah selain sang Kalimatullah sendiri, yang sanggup berkata sepenuh wibawa:

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Matius 24:35).

Sebagai penutup, biarlah setiap teman Muslim tahu, bahwa Taurat dan Injil yang terlalu sering didiskreditkan manusia ternyata mendapat pembelaan dari Tuhan sendiri! Bukan kebetulan bahwa Tuhan sengaja mengistimewakan kedua KitabNya ini dengan satu janji rezeki yang teramat eksklusif. Janji mana hanya ditujukan bagi kaum yang menjalankan Taurat dan Injil, tidak yang lain:

“Dan sekiranya mereka (kaum Ahli Kitab) sunguh-sungguh menjalankan Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS 5:66).

 
PARA PEMBACA YANG DIKASIHI TUHAN.

Kita sedih melihat begitu kasat-mata, luas dan jauhnya salah paham yang terjadi sesame umat beragama ketika kita-kita ini bermaksud mencari sebuah kebenaran dari Tuhan.

Betapa lelahnya kita mencari-cari dalam kesia-sian. Mata hati kita yang telah terpolusi tidak akan mampu menemuinya. Kultur dan hakekat manusia yang memberontak dan jahat pada dasarnya, telah membutakan pencaharian manusia akan kebenaran. Dalam Alkitab, kita-kita yang berdosa ini disebut orang-orang buta. Kita yang buta ini tidak mampu mencari, kecuali membuka diri dan mengundang untuk dicari! Kita perlu merendah-diri, perlu menanggalkan segala “cawat daun” sambil membukakan pintu hati kita bagi Dia Yang Menebus kita dari vonis -kematian. Sebab Yesus Al-Masih yang bangkit dari kematian itulah yang mengalahkan MAUT. Dialah yang mampu memberikan kepada Anda dan saya hidup, hidup yang berkelimpahan:

“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”

”….Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Wahyu 3:20, Yohanes 10:10).

Roma 10:4-18

10:4 Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.

10:5 Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: “Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.”

10:6 Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: “Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?”, yaitu: untuk membawa Yesus turun,

10:7 atau: “Siapakah akan turun ke jurang maut?”, yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.

10:8 Tetapi apakah katanya? Ini: “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman iman, yang kami beritakan.

10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

10:11 Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”

10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.

10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.

10:14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?

10:15 Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabarbaik!”

10:16 Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?”

10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

10:18 Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: “Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”



BINCANG-BINCANG SOAL ISU:”YESUS TIDAK MATI DISALIB”


“Dan karena ucapan mereka: “sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih….” Padahala mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, melainkan orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka….” (4:157).

“Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNya” (4:158).

“Dan mereka itu membuat tipu daya, Allah membalas tipu daya mereka, dari Allah sebaik-baiknya tipu daya” (3:54).

Teman Muslim sering mencoba mengkoreksi Anda agar kembali sadar dari kesesatan:

“Isa itu tidak dibunuh, dan tidak disalib seperti yang kalian percayai. Ini adalah koreksi dari Allah bagi kalian. Yang disalib adalah seorang Isa-Isa-an yang disamarkan Allah kepada orang-orang Yahudi. Sedangkan Isa yang asli telah diselamatkan oleh Allah dengan mengangkatnya ke surga. Ketika orang-orang kafir berkomplot untuk menipu daya Isa, mereka malahan dibalas dengan tipu daya yang lebih canggih dari Allah.”

Menghadapi dua koreksi: bahwa Isa tidak mati disalib, dan bahwa yang disalib itu bukan Isa, tetapi “Isa-Isaan”; apa yang dapat Anda tanggapi?

Aneh, untuk peristiwa yang justru dianggap sangat berbobot bagi para Muslim, ayat Surat 4:157 ini tampil tanpa diulang ditempat lain manapun, melainkan diwahyukan secara solo, satu-satunya totally isolated. Padahal bagi Muslim (tidak mesti bagi Quran) ayat ini dimaksudkan untuk mengkoreksi suatu kesalahan fatal dari sekian miliar umat manusia yang telah terlanjur sesat, dan berpotensi masuk neraka! Bandingkan betapa beda seriusnya satu ayat solo ini terhadap keseriusan Quran ketika mengulang-ulang ancaman akan siksaan api neraka dan laknat Allah. Itu diperingatkan berulang hingga 783 ayat! Atau rata-rata 1 ancaman laknat dan siksa neraka setiap ayat Quran!

Dengan ayat solo yang satu ini jelas bahwa Muslim tidak cukup mempunyai referensi untuk membela kebenaran koreksinya. Satu ayat QS 4:157 itu tidak membukti, jadi bagaiman mengkoreksi. Ia hany melemparkan satu “asumsi”. Karena itu pakar Islam harus merekonstruksi pelbagai kisah dengan teori-teori kemungkinan ini dan itu. Ada yang menteorikan bahwa Isa-Isa-an yang disalibkan itu adalah Yudas Iskariot. Ada yang bilang itu Barabas atau Simon dari Kirene. Sekte Ahmadiyah mengklaim bahwa memang Isa-lah yang disalib, namun tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja, yang menjadi sembuh didalam kesejukan kubur-batu, yang akhirnya keluar dan minggat ke Kashmir dan wafat di sana dalam usia 120 tahun setelah menikah dan hidup sejahtera...

Ayat dan dongeng yang mengikutinya bisa menjadi mitos, namun segera berbalik menjadi salah satu ayat yang paling bermasalah dari seluruh Quran, jikalau mereka mau sedikit saja menelusurinya. Tanganilah isu ini dengan bijak. Lakukanlah cara ”warming up” dan bertanya dari kejauhan:

”Kami melihat Quran hanya menolak kematian Isa dalam satu ayat, namun sebaliknya banyak ayat Quran justru mencatat tentang kematian Isa. Seperti QS 5:117, 3:55, 4:159. Dan dalam Surat 19:33 kematian dan bahkan kebangkitan Isa diakui Quran! Kita tidak bisa membayangkan ada kematian atau kebangkitan terjadi di sorga. Maka kematian Isa dalam ayat ini pastilah sebuah kematian/kebangkitan historis dalam satu rangkaian siklus kehidupan di dunia:

”Dan kesejahteraan atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku wafat dan pada waktu aku dibangkitkan hidup kembali.”

Jadi kenapa kalian bisa lebih yakin bahwa Isa tidak mati dibunuh?”

Dan mereka akan memberi alasan dari segi perlindungan Tuhan terhadap para nabiNya. Mereka menolak penyaliban isa karena beralasan bahwa Tuhan pun pasti akan menolaknya juga. Isa adalah nabi yang amat suci dan dekat dengan Tuhan dan terjaga/terpelihara (maksum) didalamNya; tidak mungkin dia dibiarkan terhina, teraniaya dan terbantai begitu rupa oleh manusia bejad. Dan tidak mungkin Tuhan menunjukkan kelemahanNya dengan membiarkan pemaksaan keji ini oleh kaum najis...

Nah, dari apa yang mereka gambarkan ini, Anda menangkap bahwa kematian Isa yang mereka pikirkan adalah jenis Kematian Martir bagi Tuhan. Mereka tidak mengenal Anak Domba Tuhan dalam Kematian Kurban bagi pengikut-pengikutNya. Tidak sedikitpun mereka menafsirkan bahwa kematian Isa itu ada kaitannya dengan pengorbanan dan penebusan bagi dosa manusia. Disnilah Anda dapat melemparkan pertanyaan pancingan Anda:

”Ya, Surat An Nisaa ayat 157 ini menegaskan (tanpa menjelaskan) bahwa Isa tidak mati dalam kematian-martir melawan musuh-musuh Allah. Sedangkan kematian Yesus seperti yang kami maksudkan adalah kematian-kurban. Anda tahu membedakan kematian martir dan kematian kurban?”

Mereka akan tergoda, dan mempersilahkan Anda untuk menjelaskannya dari perspektif Kristiani.



  
PENJELASAN KEMATIAN YESUS
  
Pertama-tama jelaskan bahwa kematian martir itu adalah kematian yang mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya karena dibunuh. Kematian demi kebenaran ini merupakan akibat paksaan yang tidak bisa dihindari lagi kecuali menyangkal cinta kasihnya kepada Tuhan dan kebenaranNya. Ia dibunuh dalam kemartiran, dimana Tuhanlah yang menjadi pusat pembaktiannya.

Berbeda dengan kematian-kurban dimana seseorang merelakan jiwanya sendiri untuk dikorbankan (masih bisa dihindari, tetapi ia merelakan) demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihinya. Inilah sebuah kematian ”tukar guling” yang merupakan ”win-win solution” (semua pihak diuntungkan) demi menebus kematian para kekasihnya.

Kedua jenis kematian disini total berlandaskan kasih, dan tidak diselewengkan dengan dalil-dalil manusia yang melekatkan kebencian dan dendam atas nama Tuhan atau ”perjuangan”.

”Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar (mati sahid, dll), tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.” Sebab, ”Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Tuhan.” (I Kor 13:13; Yak 1:20)

Quran tampaknya tidak mengenal kematian-kurban. Namun bila Anda jeli, sesungguhnya Surat 19:33 di atas tersirat nubuat Isa akan kematian kurban bagi dirinya. Yaitu Isa bahkan akan tetap menemui kesejahteraan (perfect peace) pada hari ia wafat, karena ia merelakan kematiannya dalam damai-sejahtera yang sejati.

Untuk melukiskan ujud kematian- kurban kepada teman Muslim, Anda dapat memperlihatkan keseluruhan perikop Alkitab HAMBA TUHAN yang MENDERITA dalam Yesaya 52:13 dst, 53:1- 12. di situ kedatangan seorang Hamba yang akan berkorban telah dinubuatkan sejak awal. Ia yang ”hamba” akan menderita, dihina, dianiaya dan mati disalibkan sebagai korban tebusan bagi umat yang seharusnya dihukum mati karena dosa-dosanya. Ia sendiri berkata (Lukas 24:26):

”Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?”

Jadi, berlainan dengan martir, kematian Yesus ini tak ada hubungannya dengan emosi kebencian atau karena iming-iming mendapat upah surgawi, melainkan justru ”iming-iming” membayar harga tebusan yang dapat langsung menyelamatkan jiwa umatNya! Dan kematian-kurban ini dinyatakan dalam bahasa Yesus sendiri:

”Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya... Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya (nyawa ini) daripadaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri...” (Yohanes 10:11,17,18)

KISAH PARA NABI SEGALA ZAMAN VS AL-QURAN

Jika Quran hanya mampu menyangkal kematian Isa dengan satu ayat yang bersifat klaim, tanpa bukti dan saksi, maka tidak demikian halnya dengan Alkitab. Pembuktian akan kebenaran kematian Yesus disalib serta kebangkitanNya, tidak terkira kokohnya, internal maupun eksternal. Itu sudah terlalu banyak ditulis para ahli tanpa ada sanggahan yang layak. Namun bukti yang kita kupas dibawah ini akan menambahi ekstra, yang akan memberikan perspektif baru kepada teman Muslim. Sebab kematian-kurban memang eksis bagi Mesias, dan itu bukan bikinan atau diada-adakan oleh manusia. Ia sungguh telah dijanjikan Tuhan dari mulutNya dan/atau dari tanganNya sendiri, dan diteruskan turun-temurun sejak manusia pertama!

Lihat, Adam dan Hawa dikala itu masih hidup dalam kenaifan budaya alam fauna dan flora. Keduanya tentu tidak bisa memahami apa itu “kematian- kurban.” Maka Tuhan harus mengkomunikasikannya secara bertahap dalam konsepsi, dengan ilustrasi, dan perlambangan darah yang harus ditumpah sebagai kurban penebus dosa. Dan sejak itu, Tuhan terus berjanji kepada manusia akan hal yang sama dari zaman ke zaman lewat nabi-nabiNya.

Namun cukup mengagetkan bahwa Muhammad justru tidak termasuk dalam deretan nabi yang meneruskan janji istimewa itu kepada umatnya. Bahkan lebih dari itu, Allah SWT tampaknya sengaja mengosongkan janji itu dari wahyu -wahyu yang diturunkan kepadanya, walau masih bisa ditemukan jejak-jejak janji tersebut yang akan kita bicarakan dibawah ini.

1). Kisah di zaman Adam



Simaklah Kitab Kejadian 3:15, dimana Tuhan berkata kepada Iblis dalam ungkapan yang visioner, dan karenanya harus dipahami secara visioner pula:



”Berfirmanlah TUHAN kepada ular (si Iblis) itu: ’Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya. Keturunannya (akhirnya Yesus) akan meremukkan kepalamu (mengalahkan total), dan engkau akan meremukkan tumitnya (melukainya)’”

Tampak sejak awal di Taman Eden, kepada Adam dan Hawa telah dijanjikan Tuhan akan datangnya satu sosok Mesias yang akan menyelamatkan keturunannya dengan mengalahkan kuasa setan (meremukkan kepalanya), namun dengan mengorbankan fisiknya (berdarah, remuk tumitnya). Ini adalah janji besar dari mulut Tuhan sendiri, janji yang sayangnya tidak dapat ditemukan dalam Quran.


Tidak cukup janji mulut, Tuhan masih melanjutkannya dengan wujud tindakan, yang tentu masih bersifat perlambangan visioner yang jauh ke depan. Ini kita temukan dalam ayat 21,

Kejadian 3:21

”Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.”

Tampak bahwa Tuhan melakukan sebuah penganugerahan kasih kepada Adam dan Hawa dengan membuatkan cawat kulit binatang untuk menutupi ketelanjangan (dosa) mereka. Tuhan sendirilah yang berinisiatif menggantikan cawat daun-daunan yang dibuat oleh Adam dan Hawa bagi diri mereka (ayat 7), dikala Ia baru ”terluka hatiNya” oleh dosa pelanggaran Adam! Bukankah itu suatu demonstrasi kasih Tuhan yang luar biasa ajaib?

