Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama
dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai
melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. ( Amsal 3:9-10)
Hendaklah masing-masing
memberikan (persembahan persepuluhan atau semua jenis persembahan yang lain)
menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)
Ayat diatas sering dikutip,
dalam hal memberi persembahan di Gereja-gereja.
Persembahan persepuluhan
menjadi perbincangan yang menarik, karena banyak hal seputar persembahan ini
yang masih menjadi tanda tanya. Misalnya, tatkala kita mempertanyakan wajib
atau tidaknya memberikan persembahan persepuluhan, atau sepersepuluh dari
penghasilan yang mana.
kita harus
memahami apa sebenarnya makna persembahan menurut iman Kristen kita.
Pertama
: Persembahan adalah tanda pengakuan
Dengan memberi
persembahan kita mengaku bahwa tubuh, jiwa, dan roh serta segala yang ada pada
kita adalah berasal dari Tuhan dan pada hakikatnya milik Tuhan. Diri kita dan
seluruh harta kita seratus persen adalah milik Tuhan yang dipercayakanNya
kepada kita untuk kita kelola dan nikmati sesuai dengan kehendak Tuhan, dan
kita pertanggungjawabkan kepadaNya (Matius 25:14-30). Sebagian dari apa yang
ada itu kita potong (dengan sadar dan sengaja) dan kita kembalikan lagi kepada
Tuhan dalam ibadah sebagai tanda pengakuan kita bahwa diri dan segala kekayaan
kita berasal dari Tuhan dan pada dasarnya milik Tuhan.
Tradisi Israel
kuna menyebutkan jumlah yang harus kita potong untuk diserahkan sebagai
persembahan itu adalah sepuluh persen dari hasil panen dan ternak, sebab itulah
disebut persepuluhan. Pada awalnya berbentuk natura kemudian dapat digantikan
dengan uang. Sebenarnya bukan jumlah pemberian sepuluh persen itu yang pokok,
sebab seperti dikatakan di atas hidup kita seratus persen adalah pemberian dan
milik Tuhan. Satu lagi: Tuhan adalah Pemilik kehidupan dan Dia sama sekali
tidak tergantung kepada pemberian kita (Mazmur 50). Lagi pula Tuhan itu maha
baik dan maha pemurah, Dia mengasihi kita dan bahkan memberikan AnakNya yang
tunggal kepada kita (Yohanes 3:16). Lantas apa makna persepuluhan itu? Dengan
mengembalikan sepersepuluh atau 10% dari penghasilan dan kekayaan pemberian
Tuhan kita mau melatih dan mendisiplinkan diri kita mengaku bahwa Tuhanlah yang
empunya hidup kita. Artinya: kita mau belajar memberikan persembahan secara
tetap dan teratur, tidak tergantung mood atau suasana hati, juga situasi dan
kondisi ekonomi. Ini baik dalam rangka melatih iman.
Kedua:persembahan
tanda syukur dan terima kasih.
Dengan memberi
persembahan kita mengaku bahwa kita sudah menerima sangat banyak kebajikan dan
kemurahan Tuhan. Sebagian kita kembalikan kepada Tuhan sebagai tanda syukur
atau ucapan terimakasih. Sebab itu kita memberikannya dengan penuh sukacita dan
ikhlas! Persembahan sebab itu adalah respons atau jawaban orang beriman
terhadap kasih dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan adalah
respons karena dan bukan syarat supaya mendapatkan berkat Allah! Persembahan
termasuk persepuluhan bukanlah situmulans untuk merangsang kebajikan Allah
namun respon orang beriman terhadap kebajikan Allah.
Sebab itu Maleakhi
3:10 juga harus dipahami bukan sebagai perintah Tuhan untuk memaksa kita
memberi “upeti” kepadaNya, tetapi lebih sebagai seruan Tuhan agar kita percaya
kepadaNya bahwa Dia baik dan setia serta selalu mencurahkan segala berkatNya.
Kita tidak sedang bernegosiasi bisnis dengan Tuhan. Tanpa disogok, atau diberi
persembahan pun, Tuhan Allah tetap baik dan setia, serta melimpahkan rahmatNya
kepada kita. Namun sebagai orang-orang beriman tentu kita pantas bersyukur.
Salah satu ungkapan syukur itu adalah memberi persembahan persepuluhan. Atau:
persembahan mingguan, bulanan, atau tahunan. Sebagai persembahan syukur gereja
tentu tidak perlu mematok jumlahnya. Jika kita mau komit (tanpa diperintah oleh
siapapun) memberikan 10% dari penghasilan kita baik-baik dan sah-sah saja. Jika
kita menetapkan kurang atau lebih juga baik dan sah. Ingat: Tuhan tidak
membutuhkan belas kasihan umatNya. Sebaliknya Dialah yang berbelas kasih kepada
umatNya. Karena itulah doa persembahan selalu berbunyi: Siapakah kami ini
sehingga dapat memberi kepadaMu?
Ketiga:
tanda kasih dan kemurahan hati.
