Monday 8 June 2015

PERPULUHAN DAN PERSEMBAHAN



Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. ( Amsal 3:9-10)

Hendaklah masing-masing memberikan (persembahan persepuluhan atau semua jenis persembahan yang lain) menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)

Ayat diatas sering dikutip, dalam hal memberi persembahan di Gereja-gereja.
Persembahan persepuluhan menjadi perbincangan yang menarik, karena banyak hal seputar persembahan ini yang masih menjadi tanda tanya. Misalnya, tatkala kita mempertanyakan wajib atau tidaknya memberikan persembahan persepuluhan, atau sepersepuluh dari penghasilan yang mana.

kita harus memahami apa sebenarnya makna persembahan menurut iman Kristen kita.

Pertama : Persembahan adalah tanda pengakuan
Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa tubuh, jiwa, dan roh serta segala yang ada pada kita adalah berasal dari Tuhan dan pada hakikatnya milik Tuhan. Diri kita dan seluruh harta kita seratus persen adalah milik Tuhan yang dipercayakanNya kepada kita untuk kita kelola dan nikmati sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kita pertanggungjawabkan kepadaNya (Matius 25:14-30). Sebagian dari apa yang ada itu kita potong (dengan sadar dan sengaja) dan kita kembalikan lagi kepada Tuhan dalam ibadah sebagai tanda pengakuan kita bahwa diri dan segala kekayaan kita berasal dari Tuhan dan pada dasarnya milik Tuhan.
Tradisi Israel kuna menyebutkan jumlah yang harus kita potong untuk diserahkan sebagai persembahan itu adalah sepuluh persen dari hasil panen dan ternak, sebab itulah disebut persepuluhan. Pada awalnya berbentuk natura kemudian dapat digantikan dengan uang. Sebenarnya bukan jumlah pemberian sepuluh persen itu yang pokok, sebab seperti dikatakan di atas hidup kita seratus persen adalah pemberian dan milik Tuhan. Satu lagi: Tuhan adalah Pemilik kehidupan dan Dia sama sekali tidak tergantung kepada pemberian kita (Mazmur 50). Lagi pula Tuhan itu maha baik dan maha pemurah, Dia mengasihi kita dan bahkan memberikan AnakNya yang tunggal kepada kita (Yohanes 3:16). Lantas apa makna persepuluhan itu? Dengan mengembalikan sepersepuluh atau 10% dari penghasilan dan kekayaan pemberian Tuhan kita mau melatih dan mendisiplinkan diri kita mengaku bahwa Tuhanlah yang empunya hidup kita. Artinya: kita mau belajar memberikan persembahan secara tetap dan teratur, tidak tergantung mood atau suasana hati, juga situasi dan kondisi ekonomi. Ini baik dalam rangka melatih iman.




Kedua:persembahan tanda syukur dan terima kasih.
Dengan memberi persembahan kita mengaku bahwa kita sudah menerima sangat banyak kebajikan dan kemurahan Tuhan. Sebagian kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda syukur atau ucapan terimakasih. Sebab itu kita memberikannya dengan penuh sukacita dan ikhlas! Persembahan sebab itu adalah respons atau jawaban orang beriman terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan adalah respons karena dan bukan syarat supaya mendapatkan berkat Allah! Persembahan termasuk persepuluhan bukanlah situmulans untuk merangsang kebajikan Allah namun respon orang beriman terhadap kebajikan Allah.
Sebab itu Maleakhi 3:10 juga harus dipahami bukan sebagai perintah Tuhan untuk memaksa kita memberi “upeti” kepadaNya, tetapi lebih sebagai seruan Tuhan agar kita percaya kepadaNya bahwa Dia baik dan setia serta selalu mencurahkan segala berkatNya. Kita tidak sedang bernegosiasi bisnis dengan Tuhan. Tanpa disogok, atau diberi persembahan pun, Tuhan Allah tetap baik dan setia, serta melimpahkan rahmatNya kepada kita. Namun sebagai orang-orang beriman tentu kita pantas bersyukur. Salah satu ungkapan syukur itu adalah memberi persembahan persepuluhan. Atau: persembahan mingguan, bulanan, atau tahunan. Sebagai persembahan syukur gereja tentu tidak perlu mematok jumlahnya. Jika kita mau komit (tanpa diperintah oleh siapapun) memberikan 10% dari penghasilan kita baik-baik dan sah-sah saja. Jika kita menetapkan kurang atau lebih juga baik dan sah. Ingat: Tuhan tidak membutuhkan belas kasihan umatNya. Sebaliknya Dialah yang berbelas kasih kepada umatNya. Karena itulah doa persembahan selalu berbunyi: Siapakah kami ini sehingga dapat memberi kepadaMu?