Tuhan tidak berkenan dengan cawat daun itu karena hal yang amat prinsip. Cawat daun ”made in Adam-Hawa” itu tidak absah dimata Tuhan karena itu adalah lambang usaha diri manusia untuk menutupi ketelanjangan (dosa) mereka. Manusia tidak bisa mengusahakannya, dengan amal apapun! Keadilan dan kekudusan Tuhan tidak membiarkan satu dosa/kejahatan untuk dihapus oleh 1000 pahala. Satu kejahatan perkosaan misalnya, tetap harus dihukum, sekalipun sipemerkosa telah mendermakan pembangunan 1000 rumah ibadat!

Cawat daun-daun penutup itu hanya maya, khayalan manusia yang tidak bertahan dan sia-sia. Hanya cawat kulit ”made-in-TUHAN” yang secara hakiki mampu menutup/menebus dosa manusia!

Perhatikan bahwa Quran sesungguhnya juga berbicara tentang ’cawat daun made in Adam,’ ”Lalu keduanya memakan (buah pohon itu) maka kelihatanlah auratnya. Dan keduanya mulai menutupi dari daun-daun surga.” (QS 20:121). Namun entah kenapa Quran kembali mengosongkan apa yang justru jauh lebih esensial dari daun, yaitu ’cawat kulit made in TUHAN.’

Sejumlah teman Muslim tidak mampu menyembunyikan keheranannya, kenapa cawat kulit ini justru tidak muncul dalam Quran? Menjadi pertanyaan yang tak terhindari: Apakah Alkitab atau AlQuran yang mewahyukan berita yang asli? Mungkinkah ayat tentang ’cawat made in TUHAN’ ini sengaja dipalsukan (ditambahkan) kepada Alkitab sejak ribuan tahun sebelum Muhammad, ataukah Quran yang sengaja mengosongkannya dengan alasan ”mengoreksinya”? Agaknya salah satu harus siap divonis sebagai keliru: yang ”menambahi” atau yang ”mengosongi.”
Kulit binatang muncul dari penyembelihan binatang. Ada kematian berdarah di sini. Diperkenalkan TUHAN untuk pertama kalinya suatu simbol korban-darah untuk ”cawat penutup dosa.” Korban darah binatang ini telah memvisualisasikan sebuah analogi konsep kematian & penebusan yang dirancang TUHAN demi menyelamatkan Adam serta seluruh keturunannya. Hukum Musa berkata, ”Nyawa makhluk ada dalam darahnya...dan tanpa penumpahan darah (korban) tak ada pengampunan” (Imamat 17:11, Ibrani 9:22). Sebab penutupan/penghapusan dosa manusia tidak bisa dilakukan oleh cawat daun: usaha-diri manusia melainkan hanya oleh kasih-karunia Tuhan lewat kematian sang Mesias sebagai korban-penebusan.

2). Kisah di Zaman Abraham



Kisah dari pengorbanan anak Abraham yang berakhir dengan penebusan kematiannya melalui seekor domba jantan, dicatat dengan lurus dalam Kejadian 22:8 dan 13,

”Tuhan yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagiNya”

”Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.”

Sama dengan absennya identitas Isa gadungan di kayu salib, di sini Quran kembali tidak menjelaskan siapa anak Abraham itu, dan lebih gawat lagi, mengosongkan apa makna hakiki dari kisah mahabesar ini! (Disini, kita tidak perlu masuk dalam kontroversi siapa sang anak itu, Ismael atau Ishak, agar fokus terpenting kita, yaitu konsep PENEBUSAN —tidak mengabur). Bagaimana duduk perkaranya? Ya, mungkinkah Tuhan mendadak menyuruh seorang bapak yang sangat saleh untuk membunuh anaknya? Dosa apakah yang dilakukan si anak sehingga ia layak dibunuh? Ada apakah dibalik sebuah teka-teki yang sangat misterius bahkan tak masuk akal ini? Menguji iman? Oke, Tetapi tentu Tuhan tidak kehabisan cara menguji, sehingga harus terpaksa memilih cara yang melawan hukumNya. Dia sendiri telah melarang pembunuhan dan pengurbanan darah anak (yang sering dilakukan oleh orang kafir, Imamat 18:21), masakan kini tiba-tiba justru memerintah Abraham untuk berbalik membunuh? Dalam sebuah pembunuhan keluarga nabi.



Banyak teman Muslim beranggapan bahwa kisah ini hanya menyangkut ujian Allah kepada Ibrahim. KELIRU. Dengan anggapan yang hanya sebatas demikian, mereka tidak mampu menghilangkan antagonisme yang dimunculkan Tuhan. Mereka belum menyadari bahwa itu adalah suatu penggambaran dahsyat akan sebuah konsep penebusan yang dijanjikan Tuhan bagi manusia, yang diperagakan lewat sebuah tamsil dimana sang kurban (anak domba) perlu dibunuh demi menebus sang anak (anak Abraham). Demi keadilanNya, Tuhan memang mengharuskan semua orang berdosa untuk dihukum mati. Dan orang-orang berdosa itu diibaratkan sebagai anak Abraham yang harus disembelih, tetapi diselamatkan Tuhan dengan sebuah tebusan Anak Domba Tuhan yang melambangkan Yesus Mesias. Agar perlambangannya tidak salah, maka Nabi Yahya diutus untuk mengkonfirmasikan hal tersebut ketika Yesus secara fisik datang menghampirinya:

"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29).

Sesungguhnya konsep penebusan ini sudah dilukiskan juga di dalam Surat Quran 37:107 dengan penggambaran yang sesuai, yaitu satu ”kurban yang besar/agung” bagi tebusan sang anak! Namun kejelasan konsep ini terhalang oleh terjemahan tafsiran yang apriori menjuruskan makna ”kurban” itu kepada pengertian yang amat dipersempit, dipatok menjadi ”seekor binatang sembelihan”, padahal wahyu aslinya samasekali tidak memuat teks kata-kata seperti itu. Bandingkan dengan kritis sejumlah terjemahan berikut ini: Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (terjemahan Depag)

Dan kami menebusnya dengan sembelihan yang besar (terjemahan Disbintalad)

We ransomed his son with a noble sacrifice (satu./sebuah kurban agung/mulia, terjemah N.J. Dawood)

And We ransomed him with a mighty sacrifice (sebuah kurban perkasa, terjemah Arberry)

Then We ransomed him with a tremendous victim (sebuah kurban yang dahsyat, terjemah Mohammed Pickthall)

And We ransomed him with a great sacrifice (kurban yang besar/hebat, terjemah Yusuf Ali)


Itu adalah gambaran sebuah konsep penebusan, yang datang secara vertikal dari atas ke bawah (dari Tuhan bagi anak-Nya), dengan korban yang amat besar nilainya (dahsyat). Sedemikian besar korban itu sehingga pewahyuan Quran sengaja memakai kata asli yang sama dengan salah satu diantara 99 nama/asma Allah, yaitu Al-Azhim (Yang Maha-Agung).
“Wa fa dainaahu bi dzibhin ‘azhiim.”


Jadi konteks dan makna kisah dan ayat-ayat tersebut sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemberian sedekahan dari manusia bagi sesamanya (yang bersifat horizontal) pada hari raya Kurban/Haji. Tuhan sendiri secara “vertikal dari atas” yang menyediakan (menganugerahkan tebusan keselamatanNya kepada manusia, dan bukan manusia Abraham yang mengusahakannya! (kembali sama dengan analogi penebusan dari Cawat Kulit ‘made-in Tuhan’: sebuah anugerah, bukan cawat daun yang diusahakan Adam). Teman Muslim akan mendapat pencerahan apabila berani bertanya 3 hal sederhana berikut ini di dalam keheningannya:

Apa perlunya sang anak itu ditebus oleh Tuhan?

Bila Tuhan hanya ingin menguji iman Ibrahim (yang toh sudah diketahuiNya), Allah cukup melepaskan anaknya tanpa perlu tebusan kurban. Ujian iman telah berakhir pada waktu malaikat berseru kepada Ibrahim: “STOP, jangan bunuh anakmu!”

Dan kenapa Tuhan memerlukan kematian-kurban?

Pakar Islam sulit menjawabnya dari sumbernya. Quran, kecuali mencoba mendalil logis tanpa dapat membuyarkan antagonisme dan misteri intinya: kenapa Allah sampai memilih memerintahkan sebuah pembunuhan keluarga nabi? Itulah. Kematian-kurban ini adalah gambaran analogis dari kematian seorang Al Masih, yang diperlukan sebagai kurban penebus (untuk mengganti) kematian yang harus dikenakan kepada setiap manusia (karena semua manusia itu berdosa). Sebab Hukum Keadilan Tuhan tetap berkata tanpa pandang bulu bahwa setiap manusia berdosa harus dihukum mati (Roma 6:23); namun Hukum KASIH Tuhan kini dapat berkata, “Anak Manusia memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28).

(Teologi Islam tidak berdaya menjawab pertanyaan, bagaimanakah Allah SWT itu dapat Maha-adil (yang harus menghukum), padahal Ia juga Mahakasih (yang akan mengampuni)? Dapatkah Allah mengampuni seseorang tanpa memperkosa hakekat diriNya yang Maha-adil?


Ketika Tuhan tidak menghukum karena KasihNya, Tuhan menjadi tidak Adil; dan ketika menghukum karena AdilNya, Tuhan menjadi tidak Kasih. Ketegangan (“Kontradiksi”) ini hanya mungkin direkonsiliasikan dalam kematian-kurban sebagai Penebus—Pembayar harga kematian—yang mempertemukan Keadilan Tuhan dengan Kasih Tuhan. Kini Ia tetap Mahaadil ketika mengampuni dalam KasihNya, karena Tuhan sendiri telah membayar harga Keadilan itu lewat kematian Al Masih, Kalimatullah yang diinkarnasikan ke dalam dunia!)

Dan bila itu tebusan bagi sang anak, kenapa menebus (binatang) justru dianggap bernilai sangat ”agung-mulia” ketimbang yang ditebusnya (manusia)?

Tak ada jawaban selain 2 kemungkinan. Pertama, kalau kita rela dibohongi dengan pelbagai terjemahan/tafsiran yang tidak lurus. Kedua, kecuali si penebus itu adalah benar Sang Penebus! Itulah kematian-kurban yang sebesar-besar dahsyat, mulia, agung, perkasa, pemenang, seperti yang telah kita bicarakan di muka. Sebab seberapakah besar dan dahsyatnya korban kita jikalau itu hanya terbatas pada pemberian sedekah di hari raya? Korban semacam ini tidak mempunyai nilai-tebusan (atoning value), kecuali nilai sosial dan religi.



3). Kisah di Zaman Musa



Rupa-rupanya kisah Taurat tentang konfrontasi Musa melawan Firaun adalah topik favorit yang dicatat Quran. Begitu favoritnya sehingga Quran merasa perlu mencatatnya berulang-ulang hingga 27 kali! Meski demikian, tidak sekalipun didalamnya Muhammad mencatat peristiwa yang paling inti dari Kisan Keluaran dari Taurat Musa ini, yaitu kisah PASKAH! Padahal perayaan Paskah adalah event yang paling bersejarah, menyentuh dan heroik bagi setiap orang Yahudi, yang dijadikan legenda untuk dikisahkan kepada setiap anak cucu Yahudi turun-temurun. Lebih dari itu Paskah wajib dirayakan setiap tahunnya, dengan segala tata cara perjamuannya yang dibakukan! Dengan absennya kisah Paskah dalam pewahyuan Quran, tidak heran bahwa orang-orang Yahudi di Mekah atau Madina tidak dapat mengakui Muhammad sebagai nabi utusan Tuhan. Sebab bagi mereka mustahil Allahnya Muhammad bisa sama dengan Tuhan mereka jikalau Allah ini sampai 27 kali lupa mengisahkan inti kisah Kitab Keluaran dalam 27 kali pewahyuanNya tentang perseteruan Musa vs Firaun! Padahal Tuhan sendirilah yang memerintahkan kisah ini  agar tertanam dalam ingatan turun-temurun dalam Perayaan Perjamuan paskah setiap tahun!  Seperti diketahui, kisah Paskah dimulai dengan tulah yang ke-10 (dan Quran hanya mencatat total 9 tulah), dimana Tuhan mendatangkan malapetaka terbesar dengan mengirim malaikat kematian untuk mencabut nyawa anak sulung dari setiap keluarga yang pintu rumahnya tidak diperciki darah domba! Tuhan berkata:


”Apabila Aku melihat dara itu (ada di pintu), maka Aku akan lewat”. Itu adalah vonis kematian yang dilewatkan Tuhan (luput) bagi rumah yang bertanda darah kurban (Keluaran 12:13). Dan Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa ”Semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang” (Kolose 2:17), yaitu janji penebusan melalui darah Yesus Kristus.



4). Kisah di Zaman Daud



Sesekali, tanyakanlah kepada teman Muslim, apa yang mereka ketahui tentang isi Kitab Zabur (Mazmur) yang harus diimaninya. Mereka akan menjawab amat minim dan kabur. Quran memang mengatakan daud membunuh Jalut (Daud vs Goliat) tanpa menerangkan kejadiannya. Juga menyebutkan karunia-karunia yang diberikan Allah kepada Daud, termasuk suara merdu dan pandai bertasbih hingga besi-besi pun menjadi lunak dibuatnya. Tetapi apakah ini isi Kitab Zabur yang islami yang Tuhan turunkan kepada Daud, dengan maksud untuk diimani umatNya? Tetapi apa relevansinya zabur yang harus diimani, bila janji dan ajaran Allah yang diturunkan lewat nabi Daud itu praktis tidak dikenal oleh Muslim?