Yesus Kristus
sudah memberikan diriNya kepada kita, menderita dan berkorban bagi kita. Sebab
itu kita juga mau memberi, berbagi dan berkorban bagi sesama kita. Sebagaimana
Kristus rela memecah-mecah tubuh dan mencurahkan darahNya untuk umat yang
dikasihiNya, kita juga mau memecah-mecah roti dan berkat kehidupan untuk
sesama. Ketika memberi persembahan kita sekaligus mau mengingatkan diri kita dan
membaharui komitmen/ janji kita untuk selalu memberi, berbagi dan berkorban
sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus, Tuhan kita. (I Yoh 3:16-18).
Tidak ada patokan
yang mengatakan bahwa persembahan persepuluhan harus ditujukan kepada gereja
sebagai organisasi. Persembahan persepuluhan juga bisa diberikan kepada
orang-orang miskin, lembaga sosial dan kemanusiaan. Yang penting di sini adalah
persembahan persepuluhan itu adalah juga sekaligus tanda komitmen solidaritas
dan cinta kasih kita kepada saudara-saudara Tuhan yang miskin, sakit, menderita
dan terabaikan. Apa yang kita berikan kepada saudara-saudara Yesus yang miskin
sama artinya dengan memberikannya kepada Tuhan. Sebab itu DS dan kita silahkan
saja tentukan kemana hendak menyalurkan komitmen persepuluhannya. Bisa utuh
kepada gereja, lembaga sosial dan kemanusiaan, atau dibagi-bagi. Jika
menyampaikannya kepada gereja bisa juga tentukan persembahan persepuluhan
secara spesifik ditujukan untuk pelayanan dibidang apa: diakoni, kesaksian,
pembangunan, sekolah minggu dan lain-lain.
Keempat:
tanda iman atau kepercayaan
Kita percaya bahwa
Tuhan mencukupkan kebutuhan kita dan menjamin masa depan kita. Sebab itu kita
tidak perlu kuatir atau kikir. Dengan memberi persembahan kita mau mengatakan
kepada diri kita bahwa kita tidak takut kekurangan di masa depan sebab Allah
menjamin masa depan. Persembahan adalah tanda iman kita kepada pemeliharaan
Allah di masa depan. Sebab itu kita memberi persembahan tidak hanya di masa
kelimpahan tetapi juga di masa kekurangan, tidak saja sewaktu kaya namun juga
saat miskin. (Lih. Flp 4:17-19, II Kor 9:8).
Dengan memberikan
persembahan, termasuk persepuluhan, termasuk di saat kita miskin atau
kekurangan, kita sebenarnya mau melatih diri kita tetap beriman kepada Tuhan.
Bahwa dengan memberikan sepersepuluh dari penghasilan kita maka kita tidak akan
jatuh semakin miskin atau mati kelaparan. Di sini tentu saja kita harus kritis.
Seandainya karena satu atau lain hal kita “gagal” memberikan persembahan
perpuluhan kita juga tidak perlu merasa berdosa. Tuhan tidak pernah menuntut
apa-apa dari kita. Dia sangat mengasihi kita. Namun, sebaliknya kita harus juga
hati-hati, sebab kita juga bisa jatuh dalam sikap pembenaran diri, bermain-main
atau seenaknya saja dalam memberi persembahan. Dan hal itu tidak baik bagi
perkembangan jiwa kita. Kita harus belajar bertumbuh dan semakin dewasa dalam
iman.
Ada ilustrasi yang mungkin lebih mudah dipahami mengapa kita perlu bersyukur atas berkat yang sudah kita terima (berkaitan dengan persembahan
)
CERITA
TENTANG SEORANG MITRA BISNIS YANG MURAH HATI
Suatu hari, seseorang
yang sangat kaya sedang berjalan-jalan. Dalam perjalanan, ia melihat seorang
pengemis di sisi jalan. Orang kaya tersebut melihat dengan belas kasih kepada
si pengemis dan berkata, "Bagaimana engkau menjadi seorang pengemis?”
Pengemis tersebut
menjawab, "Pak, saya telah melamar pekerjaan selama setahun tetapi belum
mendapatkan satu pun. Anda terlihat seperti orang kaya. Pak, jika Anda
memberikan saya pekerjaan, saya akan berhenti mengemis."
Orang kaya tersebut
tersenyum dan berkata, "Saya ingin membantu Anda. Namun, saya tidak akan
memberikan Anda pekerjaan. Saya akan memberikan Anda sesuatu yang lebih baik.
Saya ingin menjadikan Anda mitra bisnis saya. Mari memulai usaha bersama."
Si pengemis berkedip.
Ia tidak mengerti apa maksud perkataan orang tersebut. "Apa maksud Anda,
Pak?"
Orang kaya itu
berkata, "Saya memiliki sawah untuk menanam padi. Anda bisa menjual beras
di pasar. Saya akan menyediakan kantung berasnya. Saya akan membayar sewa untuk
kios di pasar. Saya bahkan akan memberikan Anda uang makan setiap hari selama
30 hari. Yang harus Anda lakukan hanyalah menjual beras saya. Dan setiap akhir
bulan, sebagai Mitra Bisnis, kita akan membagi hasil keuntungan."