Ketiga: tanda kasih dan kemurahan hati.
Yesus Kristus sudah memberikan diriNya kepada kita, menderita dan berkorban bagi kita. Sebab itu kita juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesama kita. Sebagaimana Kristus rela memecah-mecah tubuh dan mencurahkan darahNya untuk umat yang dikasihiNya, kita juga mau memecah-mecah roti dan berkat kehidupan untuk sesama. Ketika memberi persembahan kita sekaligus mau mengingatkan diri kita dan membaharui komitmen/ janji kita untuk selalu memberi, berbagi dan berkorban sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus, Tuhan kita. (I Yoh 3:16-18).
Tidak ada patokan yang mengatakan bahwa persembahan persepuluhan harus ditujukan kepada gereja sebagai organisasi. Persembahan persepuluhan juga bisa diberikan kepada orang-orang miskin, lembaga sosial dan kemanusiaan. Yang penting di sini adalah persembahan persepuluhan itu adalah juga sekaligus tanda komitmen solidaritas dan cinta kasih kita kepada saudara-saudara Tuhan yang miskin, sakit, menderita dan terabaikan. Apa yang kita berikan kepada saudara-saudara Yesus yang miskin sama artinya dengan memberikannya kepada Tuhan. Sebab itu DS dan kita silahkan saja tentukan kemana hendak menyalurkan komitmen persepuluhannya. Bisa utuh kepada gereja, lembaga sosial dan kemanusiaan, atau dibagi-bagi. Jika menyampaikannya kepada gereja bisa juga tentukan persembahan persepuluhan secara spesifik ditujukan untuk pelayanan dibidang apa: diakoni, kesaksian, pembangunan, sekolah minggu dan lain-lain.

Keempat: tanda iman atau kepercayaan
Kita percaya bahwa Tuhan mencukupkan kebutuhan kita dan menjamin masa depan kita. Sebab itu kita tidak perlu kuatir atau kikir. Dengan memberi persembahan kita mau mengatakan kepada diri kita bahwa kita tidak takut kekurangan di masa depan sebab Allah menjamin masa depan. Persembahan adalah tanda iman kita kepada pemeliharaan Allah di masa depan. Sebab itu kita memberi persembahan tidak hanya di masa kelimpahan tetapi juga di masa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun juga saat miskin. (Lih. Flp 4:17-19, II Kor 9:8).
Dengan memberikan persembahan, termasuk persepuluhan, termasuk di saat kita miskin atau kekurangan, kita sebenarnya mau melatih diri kita tetap beriman kepada Tuhan. Bahwa dengan memberikan sepersepuluh dari penghasilan kita maka kita tidak akan jatuh semakin miskin atau mati kelaparan. Di sini tentu saja kita harus kritis. Seandainya karena satu atau lain hal kita “gagal” memberikan persembahan perpuluhan kita juga tidak perlu merasa berdosa. Tuhan tidak pernah menuntut apa-apa dari kita. Dia sangat mengasihi kita. Namun, sebaliknya kita harus juga hati-hati, sebab kita juga bisa jatuh dalam sikap pembenaran diri, bermain-main atau seenaknya saja dalam memberi persembahan. Dan hal itu tidak baik bagi perkembangan jiwa kita. Kita harus belajar bertumbuh dan semakin dewasa dalam iman. 

Ada ilustrasi yang mungkin lebih mudah dipahami mengapa kita  perlu  bersyukur atas berkat yang sudah kita terima (berkaitan dengan persembahan )