Kitab Mazmur (Zabur) telah berumur sangat tua, diteruskan hingga ke zaman Yesus dan murid-muridNya yang Ia sendiri sering mengutipnya. Diteruskan lagi hingga ke zamannya Muhammad dan selanjutnya. Tidak ada yang merubah atau menggantikan teksnya. Mazmur (Kitab Zabur) tidak berisi kisah perang Daud melawan Goliat seperti yang dianggap teman Muslim! (Itu ada di kitab lainnya, Kitab nabi Samuel). Tetapi Mazmur berisi 150 pasal kumpulan mazmur doa dan permohonan, pujian dan nyanyian ucapan syukur, ratapan dan pengakuan dosa, mazmur Mesias dengan makna nubuat!

Tanpa kesadaran akan apa yang terucap dari mulutnya, namun Roh Tuhan telah menuntun Daud bernubuat rinci tentang segala pernik kejadian yang akan dijalani oleh seorang Mesias yang akan disalibkan demi membebaskan umatNya, Mesias ini akan mengalami penghinaan, penganiayaan. ”penusukan tangan dan kaki” (istilah nubuat daud untuk penyaliban), dan mengalami kematian dan ditinggal oleh Roh Tuhan, namun juga mengalami kebangkitanNya dari kematian! Semuanya ini secara ajaib tergenapi oleh Yesus Mesias 1000 tahun sesudahnya (Lihat Mazmur ps 2; 8; 16; 40; 41; 45; 68; 69; 89; 102; 110; 118, khususnya 22:2, 7, 8, 17, 19). Bahkan teriakan ungkapan kematian Yesus di atas kayu salib pun, terjadi persis seperti yang telah dinubuatkan oleh Daud: ”Eli, Eli, lama sabakhtani?”. Ini suatu pelukisan kematian-kurban yang tidak terhapuskan oleh klaim dan koreksi dari ayat Kitab Suci manapun! Akhirnya, Tuhan konsekuen menyerukan model penghakiman yang berlandaskan analogi-penebusan:

”Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!” (Mazmur 50:5).

5). Kisah di Zaman Yesaya

Ada satu kabar baik bagi teman Muslim yang belum tahu akan sosok nabi Yesaya yang pernah hidup ditahun 700-an SM. Tuhan ”menurunkan” kepadanya sebuah Kitab yang paling terkenal dengan nubuatan-nubuatan yang terbukti benar. Bahkan pada awal mula pelayanan Yesus, kitab inilah yang dibacakan Yesus di sebuah rumah ibadat. Di situ Yesus memilih membaca pasal 61 dimana terdapat ayat-ayat istimewa yang menubuatkan tentang diriNya! Nas ayat itupun dibenarkanNya secara langsung bagi diriNya, bukan bagi orang lain (lihat Lukas 4:16-21), dan ini sekaligus menggugurkan kalim Muhammad bahwa namanyalah yang ada tertulis di dalam Taurat dan Injil (QS 7:157). Keistimewaan kitab ini bertambah ketika dunia sempat dikagetkan pada tahun 1947 dengan penemuan utuh dari salinan naskah Dead Sea Scrolls di Qumran, yang berpenanggalan sekitar 150 tahun SM! Maka naskah yang begitu kuno ini segera dipakai untuk men-test kalau-kalau ada kesalahan salinan atau pemalsuan pada salinan kitab Yesaya yang sudah kita punyai selama ini. Ternyata penemuan ini saling bersesuaian dan membenarkan keotentikan teks yang telah ada! Tak ada tangan-tangan usil yang menjahili teks Alkitab seperti yang dituduh.

Selain pasal 61 yang ayatnya sempat dibacakan Yesus, juga ditemukan gulungan kitab Yesaya pasal 53, yang secara paradoxal mencatat berbagai janji dan nubuat Tuhan tentang seorang Hamba yang Menderita sampai mati, namun menjadi pendamai dan penyelamat bagi umat manusia yang jahat. Hamba ini bahkan tercatat akan bangkit kembali dengan segala ”hadiah” kemenangan-Nya! Kedengarannya seperti tak masuk akal. Itu sebabnya pewahyuannya dimulai dengan bahasa yang skeptis: ”Siapakah yang percaya kepada berita (wahyu) yang kami dengar...?”

Di sini kita persingkat jumlah pembuktian dengan cukup mengutip hanya 3 ayat saja:

”Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya... Orang menempatkan kuburnya diantara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada diantara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia (tumitnya*) dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya. Umurnya akan lanjut (akan bangkit, tidak mati seterusnya)” (Yesaya 53:5,9,10 * lihat Kejadian 3:15).

Semua ”kemustahilan” teks nabi Yesaya yang rumit yang digaris -bawahi ini terbukti benar pada kehidupan dan kematian Yesus 700-an tahun kemudian! Naskah tua Qumran dari 7,5 abad sebelum Muhammad, sengaja dipakai Tuhan di abad ke-20 untuk sekali lagi membenarkan nubuat Yesaya tentang kematian-kurban seorang Mesias. Bila begitu dahsyatnya kebenaran yang satu ini, atas alasan apa dan untuk apa kita harus mati-matian menafikannya?



6). Kisah di zaman Nabi Yohanes (Nabi Yahya)

Ada 6 pertanyaan dasar dan penting, ditujukan kepada teman Muslim yang kurang acuh/kritis:

(a). Adakah Anda pernah berpikir sejenak apa peran Nabi Yahya seutuhnya menurut versi Quran?

(b). Kenapa Nabi itu ditempatkan Tuhan sekurun-zaman dan seladang-pelayanan dengan Yesus, yang sama-sama menyampaikan firman Tuhan dan mendapatkan para pengikutnya yang berbeda?

(c). Bergunakah misi kenabian Yahya (atau Yesus) ditengah-tengah kenabian Yesus (atau Yahya)? Apakah misi keduanya tidak mampu disedot dan diemban oleh satu nabi saja?

(d). Apakah Tuhan begitu tidak efisien kerjaNya sehingga harus mengutus 2 nabi besar sekaligus dalam kurun angkatan yang sama, sekaligus keduanya menuai kematian secara sia-sia dan terkesan kalah terhadap musuh-musuh Tuhan (versi Quran)?

(e). Bila versi Quran sebaliknya dari kesan-kesan ini, bagaimana caranya menerangkan dari sumber-sumber Islam sendiri bahwa misi kenabian Isa dan Yahya itu berkemenangan kedua-duanya?

(f). Bagaimana penafsir Islam menggambarkan peran Jibril, yang harus membagi dirinya diantara diri Isa (yang selalu diperkuat Jibril) dan diri Yahya (yang bersama-sama Isa harus meneruskan wahyu Jibril kepada angkatan yang sama). Dapatkah Jibril maha-ada, di Isa dan Yahya pada satu saat yang sama?

Tidak mudah bagi teman Muslim mana saja untuk menjawab pertanyaan dasariah ini. Kenapa? Karena Quran justru mengosongkan 2 kesaksian penting untuk apa nabi Yahya diutus khusus sekurun-waktu dan sepelayanan dengan Yesus! (lihat dibawah ini).

Namun Alkitab tidak mempunyai kesulitan sedikitpun untuk menjawab misteri di atas. Justru kehadiran Yohanes sekurun dengan Yesus merupakan pertanda Tuhan akan betapa maha-penting dan vitalnya sosok dan pelayanan Yesus sehingga perlu didampingkan tambahan satu nabi besar lainnya. Seperti yang diakui oleh Yohanes sendiri bahwa ia bukan Mesias namun diutus mendahuluinya untuk menjadi corong suara yang meluruskan dan mempersiapkan jalan bagi pengenalan jati-diri Yesus Mesias dan misiNya: “Ditengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal.”

Lalu Yohanes memperkenalkan Sang Mesias lewat pewahyuan yang paling unik (Yohanes pasal 1). Di sini, bukan Jibril membagi dirinya diantara diri Isa dan Yahya

(yang sama-sama harus menyampaikan wahyu Jibril kepada angkatan yang sama), melainkan Roh kudus.
Dengan peran khusus Yohanes dan posisi sentralnya yang dinyatakan sebagai nabi terbesar (Yohanes 7:26), sedikitnya itu berarti bahwa dialah bukti dan saksi Ilahi yang paling tinggi di dunia ini bagi Yesus sebagai Mesias. Maksudnya, ia diberi hak istimewa oleh Tuhan untuk mengidentifikasikan jati-diri sang Mesias dengan tanda-ilahi (!), yaitu Roh Kudus (seperti merpati) yang terlihat turun kepada sosok-fisiknya Yesus Mesias. Dengan demikian, Yohanes menjadi saksi-mata yang paling shahih, dekat dan langsung “menunjuk-hidung” ke sosok Mesias, tanpa usah khawatir akan kesalahan dan kekeliruan sosok akibat rentang generasi. Dia tidak bernubuat puluhan generasi dimuka (seperti halnya dengan nabi-nabi lainnya) baru kemudian bisa dicocokkan lagi nubuatnya oleh generasi belakangan dengan memberi peluang tafsiran yang bisa salah-sosok. Yohanes sebagai penunjuk-hidung yang paling absah, memberi dua kesaksian yang penting bagi kemanusiaan, dalam Yohanes 1:34 dan 29:

Satu: “aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan tinggal di atasNya (Yesus)...aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Tuhan.”

Dua: “Lihatlah (Dia) Anak Domba Tuhan, yang menghapus dosa dunia.”

Perhatikan dua kata-saksi langsung kepada Mesias, right now and here, ”inilah” dan ”lihatlah”. Dua penyaksian yang berotoritas ini menunjuk lurus kepada penyaliban Yesus sebagai Anak Tuhan yang menjadi korban tebusan bagi umat manusia!


(7). Hardikan Yesus membuktikan Ia menjalani “kematian-kurban”



Apakah maksud Yesus ketika ia berkata dalam Perjamuan Malam terakhirNya: ”Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.” (Lukas 22:37). Itulah pernyataan seperti yang dikupas dalam 6 kisah-kisah di atas, yang seluruhnya merujuk kepada Yesus dalam kematian-kurbanNya! Bila pernyataan tersebut ditolak seseorang, maka Yesus tidak akan segan menghardik si penolak itu dengan kata-kata yang terkeras: ”Enyahlah Iblis!”

Tidak peduli orang tersebut adalah muridNya sendiri, tidak peduli bahwa murid ini (atau orang-orang yang mengaku-aku menghormatiNya) sesungguhnya bermaksud baik karena tidak menginginkan suatu kematian terkutuk disalib itu menimpa diriNya. Simaklah apa yang terjadi pada Petrus yang sesungguhnya beretiket baik bagi Gurunya:

”Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: ”Tuhan, kiranya Tuhan menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku. Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:21-23).
 
Ya, bagi Yesus, menampik kematian-kurbanNya adalah menampik perjanjianNya yang paling awal, rancanganNya yang universal, dan karyaNya yang paling mahal yang dapat dibayarkanNya bagi umat manusia. Ia berkata,

”Sebab inilah darah- Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Matius 26:28).

“Nubuat Adikodrati” Ke Depan VS “Jejak KAKI” KE BELAKANG

Ucapan nubuat yang tercatat, sekali ia digenapi, adalah merupakan bukti adi- kodrati yang paling kokoh yang harus dipercaya. Nubuat-dan bukan mujizat-merupakan testing yang paling absah akan kebenaran suatu wahyu! Kenapa? Karena sekalipun nabi-nabi palsu bisa bermujizat ala kadar, namun tak ada satu makhluk pun yang tahu masa depan, apalagi mengontrol sejarah untuk memenuhi apa yang ia sudah ucapkan! Nasibnya masa depan hanya ada ditangan Tuhan! Itu sebabnya Tuhan sendiri menantang tuhan-tuhan selainnya untuk membuktikan ”keilahian dirinya” dengan cara bernubuat:

”Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!” (Yesaya 44:7)

”maka Aku memberitahukannya kepadamu dari sejak dahulu; sebelum hal itu menjadi kenyataan, Aku mengabarkannya kepadamu, supaya jangan engkau berkata: Berhalaku yang melakukannya, patung pahatanku dan patung tuanganku yang memerintahkannya.” (Yesaya 48:5)

Namun untuk hal yang sepenting ini bagi suatu kebenaran, Muslim malah membiasakan dirinya acuh dan asing terhadap nubuat. Quran praktis tidak berisi nubuat adikodrati ke depan, melainkan sebaliknya banyak didominasi dengan pengungkapan kisah-kisah masa silam. Sebagai contoh saja, ayat yang diperbincangkan di sini, QS 4:157, adalah tipikal kisah pewahyuan ke masa silam yang terlambat munculnya, bukan nubuat ke depan yang harus dibuktikan dengan fakta-fakta masa depan.

Bagi kebanyakan Muslim, ayat di atas dianggap sebagai ”wahyu koreksi” terhadap kasus penyaliban Isa yang terlanjur diterima secara keliru. Namun teman Muslim sering lupa bahwa sangkaan ”keliru” itu justru pertama-tama harus diusutkan kepada ”kelirunya” Allah sendiri dalam bertindak di abad pertama. Bukankah Allah dengan sengaja menipu-daya umat yang menyaksikan penyaliban Isa?! Dan Allah jugalah yang mengkelirukan Isa dengan seorang Isa gadungan, bagi umat israel?

Mari kita saksikan apakah ”pengkoreksian” demikian itu kokoh sebagai hukum pengkoreksi tuhan ataukah hanya sebuah klaim yang justru perlu ”ditafsir-ulang”.


1). Absennya Novum


Anda tidak akan memprotes suatu kasus yang telah berlalu 6 abad tanpa menyodorkan bukti-bukti novum yang kuat dan absah (bukti silam yang baru ditemukan). Jadi ”wahyu-koreksi” atas penyaliban/kematian masa silam Isa, haruslah disertai dengan novum yang dapat menafikan penyaliban, dan bukan dibenarkan dengan mengajukan klaim atau asumsi baru. Bila Anda tidak percaya akan nubuat yang tidak tergenapi ke depannya, bagaimana mungkin Anda malah percaya akan wahyu koreksi silam yang tanpa novum ini (padahal kasus yang sudah lewat selalu ada jejak bukti)?

2). Siapakah sosok Isa-Isaan yang diklaim Quran?

Sebab bilamana Allah begitu perlu untuk menegaskan bahwa sosok itu BUKAN Isa, maka Allah setidaknya perlu (dan tentunya mudah) menegaskan SIAPA sosok penggantiNya! Keabsahan satu koin tidak dibentuk oleh satu sisi saja. Mengkoreksi sosok si-asli yang pergi (non-exist) terhadap si gadungan yang tertinggal (exist) itu bukanlah sebuah koreksi jikalau yang eksis itu justru tidak ditampilkan sebagai bukti, malahan juga turut dikosongkan. Apa yang mau dikoreksi kalau kedua obyek yang dipersoalkan itu justru dikosongkan?

3). Memulihkan suasana keraguan, atau menambahinya?
Sangat jelas Allah lewat ayat korektif ini bermaksud untuk memulihkan segala kekacauan ini. Namun dengan metode pengkoreksian Allah yang aneh (6 abad terlambat, ketiadaan jati-diri sosok, tipu-daya), maka Allah sebenarnya tidak menipisi, melainkan mempertebal keraguan dan perselisihan yang ingin disingkirkan. Keraguan dapat ditepis dengan menambahi bukti, bukan dengan ”pengkoreksian” yang malah menambahi misteri.








4). Dan siapa saksi-saksi-nya?

Siapa selain Allah yang dapat diajukan sebagai saksi atas permainan petak-umpet ini? Jibril? Maryam? Yahya? Serdadu Romawi yang mengeksekusi? Isa sendiri? Tidak ada di kitab! Bila sebelumnya ada tercium tipu-daya ini. Isa bahkan akan memprotes kepada Allah. Karena hal itu melawan kodratnya yang kudus, selalu berkata benar. Kudus itu tidak mau dan tidak bisa bertipu-daya atau membiarkan dirinya menjadi bagian dan ajang dari tipu-daya. Alkitab sama mengatakan, ”Ia (Yesus) tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutnya” (QS 19:19,34; Yohanes 8:46; 1 Petrus 2:22).

Yohanes 8:46 Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?



1 Petrus 2:22 ”Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya”.

Jadi, apa dan siapa yang telah dibuktikan dan dimantapkan oleh ayat pengkoreksi yang satu ini? Atau apakah pembuktian korektif model ini dapat dijadikan jurisprudensi untuk mengoreksi suatu perselisihan?

MUSTAHIL ADA WAHYU TUHAN YANG BOLEH KADALUARSA

Pewahyuan silam ini, telah menempatkan murid-murid Isa, ibuNya, dll semua menjadi korban, tertipu daya oleh cara Allah SWT mempergantikan Isa dengan seseorang yang diserupakanNya secara tersembunyi. Ketertipuan ini terus berjalan hingga diungkapkan oleh Muhammad (lihat rujukan QS 3:54).

Pertanyaan kita yang paling elementer: ”Kenapa Allah baru merasa perlu mengkoreksi di abad ke-7 untuk sebuah kasus besar dari abad ke-1?” Kenapa kadaluarsa selama 6 abad? Membiarkan bermilyar manusia mati dalam kesesatannya yang terlanjur ”menjunjung salib Yesus,” karena belum sempat dikoreksi Allah? Salahkah ibu Maria, murid-murid Yesus, dan bermilyar pengikutNya, jikalau mereka semua telah mengimani penglihatan yang ”salah”, karena mata mereka telah disesatkan oleh pembalasan tipu-daya Allah sendiri?

Cara pembalasan Tuhan terhadap si penipu dengan menipu balik sipenipu itu, sungguh tidak dikenal dalam Alkitab. Namun hal itu, diadopsi menjadi bagian yang diwahyukan Quran, sehingga para penterjemah terkesan agak rikuh dalam memilih dan memakai pelbagai istilah dan gaya yang saling berbeda untuk menterjemahkan ”khairul maakiriin,” dalam kedua ayat berikut ini (perhatikan teks bahasa aslinya).

”Dan mereka itu membuat tipu daya, Allah membalas tipu daya mereka, dan Allah sebaik-baik (pembalas) tipu daya” (and Allah is the best of schemers, Moh. Pickthall)

”Mereka membuat tipu daya, tetapi Allah (juga) membuat tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembuat tipu daya.” (and Allah is the best of plotters QS 3:54; 8:30).

Dalam paham Kristianitas, manusia menipu-daya karena hakekatnya jahat dan sumber dayanya terbatas. Namun Tuhan yang berhakekat Mahakudus dan tidak terbatas sumber dayaNya tidak harus terpaksa—bahkan tidak bisa—membalas tipu dengan tipu, apapun kondisi dan alasannya! Teroris bisa menyandera dan membunuh keluarganya polisi dengan golok, namun polisi tidak bisa membalas membunuh keluarga si teroris, apalagi dengan meriam yang menghancurkan pula tetangga, lalu berkata: “Rasain lu, saya lebih canngih membunuh kalian, kan?.”

Kristianitas mengimani Tuhan yang dapat melawan dan menghukum siapa dan apa saja dengan cara yang tak terbayangkan manusia, namun tidak dapat melawan hakekat diriNya yang “tidak berdusta dan tidak mungkin berdusta.” Dan “Tuhan tidak dapat menyangkal diriNya” (Titus 1:2, Ibrani 6:18; 2 Timotius 2:13).

Tuhan tidak bisa terang-terangan membela dan memberi kehormatan kepada Isa setinggi-tingginya—dengan menghancurkan palang salib—sambil mencangking dan menghajar semua musuhNya untuk berlutut di depan kaki Isa! Namun Kuasa Kebenaran, dan Wibawa KehormatanNya memustahilkan Dia secara sembunyi-sembunyi memilih menipu daya semua orang sambil membiarkan diriNya dipaksa manusia bejad untuk menghentikan masa dakwah nabiNya (Isa) secara prematur. Dengan dilenyapkannya Isa disitu dan tamat riwayatnya entah bagaimana, bukankah sia-sia seluruh prestasi kenabiannya?

Dan tamat pula seluruh kepercayaan murid-muridNya akan kehebatan dan janji-janji Gurunya. Melainkan menyisakan tercerai-berainya mereka dalam rasa ketakutan, tidak mampu, dan percuma menginjili, karena toh sang Guru sendiri sudah dikalahkan (lihat akhir dari pasal ini).

Kebanyakan Muslim tidak mencoba untuk memahami bahwa sedari dahulu, Tuhan semesta alam selalu merujuk kepada satu formula penyelamatan manusia, yaitu hidup melalui kematian. Dan kematian Yesus itu mengalahkan MAUT bagi umatNya!

Dulu harga kematian disimbolkan oleh korban sembelihan anak domba; dan kini digenapi oleh pengorbanan Anak Domba Tuhan dalam penyaliban Yesus. Apabila kematian-kurban dari Yesus ini ingin “dibela” dengan cara dihilangkan, maka Ia justru akan kehilangan segala-galanya!

(1). Hilang lenyap Diri Isa, dari murid-murid yang dikasihiNya. Dilenyapkan Tuhan entah kemana, tanpa pra-berita, tanpa pamit, tanpa saksi, tidak terjejaki. Meninggalkan penginjilan secara prematur sebelum berbuah (lihat butir 3).

(2). Hilang lenyap Kalimat Isa, Injil dan ajaran Isa tidak terjaga di dunia, padahal terjaga disisi Allah dan tergores kekal di Lauhul Mahfuz di surga. Injil Isa Islami dibiarkan hilang lenyap dari dunia entah kemana, tidak terjejaki, sehingga Cuma Injil Palsu karya Paulus cs –lah yang tertinggal dan kini tersebar ke seluruh pelosok bumi dalam 1000-an bahasa di dunia.

(3). Hilang lenyap Misi Isa bersama dengan semua murid-murid awal Isa (hawariyyin, para pengikut beriman), Mereka tidak terjaga, terdesak kalah dan hilang semua, disapu oleh murid-murid Paulus dengan ajaran sesatnya yang terus berjaya hingga kini. Padahal Quran menjanjikan kemenangan bagi murid-murid Isa (QS 61:14);

“...Pengikut (Isa) yang setia itu berkata:’Kamilah penolong-penolong agama Allah...maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang’ ”.

Tetapi dimanakah Injil Isa dan para pengikut Isa (Islami) yang menang itu sekarang? HILANG! Hilang segala-galanya disapu habis oleh kuasa nabi-nabi palsu yang dapat melebihi Isa! Total kesia-siaan Isa ini adalah konsekuensi sebab-akibat yang keras sekali, Muslim menolak kematian-kurban Yesus Al-Masih di kayu salib! Muslim tahu bahwa Isa
adalah sosok yang digelar “Yang Terkemuka di dunia dan di akhirat” dan “Tanda yang Besar bagi Semesta Alam”.

Jadi silahkan Muslim kini memilih satu diantara dua: Isa yang kehilangan segala-galanya (Keberadaan DiriNya, Kalimat, Ajaran & KaryaNya) ataukah Isa yang tersalib dalam kematian-kurban demi memberikan kita HIDUP yang KEKAL.


BINCANG-BINCANG SOAL ISU: “YESUS ITU TUHAN”

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah ialah Almasih putera Maryam’ ” (QS 5:17)

“Barangsiapa diantara kalian mentuhankan Isa, maka kafirlah ia yang sejauh-jauhnya”.

Itulah pendirian besi dari teman Islam terhadap Anda yang menyembah Yesus sebagai Tuhan. Hanya sayang tidak dijabarkan apa pasalnya dan apa buktinya bahwa Yesus itu tidak mungkin Tuhan!? Oke, Quran memang mengkafiri siapa saja yang menolak wahyunya di atas. Tetapi untuk membuktikan bahwa sosok Isa itu hanya nabi dan rasul manusiawi saja tidak bisa lebih itu adalah sebuah pekerjaan raksasa, kalau bukan mustahil! Muhammad mencoba menampilkan bukti-insani bahwa ’Almasih itu adalah putera Maryam, keduanya ini adalah manusia yang sama-sama memakan makanan’ (QS 5:75). Ya, jadi secara implikatif mana bisa Tuhan itu perlu makan-minum karena lapar dan haus. Mana mungkin Tuhan bisa lapar dan haus atas barang yang diciptakanNya. Mana ada Tuhan yang makan minum selama 30-an tahun di dunia? Yang ada, Anda pasti mengada-ada dan tersesat sejauh-jauhnya!

Itukah bukti bahwa Yesus itu tak mungkin Tuhan? Bukti insani demikian justru telah ditangkis oleh Yesus sendiri ketika Ia berkata: “PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal...” (Yohanes 4:32).
Ya, banyak Muslim yang tidak tahu, bahkan tidak sedikit yang justru “takut tahu” tentang keistimewaan dan kedahsyatan hakekat dan keberadaan Isa Al-Masih! Sharingkanlah itu dalam hikmat Tuhan melalui satu sentakan pertanyaan kunci:

”Quran memang mengatakan Isa Almasih itu nabi dan rasul. Itu disatu sisi. Namun tahukah Anda, Quran disisi lainnya juga mencatat bahwa Isa itu bukan sekedar nabi dan rasul, melainkan melebihi nabi dan rasul? Tahukah Anda kenapa pakar Islam mulai percaya bahwa Isa misalnya, adalah manusia yang paling pintar diseluruh jagat raya?”

Teman Muslim tidak punya pilihan. Ia rikuh. Sepertinya tahu (sebagian) tetapi tidak betul-betul tahu. Ia harus mendengar apa yang akan Anda katakan. Maka gunakanlah kesempatan ini secara menyeluruh untuk menuntun pemahaman mereka kepada jati-diri Yesus yang ilahi. Pakailah bahan-bahan yang begitu kaya yang telah kita paparkan dimuka. Kini Anda dapat mulai dengan perbincangan berikut ini.

”Bagaimanapun, setiap kita layak untuk melihat apa-apa yang diutarakan Quran tentang
keutamaan dan kebesaran yang diberikan Tuhan secara langsung kepada Isa Almasih. Apalagi banyak sekali diantara keutamaannya adalah bersifat adikodrati. Mari kita simak secara teliti bahwa Isa memanglah manusia yang paling pintar sedunia. Kita baca Surat 3:55; 5:110; 3:48”

Semua ayat ini menyaksikan betapa Tuhan berwahyu langsung kepada Isa. Tidak seperti nabi lainnya dimana pewahyuan harus melalui Jibril.

”Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Alkitab, Hikmah, Taurat dan Injil”. Quran mengkonfirmasikan bahwa Tuhan juga mengajar Isa tentang menulis dan berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian maupun sesudah dewasa, serta menyampaikan wafatnya Isa”.

Itu sebabnya dan memang tidak salah bahwa ada ini bukanlah melakukan substitusi dengan penghancuran & pelenyapan semua Alkitab asli, melainkan untuk turut menambahi (bukan mengganti) koleksi Kitab-asli yang sudah ada dengan kitab-kitab apokrif yang dikarang sendiri. Kitab apokrif ini hadir bahkan sampai sekarang, semisal Injil Nazarin, Kisah Petrus, dll yang banyak mendongengkan mujizat-mujizat sihir. Lihat, betapa Injil Barnabas pun sering dijago-jagoi oleh orang muslim tertentu sebagai Injil asli, tetapi mereka sendiri bahkan tidak memeriksanya, apalagi mengimaninya!