CERITA TENTANG SEORANG MITRA BISNIS YANG MURAH HATI

Suatu hari, seseorang yang sangat kaya sedang berjalan-jalan. Dalam perjalanan, ia melihat seorang pengemis di sisi jalan. Orang kaya tersebut melihat dengan belas kasih kepada si pengemis dan berkata, "Bagaimana engkau menjadi seorang pengemis?”
Pengemis tersebut menjawab, "Pak, saya telah melamar pekerjaan selama setahun tetapi belum mendapatkan satu pun. Anda terlihat seperti orang kaya. Pak, jika Anda memberikan saya pekerjaan, saya akan berhenti mengemis."
Orang kaya tersebut tersenyum dan berkata, "Saya ingin membantu Anda. Namun, saya tidak akan memberikan Anda pekerjaan. Saya akan memberikan Anda sesuatu yang lebih baik. Saya ingin menjadikan Anda mitra bisnis saya. Mari memulai usaha bersama."
Si pengemis berkedip. Ia tidak mengerti apa maksud perkataan orang tersebut. "Apa maksud Anda, Pak?"
Orang kaya itu berkata, "Saya memiliki sawah untuk menanam padi. Anda bisa menjual beras di pasar. Saya akan menyediakan kantung berasnya. Saya akan membayar sewa untuk kios di pasar. Saya bahkan akan memberikan Anda uang makan setiap hari selama 30 hari. Yang harus Anda lakukan hanyalah menjual beras saya. Dan setiap akhir bulan, sebagai Mitra Bisnis, kita akan membagi hasil keuntungan."
Air mata sukacita mengalir dari pipi orang tersebut. "Pak, Anda sungguh karunia dari surga. Anda adalah jawaban untuk doa saya. Terima kasih, terima kasih, terima kasih!" Ia berhenti sebentar, lalu bertanya, "Pak, bagaimana kita membagi hasilnya? Apakah saya menyimpan 10% dan Anda mendapatkan 90% ? Atau saya 5% dan Anda 95%? Saya akan bahagia dengan apapun pembagiannya."
Orang kaya tersebut tertawa dan menggelengkan kepada, "Tidak, saya hanya ingin Anda memberikan 10% kepada saya. Dan Anda menyimpan 90% keuntungannya."
Sejenak, pengemis tersebut tidak bisa berbicara. Hal ini terlalu mengagetkan. Dan orang kaya tersebut tertawa lebih keras. Ia menjelaskan, "Aku tidak membutuhkan uang, temanku. Saya sudah kaya melebihi apa yang Anda bayangkan. Saya ingin Anda memberikan saya 10% dari keuntunganmu sehingga Anda bisa bertumbuh dalam kesetiaan dan rasa syukur."
Pengemis tersebut berlutut di hadapan penolongnya dan berkata, "Ya, Pak, saya akan melakukan apa yang Anda katakan. Bahkan sekarang, saya sangat bersyukur untuk apa yang telah Anda lakukan bagi saya!"
Dan begitulah yang terjadi……...
IA LUPA DARI MANA BERKAT TERSEBUT BERASAL
Setiap hari, si pengemis—sekarang berpakaian dengan lebih baik—menjalankan sebuah toko beras di pasar. Ia bekerja dengan sangat giat. Ia bangun pagi-pagi dan tidur larut malam. Dan penjualannya meningkat cepat, karena beras tersebut adalah beras berkualitas terbaik. Dan setelah 30 hari, keuntungannya sangat mencengangkan.
Di akhir bulan, sementara mantan pengemis tersebut menghitung uangnya, dan sangat menyukai perasaan memegang uang di tangannya, sebuah ide muncul di pikirannya. Ia berkata, "Ah, mengapa saya harus memberikan 10% kepada Mitra Bisnis saya? Saya tidak melihat dia selama sebulan penuh! Sayalah yang bekerja pagi dan malam untuk bisnis ini. Saya melakukan semua pekerjaan ini! Saya layak memperoleh 100% keuntungan!"
Beberapa menit kemudian, orang kaya tersebut mengetuk pintunya untuk mengambil 10% bagiannya. Mantan pengemis tersebut membuka pintu dan berkata, "Anda tidak layak memperoleh 10%. Saya bekerja keras untuk ini. Saya layak memperoleh semuanya!" Dan ia membanting pintunya.
Jika Anda sebagai mitra bisnisnya, bagaimana perasaan Anda?
Teman-teman, inilah yang terjadi pada kita.
Saya punya pengumuman untuk Anda: Allah adalah Mitra Bisnis Anda. Dan Mitra Bisnis Anda memberikan Anda segalanya.
Allah memberikan Anda hidup—setiap saat, setiap hembusan napas, setiap detik... Allah memberikan Anda talenta—kecakapan Anda untuk berbicara, untuk mencipta, untuk menghasilkan uang... Allah memberi Anda tubuh—mata Anda, telinga Anda, mulut, tangan, kaki, dan jantung Anda... Allah memberikan Anda pikiran—imajinasi Anda, emosi Anda, nalar, emosi...
Dalam Perjanjian Lama, Mitra Bisnis Anda hanya meminta Anda memberikan 10% bagian keuntungan. Namun, saya melihat banyak orang yang tidak ingin memberikannya, karena mereka merasa mereka memiliki semua bagian yang mereka hasilkan.