(1). Bahwa Taurat dan Injil itu ada dalam tangan bani Israil/ada disisi mereka, eksis secara fisik disisi para pemiliknya, tidak hilang seperti yang sering dituduhkan (QS 2:41, 89, 91; 3:93; 5:43,44,47, dll). Bila Kitabnya korup atau hilang habis, untuk apaMuhammad menyerukan agar Alkitab itu diimani? Muhammad memang perlu mengindikasikan adanya para penyeleweng atau penggelap ayat Alkitab, namun sekali-kali itu bukanlah penghapusan/pelenyapan eksistensi Alkitab yang otentik. Sebaliknya kita menyaksikan diseluruh Quran bahwa Muhammad pada zamannya, tidak pernah menegur, mencegah, atau melarang siapapun untuk membaca Alkitab yang ada ditangan orang-orang Yahudi di Mekah atau Madina, apalagi yang ada di tanah Israel! Tuhan malahan mendesak untuk muslim mem bacaNya:

”Katakanlah, ’Maka ambillah Taurat dan bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar”. (QS 3:93).

Panjang lebar dalam bab ’Tritunggal’ dan bab ’Anak Tuhan’ dimuka, dimana Yesus adalah Firman Tuhan yang ilahi, kekal dan tak terbatas itu turun (nuzul) berinkarnasi menjadi manusia yang terbatas sesaat. Dalam bahasa Quran itu dikatakan ’Kalimat Allah yang disampaikanNya kepada Maryam, dan roh daripadaNya’ (awas, jauhkan kata-kata penafsiran terjemahan yang sering ditambahkan, cernakan makna kata- katanya seperti yang terdapat dalam bahasa aslinya). Tampak bahwa asal-usul keberadaan Isa Almasih itu bukanlah dari Maryam atau zat dunia, melainkan dari DNA non-dunia ’Kalimat Allah dan RohNya’, yang masuk kedalam dunia. Dalam Injil, gen-sorga yang masuk ke dunia ini dibahasakan Yesus dengan kata-kata: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas. Kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini...Aku keluar dan datang dari Tuhan” (Yohanes 8:23,42).

2. Isa Almasih satu-satunya sosok dunia yang diperkuat oleh Rohulqudus (QS 2:87, 253)

Pengidentikan yang spekulatif antara Rohulqudus dengan Jibril telah diutarakan dimuka. Dalam Quran, hanya Isa seorang yang diperkuat oleh ”Rohulqudus”. Tuhan tidak pernah eksplisit memakai istilah ’Jibril’ dalam memperkuat Isa. Bila mana kedua oknum itu identik, tentulah Muhammad yang intim dengan Jibril itu juga akan tercatat sebagai nabi yang diperkuat oleh Rohulqudus. Namun ternyata Rohulqudus ini hanya dikhususkan kepada Isa, satu sosok yang sama kudusnya (lihat point 7).

Malahan cukup mengherankan bahwa konfigurasi ”Tritunggal” sepertinya muncul dalam ayat-ayat QS 5:110, 2:87, 253, dimana Allah dengan RohNya tampak bersatu-padu dengan diri Isa untuk menghadirkan tanda mujizat:
”Aku (Allah) menguatkan engkau (Isa) dengan Rohulqudus...” ”Kami (Allah) memperkuat dia (Isa) dengan Rohulqudus”.

Tentu kita terpaksa bertanya, kenapa Allah harus menggandengkan Isa dengan Rohulqudus dalam satu rangkaian ala Tritunggal, khusunya ketika ingin melakukan suatu mujizat? Dan kenapa Muhammad dan lain-lain nabi tidak digandengkan langsung kepada keduanya? Jawabnya di point 7.

3. Hanya Isa yang berotoritas kuasa seperti yang dipunyai oleh Tuhan, yaitu membangkitkan kematian dan menciptakan kehidupan!
Kematian seseorang dan dihidupkan kembali oleh Isa dituturkan dalam Quran. Juga dikisahkan penciptaan makhluk hidup dari benda mati, yaitu menjadikan burung hidup dari burung-burungan tanah liat, dengan tiupan kehidupan (QS 3:49; 5:110). Tidak ada nabi atau malaikat sekalipun yang diberi otoritas kuasa mencipta dan menghidupkan benda mati. Itu kuasa yang hanya dipunyai Allah (QS 46:33; 22:73; 32:9). Perdefinisi, siapapun yang mempunyainya, Dialah yang disebut Tuhan, sang Pencipta!

Tetapi sebagian pakar Islam tidak ingin melihatnya dari segi otoritas Isa, melainkan menafsirkannya sebagai otoritas karena Izin Allah semata. Namun pendalilan ini tentu gugur dengan sendirinya sebab memang tidak ada sesuatu hal di dunia ini yang dapat terjadi diluar izinNya. Adakah sehelai rambut Anda rontok tanpa izin Tuhan? Tambahan kata ”izin Allah” hanyalah sebagai bahasa pengingat, bukan syarat mutlak yang harus dikenakan kepada Isa. Sebab bila itu benar syarat, maka Allah justru mengizinkan manusia secara resmi untuk menjadi sekutuNya, yaitu dengan menjadikannya Pencipta Sesaat, Tuhan Sesaat, padahal hanya Allah-lah Tuhan!

[Alkitab memberikan penerangan yang jelas bagaimana senyawanya hubungan kuasa Yesus itu dengan Sang Bapa. Kuasa Yesus seluruhnya berasal dari diriNya yang selalu kompatibel dengan kehendak Bapa, sehingga otomatis terizin secara inklusif: ”Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak (Yesus) menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.” (Yohanes 5:21)].

4. Hanya Isa yang diakui mengetahui hal-hal gaib apa yang dimakan manusia dan apa yang disimpan dirumah (QS 3:49).

Bandingkan kontrasnya ayat ini dengan pengakuan Muhammad sendiri bahwa:
”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib...” (QS 6:50a, 7:188).
Quran mematok bahwa pengetahuan akan yang gaib hanya eksklusif ada pada Tuhan (QS 27:65), dan kini pengetahuan tersebut ada pula pada Isa. Sedemikian tahunya sehingga Isa pula yang satu-satunya tahu akan hari kiamat! Dalam Injil, dikatakan Yesus tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Dialah yang tahu segala sesuatu! (Yohanes 2:25, 16:30).

5. Malaikat menegaskan bahwa Isa Al-Masih adalah sosok yang terkemuka, baik di dunia maupun diakhirat (QS 3:45).
Inilah gelar ”Lordship”, gelar Rajawi dengan kekuasaan rohani yang besar di segala alam, baik di bumi, maupun di Firdaus, atau di segala Alam termasuk alam barzakh. Termasuk peran Isa sebagi tanda dan saksi bagi hari kiamat, ketika Isa datang kembali dihari Penghakiman.

(Ini senafas dengan apa yang tertulis di Alkitab, kuasa yang paling menggentarkan setan dan Iblis: dan (Tuhan) mendudukkan Dia (Yesus) disebelah kananNya di Sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Bukan hanya didunia ini saja, melainkan juga didunia yang akan datang (Efesus 1:21)).

6. Isa AlMasih dinyatakan sebagai pembuat hukum (legislatif). Dia sanggup mengubah hukum-hukum Taurat dengan cara menghalalkan apa yang diharamkan untuk manusia (QS 3:50).

Ini dikatakan Quran secara lurus, bukan suatu tafsiran. Hakekat dari ”Kalimat Allah” dan ”Roh daripada-Nya” yang melekat pada Isa yang memungkinkan Ia merevolusikan hukum. Dialah perubah dan penetap/pembuat hukum.
Tiada lain, pembuat hukum-hukum tuhan, ya hanya Tuhan! [Dalam Injil, Yesus tidak mengubah hukum, tetapi Dialah Hukum. Dalam kotbahnya diatas bukit, Yesus menunjukkan diriNya berotoritas penuh dalam pemurnian hukum.
”Kamu telah mendengar firman: ”Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Disini Yesus memperhadapkan ”apa kata firman Tuhan” dengan ”apa kata Yesus”. Ini tentu tidak bisa dilakukan oleh ”AKUNYA” Yesus dengan otoritas yang kurang dari Tuhan]

7. Keberadaan isa dinyatakan suci, benar, oleh malaikat (QS 19:19, 34).

Dialah satu-satunya nabi yang dinyatakan suci tanpa dosa (sinless) dan tidak berbuat dosa (fault-less) walau hanya kekeliruan kecil sekalipun. Ia berkata di dalam kebenaran (whole Truth). Isa tidak ada cacat sedikitpun, tidak pernah minta pengampunan Tuhan. Ia sesuci Yang Tersuci! Dan ini berbeda dengan para nabi lain manapun. Kenyataan yang dahsyat ini sering tersembunyi bagi kebanyakan Muslim. Itu sebabnya mereka kurang menyadari kenapa hanya isa yang diperkuat oleh Rohulqudus, dan tidak memperkuat lainnya. Quran mengindikasikan keberdosaan nabi-nabi selainnya, dan Tuhan sempat mengampuni dosa
mereka. Termasuk didalamnya Adam, Ibrahim, Musa, Daud, Yunus, dan Muhammad. (al QS 2:36; 7:22,23; 26;82; 28;15,16; 38:24,25; 37:142; 40:55; 47:19; 48:1,2).

Tetapi kita semua tahu bahwa yang Mahasuci itu hanya ada pada Tuhan seorang. [Sebaliknya dalam Injil, Yesus bukan hanya kudus tanpa dosa, namun Ia-pun berkuasa memberi kekudusan karena berkuasa mengampuni dosa seseorang. Ia berkata kepada seorang pendosa, ”Hai anakKu, dosamu sudah diampuni” (Mrk 2:5)].

8. Hanya Isa Al-Masih yang menjadi tanda dan saksi bagi hari kiamat. Isa Al-Masih Mampu memberikan pengetahuan tentang hari kiamat (QS 4:159; 43:61).
Quran menyaksikan bahwa Isa Al-Masih, secara eksklusif dan pribadi yang mengetahui rahasia hari Kiamat. Hanya Dialah yang menjadi tanda dan saksi bagi hari penghakiman tersebut. Kita tahu hari kiamat adalah rahasia-ilahi terbesar yang hanya ada pada ”otak-ilahi” (QS 33:63; 31:34). Menjadi pertanyaan, kenapa Isa diberi kuasa tunggal untuk mengetahui rahasia hari kiamat selama dibumi ini?
Konsekuensi ajaran, dakwah atau perintah-perintah Isa yang manakah yang membuat Dia memerlukan pengetahuan demikian? Agaknya tidak ada jawaban yang memuaskan, kecuali Dia sendiri ilahi.

Para pembaca yang berakal budi, Manusia sering lupa, bahwa ketika mencari kehakikian, ia justru cenderung masuk ke dalam alur non-hakiki. Kita tidak akan mungkin mengenal hutan dengan cara masuk ke dalam saja, lalu mencoba mengotak-atik pohon ini dan itu. Maka lihatlah juga perjalanan kehidupan Isa Al-Masih di dunia ini secara keseluruhan, dan kita akan mendapati kehakikian keilahian dari asal-usulNya, keberadaanNya, ucapan dan perilakuNya, hingga kepada kepulanganNya, yang semuanya adalah adikodrati, tidak tunduk pada kodrat semesta:

1). Ketika Isa dalam kandungan, Dialah penjelmaan tunggal gen-DNA ”Kalimat Allah dan Roh Allah”.
2). Ketika Isa hidup, Ialah yang berfirman (wahyu) langsung—menyembuhkan sakit terparah yang ada—menghidupkan mayat—mencipta hidup—menurunkan hidangan langit—merevolusi hukum Allah—penuh hikmat dan pengetahuan adikodrati—terkemuka di dunia nyata maupun maya dan akhirat—total kudus— mentransformasi/mengubah hati manusia—tidak mati dengan meninggalkan jasadNya: ”Yang berasal dari debu kembali ke debu yang fana: yang berasal dari ’Roh Allah’ yang kekal kembali kepada kekekalanNya...”

3). Ketika Isa berpulang dari dunia, Dia diangkat oleh Allah kembali kepadaNya sebagai asal-muasal Gen DNA dirinya yang dari surga. (QS 3:55; 4:158).

Yesus telah menegur manusia untuk tidak melihat ujud mujizat saja—dan mentok sampai disitu. Dia justru meminta kita untuk melihat tanda sebagai sebuah pertanda, yaitu tanda dibalik mujizat itu: ”...kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda melainkan karena kamu telah makan roti (mujizat) itu dan kamu kenyang” (Yohanes 6:26).
Yohanes juga menegaskan bahwa mujizat tidak melayani dirinya untuk dikagumi, juga tidak sekedar untuk menyampaikan nikmat/berkat mujizat kepada si penerimanya. Tanda mujizat dilakukan sebagai pertanda bagi manusia untuk mengenal dan mempercayai Sumber Berkat itu sendiri, yaitu Sang Pelakunya, agar mereka dapat diselamatkan:

”Masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus—yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Tuhan, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:30-31).

Yesus adalah Tuhan!
Perkataan atau KalimatNya adalah kekal:
”Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu!”

Kepada Anda dan saya, Yesus berkata, sekaligus mengkonfirmasikan ke-Aku-anNya: ”Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.”
”Aku (Yesus) adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Firman Tuhan yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Markus 13:31; Yohanes 13:13, Wahyu 1:8).

Alkitab menjelaskan bahwa Yesus itu Tuhan! Bukan yang dituhankan oleh manusia!
Tuhan yang dinubuatkan, contoh: Yesaya 7;14; 9:6
Bukan berasal dari dunia (bukan gen dunia), contoh: Yohanes 8:23, 42
Berkuasa Mengampuni Dosa / Menguduskan, contoh: Markus 2:5; Lukas 5:24; Ibrani 2:11
Pencipta dan Penjaga Alam semesta, contoh: Yohanes 1:3, Kolose 1:15-16

Maha Tahu
contoh: Yohanes 2:25; 16:30
Maha Kuasa,
contoh: Matius 28:18; Wahyu 1:8
Ada Dimana-mana, contoh: Matius 18:20; 28:20
Kekal/ Pra Eksis sebelum Ciptaan,
contoh: Mikha 5:1,2; Yohanes 1:1; 8:58; Kolose 1:17, Wahyu 1:8
Pemberi Hidup,
contoh: Yohanes 1:3, 5:21; 10:28; 11;25
Kasih yang Kekal,
contoh: Efesus 5:25, Yohanes 13:1; 15:12-13

BINCANG-BINCANG SOAL ISU : "YESUS ITU ANAK ALLAH"

* Qs 4:171
Maha Suci Allah dari mempunyai anak,

* Qs 9:30
orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah".

Sebagai pengikut Kristus, Anda sampai kapanpun akan berkata "Yesus Kristus itu Anak Allah", dan teman Muslim Anda sampai kapanpun akan selalu menyanggah Anda: "Yesus itu bukan Anak Allah" .

Masih mending Anda belum dimasukkannya dalam laknat Tuhan-nya seperti pada ayat di atas. Bintang-bincang Anda dengan teman Muslim ini tidak akan selesai, karena Anda dan teman Muslim tersebut masing-masing meyakini 2 hal yang berseberangan secara diametral dan tidak terjembatani.

Alkitab menyebut bahwa Yesus Kristus itu Anak Allah – ada 59x disebutkan –namun minimal ada 17 kali Qur'an membantah tegas bahwa Allah itu tidak beranak. Makin Anda memaksakan betulnya Anda dalam isu ini, makin yakinlah teman Muslim Anda akan merasa bahwa merekalah yang lebih betul!

Tarik-menarik begini sungguh melelahkan dan sia-sia. Maka carilah titik temu pemahaman Anda bersama dan hanya setelah itu, barulah Anda bisa beranjak lebih lanjut dalam diskusi yang menghasilkan (produktif).

Dan titik temu pemahaman bersama sesungguhnya dapat dimunculkan ketika kita secara kreatif mengajukan pertanyaan-balik, dengan pertanyaan kunci kepada dasar referensi mereka, bukannya referensi kita, sebagai berikut :

"Ya kami umat Kristiani memang mengimani secara tegas bahwa "Yesus Kristus itu Anak Allah", dan kami tahu bahwa hal ini disanggah oleh Muslim. Namun kami tidak tahu apa dugaan kalian ketika mendengar kami berkata "Yesus Kristus itu Anak Allah"?. Menurut
Anda "Anak Allah" yang macam apakah yang kami percayai itu?”

Percayalah, teman Anda akan terdiam sejenak! Tidak akan mudah baginya untuk menjawab pertanyaan-kunci Anda yang satu ini. Ia akan sedikit menghindar dan menjawabnya dengan mengaburkan substansinya. "Ya, kalian percaya ada Allah yang dipanggil Bapa, ada Allah yang dipanggil Anak atau Yesus itu?" Hal ini tentu tidak menjawab pertanyaan-kunci Anda. Tegaskan sekali lagi maksud Anda, menanyakan tentang pengertian Qur'an akan "Anak Allah" yang mereka tuduh sesat itu!

Anda jangan menjawab apa-apa sebelum pertanyaan-kunci Anda dijawab! Tidak bisa lain, ia (bersama Anda) harus menjawab dengan merujukkan ayat-ayat Qur'an tentang "anak Allah" atau "Allah yang beranak".

* Qs 19:35
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak.
 * Qs 4:171
Maha Suci Allah dari mempunyai anak...
* Qs 72:3
Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.
* Qs 6:101
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri.

Perhatikan, semua ayat di atas ini merujuk kepada pemahaman Muslim bahwa maksud orang-orang Kristiani ini ketika menyebut "Yesus itu Anak Allah" adalah bahwa Allahmendapat Sang Anak dari hubungan badan (biologis) dengan seorang istri.

Kini Anda dapat berkata : "Ya, Maha Suci Allah dari yang mempunyai anak secara biologis. Bilamana Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian demikian, tentu hal itu merupakan penghujatan manusia kepada Allah. Kita pun sebagai umat Kristiani juga akan menolak keras pemahaman 'Allah beranak yang menghasilkan Anak Allah dari hasil hubungan seksual' macam ini!"

Ada celah baru yang mulai menguak... Keingin-tahuan teman Muslim menjadikan suasana hatinya untuk menerima informasi Anda yang jujur, dan tidak apriori ataupun balik menghujat/menuduh, dan menajiskannya. Merekapun akan mencoba bertanya :

"Jadi, bagaimanakah pengertian "Anak Allah" menurut versi keimanan Kristiani?"

Kini, anda mendapat peluang indah untuk menjernihkan salah-paham ini dalam suasana yang jujur dan bersahabat.

Penjelasan tentang "Anak Allah" :
Anda yakinkan kepada mereka "Tidak ada orang Kristiani manapun yang percaya bahwa Allah beranak dan diperanakkan" sebagaimana juga tertulis dalam Qur'an (Qs 112:3). Entah kepada lapisan masyarakat manakah ayat ini diberikan? Karena konsep "Anak Allah" dalam Kristianitas tidak pernah merujuk kepada sesuatu yang ragawi yaitu hasil dari hubungan seksual 'Allah dengan istrinya'. Maha Suci Allah dari mempunyai anak hubungan biologis!

Itu sebabnya pengertian Anak dalam keimanan kristiani adalah total non-duniawiah, supra-natural/adikodrati, yaitu KELAHIRAN-INKARNATIF, dari Kalimat Allahyang disampaikanNya kepada Maryam :

* Qs 4:171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan- Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul- Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

Isa Al-Masih adalah The-Word incarnated, yaitu Firman/Kalimat Allah yang Ilahi turun (nuzul) masuk kedunia (melalui Maria). "lahir" menjadi anak manusia!
Karena di sini ada unsur kelahiran, maka istilah "Anak" menjadi sebutan yang tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah sendiri pada :

* Yohanes 1:1, 14
1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
KJV, In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God
TR (Textus Receptus) Translit Interlinear, en {pada} archê {permulaan} ên {ada} ho logos {Firman,} kai {dan} ho {itu} logos {Firman} ên pros ton {bersama} theon {Allah,} kai {dan} theos {Allah} ên {(Dia) adalah} ho {itu} logos {Firman.}

1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
KJV, And the Word was made flesh, and dwelt among us, and we beheld his glory, the glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.
Translit Interlinear TR (PB asli dalam bahasa Yunani), kai {adapun} ho {itu} logos {Firman} sarx {daging} egeneto {telah menjadi,} kai {dan} eskênôsen {berdiam} en {diantara} êmin {kita,} kai {(bahkan)} etheasametha tên {kita telah melihat} doxan autou {kemuliaanNya, } doxan {kemuliaan} ôs {sebagai} monogenous {Yang Tunggal/ Yang Unik} para {dari} patros {Bapa,} plêrês {penuh} charitos {dengan anugerah} kai {dan} alêtheias {kebenaran.}

Sebutan Isa sebagai Kalimatullah (Sang Firman) tidaklah sia-sia sebab maknanya ditampakkan dalam setiap kalimat yang keluar dari mulut Isa yang selalu adalah Wahyu. Untuk selalu berwahyu, Ia tidak pernah menunggu wahyu dari Jibril atau perantara lainnya, sebab Ia adalah Sang Firman itu sendiri.

Demi kebenaran yang kasat-mata, teman-teman Muslim perlu membuang jauh sangkaan-sangkaanny a yang total-keliru tentang pengertian sebutan "Anak Allah", seolah- olah itu bikin-bikinan manusia, atau yang sering mereka tuduhkan bahwa pengertian ini asalnya dari ajaran Paulus.

Gelar "Anak Allah" sama sekali bukan bikin-bikinan manusia. Tidak samasekali! Istilah tersebut justru diumumkan langsung dari mulut Allah sendiri :

* Matius 3:17
lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
KJV, And lo a voice from heaven, saying, This is my beloved Son, in whom I am well pleased.
TR Translit, kai idou phônê ek tôn ouranôn legousa outos estin ho huios mou ho agapêtos en hô eudokêsa.

Istilah yang sama ini juga dinyatakan dari mulut Gabriel kepada Maria sebanyak 2 kali :

* Lukas 1:32-35
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
KJV, He shall be great, and shall be called the Son of the Highest: and the Lord God shall give unto him the throne of his father David:
TR, outos estai megas kai huios upsistou klêthêsetai kai dôsei autô kurios o theos ton thronon dabid tou patros autou

1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. "
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"

1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah
KJV, And the angel answered and said unto her, The Holy Ghost shall come upon thee, and the power of the Highest shall overshadow thee: therefore also that holy thing which shall be born of thee shall be called the Son of God.
TR Translit, kai apokritheis ho aggelos eipen autê pneuma agion epeleusetai epi se kai dunamis upsistou episkiasei soi dio kai to gennômenon agion klêthêsetai huios theou

Pernyataan Gabriel yang lebih dari satu kali menyatakan status "Anak" sekaligus memperlihatkan betapa Gabriel justru menampik (baca : mengkoreksi) kaitan "Anak Allah" itu dengan konsep-kedagingan / biologis (hasil hubungan suami dan istri) seperti yang ada dalam benak Maria tadinya, dan kini malahan terulang dalam benak penuduh dari kalangam Muslim pada umumnya.

Catatan : Mungkinkah Gabriel berdusta? Perlukah?
Karena ada kesenjangan wahyu Gabriel terhadap wahyu yang dibawa Jibril bagi Muhammad! Lukas 1:35 jelas menyatakan bahwa Gabriel telah mengkoreksi apa yang terlanjur salah dalam benak Maria tentang "ke-anak-an" (sonship) yang dimaksudkan Injil. Sementara Jibril dalam Qur'an justru berbalik dan terus berkutat dalam pemahaman "ke-anak-an" insani!

Bandingkan keduanya :
(1) "Bagaimana hal (melahirkan anak) itu mungkin terjadi, karena aku (Maria) belum bersuami?" (Lukas 1:34)
(2) "Bagaimana Dia (Allah) mempunyai anak padahal Ia tidak beristri" (Qs 6:101)

Gabriel berkata bahwa Anak Allah itu KUDUS, dan Jibril menyangkal/menafikan kedua-duanya :
(1)   "Anak yang kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35)
(2)    "Maha Suci Allah dari yang mempunyai anak..." ; "Tidak layak Allah mempunyai Anak" ( Qs 4:171 ; Qs 19:35 )

-----
Sebutan "Anak Allah" yang disampaikan lewat para nabi tidak terkira banyaknya, termasuk kesaksian yang bersifat nubuat, yang tadinya bahkan tidak disadari oleh nabi yang menubuatkannya sendiri.

Lihatlah akan 2 nubuat nabi Yesaya yang "mustahil" tentang kelahiran satu "Anak Ajaib", dan ternyata nubuat kelahirannya ini benar-benar setelah 7 abad sejak hal itu dinubuatkan! Dahsyatnya terbukti, kebenaran yang mustahil, telah menempatkan ayat-ayat tersebut tak mungkin bisa dipalsukan manusia. Namun entah mengapa kebenaran yang begitu fantastis itu bisa absen dari pewahyuan Qur'an.

Nubuat pertama : * Yesaya 7:14
LAI TB, Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (perawan) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
KJV, Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel.
Hebrew translit, LAKHEN YITEN ADONAI HU LAKHEM OT HINE HA'ALMAH HARA VEYOLEDET BEN VEKARAT SHEMO IMANUEL

Kelahiran seajaib itu dimaksudkan sebagai satu pertanda besar untuk mengantar kita kepada maknanya yang sejati dan lurus, yaitu bahwa Sang Anak Ajaib itulah Imanuel (artinya : Allah menyertai kita) yang berarti Dia-lah Allah yang dapat dan mau menyertai kita selalu!

Nubuat kedua : * Yesaya 9:5
LAI TB, Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
KJV, For unto us a child is born, unto us a son is given: and the government shall be upon his shoulder: and his name shall be called Wonderful, Counsellor, The mighty God, The everlasting Father, The Prince of Peace.
Hebrew translit, KI-YELED YULAD-LANU BEN NITAN-LANU VATEHI HAMISRA AL-SHIKHMO VAYIKRA SHEMO PELE YO'ETS EL GIBOR AVI-AD SARO-SHALOM

Adalah kemustahilan bahwa seorang Anak dapat disebut sebagai "Allah Yang Perkasa".

Namun hal itu sungguh terjadi pada diri Yesus 700 tahun kemudian!

Perhatikan bahwa Yesaya bernubuat tanpa tahu dan tanpa melihat tanda-tanda, dan tanpa dapat menunjukkan Anak Ajaib tersebut. Sebagai anti-klimaksnya datang nubuat dari Nabi Yahya / Yohanes Pembabtis. Berlainan dengan Yesaya, Nabi Yahya bukan mengklaim saja tanpa apa-apa yang menyokongnya, melainkan justru melihat sebuah tanda, yaitu Roh Kudus yang turun dari langit seperti merpati, dan tinggal di atas Yesus!
Tanda Surgawi yang tiada duanya inilah yang menjadikan dasar nabi Yahya harus bersaksi dengan cara menunjuk-hidung langsung ke sosok Yesus Kristus yang ada dihadapanNya. Perhatikan perkataan langsung kepada Yesus "Sang Anak". Right now and here "inilah" dan "lihatlah" :

"Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya (Yesus). ….aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah". (Yohanes 1:32-34)


Dan... Yesus Kristus bersaksi tentang diriNya :

... Aku telah berkata: "Aku Anak Allah" (Yohanes 10:36)

Dan mereka (setan-setan) itupun berteriak : * Matius 8:29
Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"

* Markus 3:11
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."

Bila iblis/setan yang menjadi musuh Allah yang terbesar sampai mengakui Anak ini, maka musuh manakah lagi yang dapat menolaknya dengan lebih shahih?

Jadi, jikalau ada teman Muslim yang masih besikukuh menolak gelar "Anak Allah" ini, mereka kini sedikitnya akan mulai mengetahui bahwa diantara Allah dan segala makhlukNya -- dari yang kudus hingga yang ter-iblis -- sejak manusia awal diciptakan hingga abad ke 7 M, hanya Muhammad seoranglah yang tercatat melaknati sebutan otentik yang berasal dari mulut Allah sendiri.