Salah besar.
Beberapa orang Kristen mempercayai bahwa mereka tidak perlu memberikan persembahan atau perpuluhan karena itu adalah Hukum Perjanjian Lama. Mereka mengatakan bahwa di Perjanjian Baru, Allah mengatakan kepada kita untuk memberi sebagaimana dituntun oleh Roh Allah untuk memberi.
Saya setuju. Namun, apakah itu berarti kita seharusnya memberi kurang dari Perjanjian Lama?
Cerita sebelumnya di atas adalah versi Perjanjian Lama.
Saya akan membagikan kepada Anda versi kedua.

BEGINILAH VERSI PERJANJIAN BARU
Dalam cerita saya versi Perjanjian Baru, cerita dimulai dengan cara yang sama. Orang kaya mengatakan kepada si pengemis bahwa ia ingin berbisnis dengannya. Dan setelah si pengemis ternganga keheranan, ia bertanya, "Pak, bagaimana kita membagi keuntungan? Apakah saya menyimpan 10% dan Anda mendapat 90% bagiannya?"
Malah orang kaya tersebut akan berkata, "Berikan saja saya 10%," katanya, "Engkau tentukan seberapa banyak engkau ingin memberi kepadaku. Berikan seturut rasa syukurmu."
Coba katakan kepada saya: akankah si pengemis memberi 10% saja?
Beginilah interpretasi saya: memberi 10% adalah titik awal dari memberi dengan rasa syukur. Banyak orang berpikir bahwa 10% adalah maksimumnya. Saya tidak sependapat.

10% bagaikan seorang anak bersepeda dengan roda latihan—itu adalah untuk orang yang tidak mengerti bagaimana cara menjadi murah hati tetapi mau belajar. Dan sebagaimana Anda belajar untuk memberi 10%, Allah akan mengajarkan kepada Anda untuk memberi dengan lebih murah hati.

"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan." Maleakhi 3:10)

1 comments:

Unknown said...

Saya berterima kasih untuk semua dan Tuhan Memberkati kita semua.

Berlangganan

FeedLangganan Artikel by Email ?

» Cek Email Anda untuk konfirmasi berlangganan

Matius 11:28-30

TA'ALAU ILAYYA ya jami'al-mut'abina wats-tsaqilil-ahmal, wa Ana urihukum. Ihmilu niri 'alaikum wa ta'allamu minni, li-anni wadi'un wa mutawadhi'ul-qalb, fa-tajidu rahatan li-nufusikum. Li-anna niri hayyinun wa himli khafif ” (Matius 11:28-30) COME TO ME, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke upon you and learn from me, for I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy and my burden is light).” (Matius 11:28-30) MARILAH KEPADA-KU, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan..” (Matius 11:28-30) Dào wǒ zhèlǐ lái, nǐ shuí shì láokǔ dān zhòngdàn de, wǒ jiù shǐ nǐmen dé ānxí. Jiù ná wǒ de è, nǐ xué wǒ, yīnwèi wǒ shì wēnróu qiānbēi de xīnzàng hé línghún huì fāxiàn xiūxí. Yīnwèi wǒ de è shì róngyì de, wǒ de dànzi shì qīng. Komt tot Mij, allen die vermoeid en belast zijt, en Ik zal u rust geven. Neem mijn juk op u en leert van Mij, want Ik ben zachtmoedig en nederig van hart en ziel rust vinden. Voor mijn juk is zacht en mijn last is licht. Matteüs 11: 28-30 He, para wong kang kesayahan lan kamomotan, padha mrenea, Aku bakal gawe ayemmu. Pasanganku padha tampanana ing pundhakmu lan padha nggegurua marang Aku, awit Aku iki alus lan lembah manah, satemah kowe bakal padha oleh ayeming nyawamu, Amargo pasanganKu iku kepenak lan momotanku iku entheng. Subete wa anata ga tsukareta to futan-shadeari, watashi wa anata ga yasuma sete ageyou, watashi ni kimasu. Anata ni watashi no ku-biki o toru to, watashi wa nokori no bubun o mitsukeru no kokoro to tamashī ni yasashiku, kenkyona omoi no tame ni, watashi kara manabimasu. Watashi no ku-biki wa oi yasuku, watashi no ni wa karuikaradesu. Hãy đến với tôi, tất cả các bạn những kẻ mệt mỏi và gánh nặng, Ta sẽ cho các ngươi được yên nghỉ. Hãy mang lấy ách của ta và học hỏi từ tôi, vì tôi hiền lành và khiêm nhường trong lòng và tâm hồn sẽ được nghỉ ngơi. Vì ách ta dễ chịu và gánh ta nhẹ nhàng.