Dalam pandangan Muslim, ketika Kalimat Allah di-nuzul-kan ke dunia lewat agen pewahyu (Jibril), itu menjadi sebuah Al~Qur'an yang diberitakan oleh nabi- Nya. Namun dalam pandangan Kristiani, ketika Firman Allah di-nuzul-kan ke dunia, Ia adalahTheWord incarnated ( Sang Firman yang inkarnasi)menjadi "Anak Allah" dalam sosokYesus Kristus yang Ilahi, yang langsung berfirman tanpa agen perantara. Ia datang bukan saja untuk berfirman, tetapi sekaligus untuk menyelamatkan umat manusia. Maka, inilah Kabar Baik, Injil, untuk umat yang menerimaNya, demi keselamatan umat yangyang pasti ada didalam Dia. Anak Allah itu tidaklah terjadi karena "Allah itu beranak". Ia adalah inkarnasi FirmanNya menjadi Anak Manusia, yaitu masuknya keilahian dalam ujud kehidupan kemanusiaan. Sehingga Allah yang tadinya tidak dapat dipahami dan didekati, kini dapat mulai dipahami, diteladani dan "di-akrab-i" dalam relasi yang diperbaharui!

Melalui "Sang Anak" ini -- yang gelarNya keluar dari mulut Allah sendiri -- manusia diwanti-wanti untuk sungguh melihat dan mendengar akan Dia. Sebab ada tertulis :

* Yohanes 12:45
dan barangsiapa melihat Aku (Anak), ia melihat Dia (Bapa), yang telah mengutus Aku.

* Matius 17:5
Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."

Amin.

BINCANG-BINCANG SOAL  ISU: “TUHAN TRITUNGGAL”

”Hai Ahli Kitab... Janganlah kamu mengatakan ’Tuhan itu tiga’... Maha Suci Allah dari mempunyai anak“ (Qs 4:171)

”Kalian orang Kristen kok menyembah tiga Tuhan. Tidakkah itu mengada-ada, lalu menyebutkan sebagai Tuhan Tritunggal?
Padahal itu tidak pernah ada tertulis di Bible kalian. Bukankah itu penyesatan diri sendiri, dan bahkan memalsukan Tuhan?”

Demikian teguran yang umum dilontarkan oleh teman muslim terhadap Anda. Maksudnya mungkin baik, tetapi Anda merasa terganggu bahkan mungkin tersinggung, bukan karena kepercayaan Anda dirusuhi, melainkan justru karena kepercayaan Anda itu lain dari pada apa yang ditimpakan kepada Anda! Sungguh Anda tidak merasa menyembah Tuhan seperti yang dituduhkan. Maka Anda ingin cepat-cepat membalas, ”Anda ngawur! Kami tidak menyembah 3 Tuhan. Kalianlah yang mengada-ada. Sebab kami hanya mempunyai Tuhan yang esa, yaitu Dia satu-satunya yang menciptakan bumi dan alam semesta.”

Apa yang terjadi selanjutnya bisa ditebak: tudingan yang semrawut, debatan yang simpang- siur, dan tidak ada kesimpulan. Karena pihak yang satu mematoki mati angka ”tiga” bagi Tuhannya orang lain sejak abad ke-7, sementara pihak lain ini mendeklarasikan ketuhanannya yang ”satu” sejak abad manapun! Yang mematoki 3 merasa bahwa ”tiga itu tak dapat jadi satu, dan satu itu bukan tiga”...

Buanglah cara yang melelahkan dan sia-sia ini. Anda tidak akan sampai kemana-mana. Anda bersharing, bukan mempertentangkan atau membenturkan diri Anda kepada dirinya. Anda justru perlu heran darimana mereka meyakini bahwa Anda menyembah 3 Tuhan? Dan biasanya (pada awalnya) mereka akan menunjuk kepada Injil Anda sendiri. Kembali Anda tak perlu buru-buru meladeni tudingan ini. Sebab pada tahap ini dia belum dapat beranjak sedikitpun dari notion pengharaman Injil. Jadi untuk apa Anda terlalu dini merujukkan sesuatu yang ditolaknya mentah-mentah? Lebih baik Anda mengajaknya untuk mengklarifikasikan materi tudingannya berdasarkan narasumber yang paling dipercayainya sendiri, yaitu AlQurannya. Sudut pandang Alkitab baru bermanfaat diperkenalkan bilamana pihak-pihak yang berdialog mulai merasa siap menerima informasi sebagai informasi, bukan sebagai konfrontasi. Tanyakan sudut pandang mereka. “Jadi menurut Anda, apa yang dikatakan Quran tentang kesesatan Tritunggal itu?”

Bersama Anda, iapun memasuki rujukan Quran, ”sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata bahwa: Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa...” (Qs 5:73)

“Dia tidak beristri dan tidak beranak” (Qs 72:3)
“Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri” (Qs 6:101) “Maha Suci Allah dari mempunyai anak” (4:17)
”Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikan aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah”. (Qs 5:116)
Orang Nasrani berkata: ”Al-Masih itu putra Allah... Dilaknati Allahlah mereka.” (Qs 9:30)
”Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul... dan ibunya seorang yang sangat benar keduanya memakan makanan.” (Qs 5:75).

Allah tidak mempunyai anak dan tiada Tuhan bersamaNya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain...” (Qs 23:9).

Dari sederetan ayat ini, terlihat dengan sendirinya titik pusat tuduhannya bahwa kaum Kristiani itu telah bersyirik dengan mempersekutukan Allah dan mentuhankan Allah (sebagai Bapa), Maryam (sebagai Ibu), dan Isa (sebagai putra Maryam), yang ketiga-tiganya disebut Tuhan.

Mereka mengharamkan 3 Tuhan, tetapi Anda datang dengan istilah yang lebih diharamkannya lagi, yaitu ”Tuhan Tritunggal.” Mana ada nama semacam itu dalam Bible? Sudah mensyirikkan 3 Tuhan, lalu ketiganya disatukan? Mana dapat disatukan? Sebab, ada peringatan Quran, ”kalau sekiranya demikian, niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan akan saling mengalahkan” Tuhan Tritunggal jadi-jadian ini pasti sangat ditolak oleh Muslim.

Namun sekarang, adakah Tritunggal semacam itu yang dipercayai oleh Anda orang Kristiani? Tidak bukan? Kinilah saatnya Anda melontarkan kepada mereka dengan pernyataan kunci bahwa:

”Tritunggal yang ditolak oleh Alquran Anda adalah pula Tritunggal yang sama ditolak oleh kami orang-orang Kristiani.”

Mereka tentu tertegun sesaat—antara salah dengar dan tidak percaya—lalu menginginkan penjelasan Anda yang sejujurnya tentang Tri-tunggal versi Kristiani.

Penjelasan Tentang TRITUNGGAL

Perhatikan bahwa jenis Tritunggal yang disyirikkan Quran ternyata berkonsepkan tuhan-tuhan yang saling eksklusif. Lihat betapa masing-masing tuhan yang digambarkan itu saling mengklaim dan memperebutkan makhluknya dan wilayahnya (Qs 23:91). Lihat pula betapa cakupan Tuhannya juga terbatas pada yang finite-fisikal saja, dimana Qs 6:101 menggambarkan konsep ”anak” yang harus dihasilkan dari hubungan dengan istri. (relasi biologis). Dan lihat betapa AlMasih dan ibunya hanyalah makhluk—bukan ilahi— sebab keduanya memakan makanan (Qs 5:75). Dimanapun Quran tak pernah mengimplikasikan ”Anak” sebagai konsep rohani!

Tritunggal yang berlandaskan konsep duniawi ini—eksklusif dan fisikal—telah menghasilkan tiga Tuhan yang dipersekutukan (dalam substansi tri-theist, bukan mono-theist), yang dipastikan benar akan saling cakar-cakaran dan mengalahkan, dengan rumusan matematika dibenaknya Muslim:
1 Tuhan (1) + 1 Tuhan (2) + 1 Tuhan (3) = 3 Tuhan

Inilah ”Tritunggal” yang ditolak Islam!
Tetapi ini pula ”tritunggal” yang ditolak Kristiani!

Tritunggal Kristiani adalah substansi dan relasi 3 pribadi Ilahi yang amat berbeda konsepnya. Tuhan Tritunggal adalah entitas yang total saling inklusif dan infinite-spiritual, tidak terlukiskan dan tidak ada yang menyamai. Tak ada relasi biologis Tuhan Pencipta dengan siapapun dari ciptaannya.
Sebagai ilustrasi perbandingan dengan meminjam model matematika di atas, dimana sedikitnya tercermin unsur inklusif dan infinite, maka rumusan ketritunggalan yang dimaksud lebih berupa:

1 T ~ x 1 T ~ x 1 T ~ = 1 T ~

(notasi ~ = infinite/tak terhingga).

Yaitu suatu persenyawaaan ketigaan ilahi yang tak terbatas, dalam kesatuan Tuhan! Dalam ungkapan ringkas, kita mengistilahkannya sebagai ”satu Apa dalam tiga Siapa dan tiga Siapa dalam satu Apa.” Yang mana jelas tidak ada kaitannya dengan 3 oknum yang saling cakar-cakaran dan mengalahkan!

Lebih jauh lagi, ”3 Siapa” disini adalah Bapa—Anak/Firman (Yesus)—Roh Kudus, sama sekali bukanlah Allah & Maryam & AlMasih (Anak) seperti yang diimplikasikan oleh Quran dalam kaitan fisik biologis. Entah salahnya dimana (!) namun ternyata Roh Kudus ini tidak pernah muncul dalam Quran sebagai oknum yang turut ditegur dalam ”3 Tuhan.”

Akibatnya, Tritunggal yang ditolak Quran (karena beda subtansi dan relasi), kini malah ditolak lebih jauh lagi oleh kaum Kristiani karena juga mencakup perbedaan oknumnya dengan Alkitab! Ketiga oknum ilahi di dalam ke-tritunggal-annya akan kita bicarakan berikut ini dari segi yang sering disalahpahami...


Bapa
Sebutan Bapa adalah sebutan yang dikenakan kepada Tuhan yang Hidup, sumber segala kehidupan dan keberadaan. Dia dalam ”Zat-Nya” yang roh tak pernah tampak bagi manusia. Ia transenden tak ada yang serupa atau menyamaiNya. Dia ada bersama- sama dengan RohNya (Roh Kudus yang Hidup), dan KalimatNya (yang ber-Firman). Bila tidak demikian, Dia tidaklah hidup dan tidak berfirman Dialah Tuhan Maha Kasih yang merancang dan menjadikan apa yang ada, sekaligus merancang penyelamatan kembali umat manusia yang jatuh dalam kebinasaan. Maka Ia adalah Bapa Surgawi kita yang mengada dan yang memelihara. Ia Bapa yang personal, tidak jauh dari perbuatan tanganNya. Ia ada, melihat dan mendengar, dan tahu akan kita disegala waktu, kepada siapa kita dapat menyapa dan memohon—langsung tanpa ikatan waktu, tempat/kiblat, dan bahasa!

Anak

Karena teman-teman Muslim dari sejak kecil dan setiap harinya terbiasa dibombardir dengan suara yang mengumandangkan ”Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.” maka dibawah sadar mereka terjadi semacam penyempitan nalar terhadap ’ke-anak-an’ yang rohaniah. ’Anak’ disini samasekali bukanlah buah hubungan biologis dari Allah dengan Maryam (Maha Suci Allah dari mempunyai anak hubungan biologis), melainkan buah ’kelahiran inkarnatif’ dari Kalimat Allah melalui Maryam (the Word Incarnated). Karena disini ada unsur proses ’kelahiran.’ Maka istilah ”Anak” justru menjadi sebutan yang amat tepat menggambarkan relasi Ilahi.

Perlu diketahui teman Muslim bahwa sebutan ANAK itu bukan bikin-bikinan manusia (yang bagaimanapun, tidak mempunyai kapasitas untuk mengetahuinya terlebih dahulu). Namun sebutan itu diumumkan langsung dari mulut Tuhan sendiri (Matius 3:17) dan dari mulut malaikat (Gabriel dalam Lukas 1:32), yang didengar oleh manusia (Maria, juga orang-orang yg ikut dalam peristiwa Yesus dibaptis). Itu sebabnya Yesus juga membahasakan diriNya sebagai Anak Tuhan dan Anak Manusia. Tidak ada pihak yang tercatat telah menolak sebutan itu. Tidak malaikat, nabi-nabi, atau setan-setan (Lukas 4:41) dan musuh-musuh Tuhan sekalipun (lihat pasal berikutnya tentang ANAK TUHAN). Jadi kenapa Islam sendiri harus mati-matian menyangkal sebuah ”anak biologis” padahal itu dipahami semua pihak lainnya sebagai suatu ”anak rohani”?

Konsepsi kelahiran atau ”keanakan” Isa, sesungguhnya telah diungkapkan oleh Quran, disebutkan sebagai ”Kalimat Allah yang disampaikanNya kepada Maryam.” Itu adalah Sang Kalimat, sosok Kalimat Allah yang tidak tampak, yang turun (nuzul) kepada Maryam agar jadi tampak sebagai Al Masih anak Maryam yang membawakan KalimatNya langsung kepada manusia. Dan ini amat mirip dengan pengertian Alkitab, bahwa ”keanakan” ini adalah Firman/Kalimat Tuhan yang ilahi yang turun masuk ke dunia (melalui Maria) menjadi manusia. Simak pewahyuan dalam Yohanes 1:1 dan 14.
”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Tuhan, dan Firman itu adalah Tuhan... Firman itu telah menjadi manusia... sebagai Anak Tunggal Bapa.”

Disini tampak semua Zat-Nya Sang Anak dalam keilahian. Dan karena Anak ini adalah inkarnasi Firman yang gen-DNAnya (zat-Nya) datang dari surga, maka ia juga harus kembali ke sorga.

Roh Kudus


Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri, yaitu Roh kehidupan dan kebenaran yang menjadikanNya sumber segala kehidupan dan kebenaran. Ia menolong manusia untuk masuk dalam kebenaran (Yohanes 16:13), memberi kekuatan, hikmat dan penghiburan. Roh Kudus itu Maha-ada, dimana-mana dan sudah ada sejak Tuhan itu ada. Ia senyawa-esa dengan Tuhan. Ia bukan ciptaan, bukan malaikat.

Pemahaman Muslim tentang Roh Kudus amat simpang siur dengan banyak penafsiran yang berbeda-beda. Namun ini tidak mengherankan karena Muhammad tahu persis bahwa ia tidak mendapat karunia untuk memahami roh. Tuhan telah berwahyu kepadanya:

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS 17:85).

Walau sudah diperingatkan Tuhan bahwa pengetahuan tentang Roh amatlah marginal. Namun pakar islam telah berani memberi penafsiran yang memastikan bahwa Roh Kudus itu adalah makhluk Jibril, atau bahkan ditafsirkan sebagai ”zat” yang ditiupkan oleh Jibril! (lihat catatan kaki dari AlQuran terjemahan Departemen Agama untuk QS 2:87). Tetapi tentu saja pemastian ini adalah asumtif (penganggapan), sebab tak ada ayat dasar manapun dari Quran yang pernah menyamakan keduanya.

[Catatan: ”Siapakah Jibril?” Sebab sangat aneh bahwa [1]. Jibril itu tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Rohulqudus atau sebaliknya. [2]. Jibril tidak pernah memperkenalkan nama dan jati dirinya sebagai Jibril kepada Muhammad. [3]. Nama Jibril muncul begitu saja dalam Quran, tanpa perkenalan yang sepatutnya, kontras berlawanan dengan etiket elegan dan sempurna yang pernah diintroduksikannya dalam Injil: ”Akulah Gabriel yang melayani Tuhan, dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau” (Lukas 1:19). [4]. Selama belasan tahun Muhammad tidak pernah tahu siapa nama roh pembawa-wahyu itu, dan karenanya ia tidak pernah menyebutnya sebagai Jibril kecuali hanya menamainya dengan pelbagai sebutan diseputar kata ”ruh” (ada yang disebut ”ruh” saja, atau ruh-Ku/ruh-Nya/ruh Kami/ruh dari Kami/Ruhulqudus/Ar-Ruh Al-Amin). Padahal roh pembawa-wahyu ini dikatakan selalu intim/dekat berbicara kepada Muhammad. Bahkan sesekali menampakkan diri kepadanya. [5]. Kelak setelah Muhammad berinteraksi banyak dengan orang Yahudi di Medina, ia baru berkesempatan menyebut nama yang sekian lama tersembunyi bagi dirinya: JIBRIL]

Membandingkan Jibril vs  Roh Kudus


Diseluruh Quran ada 29 ayat yang mencatat sebutan ruh, dari Allah, namun hanya memuat 3 ayat berkenaan dengan sebutan nama Jibril, yaitu QS 2:97,98, dan 66:4 (yang lain hanyalah terjemahan/tafsiran tambahan yang mengatasnamakan Jibril dan hanya ada 4 ayat dimana istilah Ruhulqudus disebutkan secara spesifik (QS 2:87, 253; 5:110; 16:102). Jadi setiap Anda bisa dengan mudah membandingkan kedua himpunan ayat yang spesifik ini untuk menyimpulkan apakah sosok Jibril itu pasti sama identik dengan sosok Rohulqudus (atau kalau-kalau ada kepastian bahwa Rohulqudus itu adalah ”zat” yang ditiupkan Jibril mengacu catatan kaki QS 2:87 yang disebut di atas?)

Bahwa ada sebagian karya yang sama diantara kedua sosok itu—yaitu menurunkan ayat-ayat Tuhan—tentu tidak otomatis menjadikan kedua sosok itu identik. Sebab kedua sosok itu bisa sama-sama menjadi agen pewahyu, walau berbeda sesamanya. Bukankah misalnya Isa dan Yahya yang sama-sama nabi dan sama-sama meneruskan wahyu itu tidak menjadikan Isa identik dengan Yahya? Bukankah Tuhan sendiri (sebagai sosok ketiga) juga berwahyu langsung kepada nabiNya (misalnya kepada Musa dan Isa). Dan toh Tuhan tidak dapat diidentikkan sebagai Jibril? Mahasuci Dia daripada diserupakan.

Dalam Alkitab, Gabriel jelas menyatakan dirinya BUKAN Roh Kudus! Gabriel berkata langsung kepada Maria muka dengan muka:
“Roh Kudus akan turun atasmu...”

Gabriel tidak berkata ”Aku akan turun atasmu” (Lukas 1:35). Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan sendirilah yang memberitakan firmanNya dengan Roh KudusNya. Tuhan sendirilah yang berbicara langsung atau yang mengilhamkan kata-kataNya. Sedangkan Malaikat Gabriel hanyalah agen pewahyu yang diutus sesekali oleh Tuhan untuk meneruskan berita-berita adhoc khusus secara menampakkan diri (dalam dimensi yang bisa disaksikan, termasuk mimpi).

Roh Kudus adalah oknum integral dari Tuhan sejak semula. Ia keluar dari Bapa sama seperti Yesus yang juga keluar dari Bapa, menjadikan diriNya Tuhan Tritunggal yang Esa! (Kejadian 1:1-2; Yoh 15:26, 8:42). Roh Kudus itu adalah ilahi, bukan ciptaan seperti yang “dipastikan” oleh penafsir tertentu sebagai malaikat Jibril. Ia itu Maha Hadir, ada dimana-mana dalam satu waktu. Sedangkan makhluk ciptaan tidak mungkin maha ada, melainkan hanya dapat hadir disatu tempat dalam satu waktu. Itu sebabnya malaikat itu diciptakan dalam jumlah besar untuk mendampingi manusia per manusia, lihat QS 13:10-11; 50:17-18 dll.

Daud berkata dalam Mazmurnya: “Kemanakah aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu... jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana. Jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, disitupun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku.” (Mzm 139:7-10; lihat pula Kis 2:1-4).

Iman Kristianitas adalah mutlak monotheistik bukan tritheist seperti yang dituduhkan secara keliru. Siapakah diantara penganut Alkitab yang dapat dituduh tidak mengimani monotheisme yang terpampang dalam Kitab yang dianutnya? Semisal di Kitab Ulangan6: 4; Yesaya 44:6; Markus 12:29; Yakobus 2:19; Surat Paulus di 1 Timotius 1:17, dll.?

KESIMPULAN TERHADAP TUDUHAN
1.  Tritunggal yang ditolak Quran adalah Tritunggal yang lebih ditolak lagi oleh Alkitab, karena disamping sama-sama menolak substansi-tritheist dan relasi-biologis, Alkitab justru lebih jauh menolak pula pribadi-tritunggal yang diklaim Quran!

2.  Sekalipun istilah/nama “Tritunggal” tidak ada dalam Alkitab, namun konsep keberadaan Tuhan yang Tritunggal itu bukanlah karangan-karangan manusia, melainkan jelas bertaburan di seluruh Alkitab. Bandingkan bahwa Quran juga tidak pernah mencantumkan seluruh 99 nama-nama Allah, melainkan hanya 72, namun Muslim dapat mengakui bahwa ke-27 nama yang tidak tercantum itu juga melekat dalam diri Allah!

3.  'Anak Tuhan' bukanlah buah hubungan biologis dari Tuhan yang Maha Suci seperti yang dituduhkan. Ia adalah Kalimatullah. The Word Incarnated. Firman Tuhan yang ilahi turun (nuzul) masuk ke dunia menjadi manusia Yesus. Itu sebabnya setiap kalimat yang diucapkan Yesus adalah selalu Firman. Ia tidak usah menunggu, dan tidak pernah mendengar bisikan firman dari Jibril atau siapa lainnya, seperti halnya dengan Muhammad.


4.  ”Anak Tuhan” adalah sebutan dari mulut Tuhan sendiri, dan diterima baik oleh Yesus, para malaikat, nabi, bahkan oleh setan dan Iblis. Sebutan itu bukan diada-adakan oleh Paulus dan para padri yang sesat seperti yang dituduhkan.

5.  Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri dari kekal hingga kekal. Roh Kudus dan Firman (Yesus) sama-sama keluar dari diri Tuhan, menyatakan diriNya yang Tritunggal.

Bandingkan dengan Quran dimana Allah SWT juga ”mempersekutukan” diriNya denganKalimatNya (Firman Allah yang tidak diciptakan Allah, melainkan ”bagian” dari Allah—yang tidak sama dengan Allah—yang telah ada sejak semula disisi Allah. QS 43:4;85:22)? Bandingkan pula dengan Allah SWT yang juga
mengindikasikan ”kejamakan” diriNya ketika ia berkata: ”Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa” (Qs 70: 40).

6. Roh Kudus bukan malaikat Gabriel—pelayan Tuhan yang diutus sewaktu-waktu sebagai pemberita. Malaikat yang makhluk, tidak bisa maha ada, walau bisa kemana saja. Bandingkan beda kehadiran Jibril dan Roh Kudus dalam terjemahan Quran (yang berbeda-beda) yang mencatat adanya Jibril yang berseru kepada Maryam diluar Maryam (Qs 19:24) dengan Rohulqudus yang ada di dalam Maryam (Isa dalam kandungannya Maryam, yang selalu diperkuat oleh Rohulqudus Qs 5:110; 4:171). Bila dalam satu waktuyang sama, Jibril dan Rohulqudus (yang makhluk itu masing-masing berada diluar dan didalam diri Maryam, maka dapatkah keduanya dimutlakkan sama dan identik?)

7. Dimanapun, Kristianitas tidak pernah mempertuhankan 3 Tuhan dan menjadikan Maryam itu istri Tuhan dan sekaligus Tuhan. Maryam itu istri Tuhan dan sekaligus Tuhan. Kristianitas mutlak beriman kepadakeesaan Tuhan (monotheist), dimana Bapa hanya dapat dikenal melalui Anak dalam penerangan Roh Kudus.

8.  Bahkan Paulus yang dicap oleh muslim sebagai penyesat ”tritunggal” tetap menegaskan Tuhan itu esa: ”Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman,Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.” (1 Timotius 1:17).

9.  Karena tuduhan ”3 Tuhan” yang tri-theist itu tidak kena-mengena sedikitpun! DenganKristianitas maka sebaiknya kita kembalikan kepada teman yang empunya tuduhan untukmenjawab pertanyaan yang ditimbulkannya sendiri: ”Ahli Kitab (Kristen dan Yahudi)manakah yang dituduh menyembah TUHAN ITU TIGA? Siapakah
tuhan-tuhan yang tigaitu? Dan Tuhan manakah yang dituduh ber-Anak karena beristri?”
***


Sumber: ISMAEL…, Saudaraku, Bincang-Bincang Tentang Tudingan dan Salah Paham, oleh Umar Tariqas, Reach Catalog, Jakarta, Cape Town. Penerbitan awal dengan judul: :”Bagaimana Mengatasi Penolakan Muslim”, 2005, Fitrah


 



 
 
   





Berlangganan

FeedLangganan Artikel by Email ?

» Cek Email Anda untuk konfirmasi berlangganan

Matius 11:28-30

TA'ALAU ILAYYA ya jami'al-mut'abina wats-tsaqilil-ahmal, wa Ana urihukum. Ihmilu niri 'alaikum wa ta'allamu minni, li-anni wadi'un wa mutawadhi'ul-qalb, fa-tajidu rahatan li-nufusikum. Li-anna niri hayyinun wa himli khafif ” (Matius 11:28-30) COME TO ME, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke upon you and learn from me, for I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy and my burden is light).” (Matius 11:28-30) MARILAH KEPADA-KU, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan..” (Matius 11:28-30) Dào wǒ zhèlǐ lái, nǐ shuí shì láokǔ dān zhòngdàn de, wǒ jiù shǐ nǐmen dé ānxí. Jiù ná wǒ de è, nǐ xué wǒ, yīnwèi wǒ shì wēnróu qiānbēi de xīnzàng hé línghún huì fāxiàn xiūxí. Yīnwèi wǒ de è shì róngyì de, wǒ de dànzi shì qīng. Komt tot Mij, allen die vermoeid en belast zijt, en Ik zal u rust geven. Neem mijn juk op u en leert van Mij, want Ik ben zachtmoedig en nederig van hart en ziel rust vinden. Voor mijn juk is zacht en mijn last is licht. Matteüs 11: 28-30 He, para wong kang kesayahan lan kamomotan, padha mrenea, Aku bakal gawe ayemmu. Pasanganku padha tampanana ing pundhakmu lan padha nggegurua marang Aku, awit Aku iki alus lan lembah manah, satemah kowe bakal padha oleh ayeming nyawamu, Amargo pasanganKu iku kepenak lan momotanku iku entheng. Subete wa anata ga tsukareta to futan-shadeari, watashi wa anata ga yasuma sete ageyou, watashi ni kimasu. Anata ni watashi no ku-biki o toru to, watashi wa nokori no bubun o mitsukeru no kokoro to tamashī ni yasashiku, kenkyona omoi no tame ni, watashi kara manabimasu. Watashi no ku-biki wa oi yasuku, watashi no ni wa karuikaradesu. Hãy đến với tôi, tất cả các bạn những kẻ mệt mỏi và gánh nặng, Ta sẽ cho các ngươi được yên nghỉ. Hãy mang lấy ách của ta và học hỏi từ tôi, vì tôi hiền lành và khiêm nhường trong lòng và tâm hồn sẽ được nghỉ ngơi. Vì ách ta dễ chịu và gánh ta nhẹ nhàng.