Air mata sukacita
mengalir dari pipi orang tersebut. "Pak, Anda sungguh karunia dari surga.
Anda adalah jawaban untuk doa saya. Terima kasih, terima kasih, terima
kasih!" Ia berhenti sebentar, lalu bertanya, "Pak, bagaimana kita
membagi hasilnya? Apakah saya menyimpan 10% dan Anda mendapatkan 90% ? Atau
saya 5% dan Anda 95%? Saya akan bahagia dengan apapun pembagiannya."
Orang kaya tersebut
tertawa dan menggelengkan kepada, "Tidak, saya hanya ingin Anda memberikan
10% kepada saya. Dan Anda menyimpan 90% keuntungannya."
Sejenak, pengemis
tersebut tidak bisa berbicara. Hal ini terlalu mengagetkan. Dan orang kaya
tersebut tertawa lebih keras. Ia menjelaskan, "Aku tidak membutuhkan uang,
temanku. Saya sudah kaya melebihi apa yang Anda bayangkan. Saya ingin Anda memberikan
saya 10% dari keuntunganmu sehingga Anda bisa bertumbuh dalam kesetiaan dan
rasa syukur."
Pengemis tersebut
berlutut di hadapan penolongnya dan berkata, "Ya, Pak, saya akan melakukan
apa yang Anda katakan. Bahkan sekarang, saya sangat bersyukur untuk apa yang
telah Anda lakukan bagi saya!"
Dan
begitulah yang terjadi……...
IA LUPA
DARI MANA BERKAT TERSEBUT BERASAL
Setiap hari, si
pengemis—sekarang berpakaian dengan lebih baik—menjalankan sebuah toko beras di
pasar. Ia bekerja dengan sangat giat. Ia bangun pagi-pagi dan tidur larut
malam. Dan penjualannya meningkat cepat, karena beras tersebut adalah beras
berkualitas terbaik. Dan setelah 30 hari, keuntungannya sangat mencengangkan.
Di akhir bulan,
sementara mantan pengemis tersebut menghitung uangnya, dan sangat menyukai
perasaan memegang uang di tangannya, sebuah ide muncul di pikirannya. Ia
berkata, "Ah, mengapa saya harus memberikan 10% kepada Mitra Bisnis saya?
Saya tidak melihat dia selama sebulan penuh! Sayalah yang bekerja pagi dan
malam untuk bisnis ini. Saya melakukan semua pekerjaan ini! Saya layak
memperoleh 100% keuntungan!"
Beberapa menit
kemudian, orang kaya tersebut mengetuk pintunya untuk mengambil 10% bagiannya.
Mantan pengemis tersebut membuka pintu dan berkata, "Anda tidak layak
memperoleh 10%. Saya bekerja keras untuk ini. Saya layak memperoleh
semuanya!" Dan ia membanting pintunya.
Jika Anda sebagai
mitra bisnisnya, bagaimana perasaan Anda?
Teman-teman, inilah yang terjadi pada kita.
Teman-teman, inilah yang terjadi pada kita.
Saya punya pengumuman
untuk Anda: Allah adalah Mitra Bisnis Anda. Dan Mitra Bisnis Anda memberikan
Anda segalanya.
Allah memberikan Anda
hidup—setiap saat, setiap hembusan napas, setiap detik... Allah memberikan Anda
talenta—kecakapan Anda untuk berbicara, untuk mencipta, untuk menghasilkan
uang... Allah memberi Anda tubuh—mata Anda, telinga Anda, mulut, tangan, kaki,
dan jantung Anda... Allah memberikan Anda pikiran—imajinasi Anda, emosi Anda,
nalar, emosi...
Dalam Perjanjian
Lama, Mitra Bisnis Anda hanya meminta Anda memberikan 10% bagian keuntungan.
Namun, saya melihat banyak orang yang tidak ingin memberikannya, karena mereka
merasa mereka memiliki semua bagian yang mereka hasilkan.
Salah
besar.
Beberapa orang
Kristen mempercayai bahwa mereka tidak perlu memberikan persembahan atau
perpuluhan karena itu adalah Hukum Perjanjian Lama. Mereka mengatakan bahwa di
Perjanjian Baru, Allah mengatakan kepada kita untuk memberi sebagaimana
dituntun oleh Roh Allah untuk memberi.
Saya setuju. Namun,
apakah itu berarti kita seharusnya memberi kurang dari Perjanjian Lama?
Cerita
sebelumnya di atas adalah versi Perjanjian Lama.
Saya akan membagikan kepada Anda versi kedua.
Saya akan membagikan kepada Anda versi kedua.
BEGINILAH VERSI PERJANJIAN BARU
Dalam cerita saya versi
Perjanjian Baru, cerita dimulai dengan cara yang sama. Orang kaya mengatakan
kepada si pengemis bahwa ia ingin berbisnis dengannya. Dan setelah si pengemis
ternganga keheranan, ia bertanya, "Pak, bagaimana kita membagi keuntungan?
Apakah saya menyimpan 10% dan Anda mendapat 90% bagiannya?"
Malah orang kaya
tersebut akan berkata, "Berikan saja saya 10%," katanya, "Engkau
tentukan seberapa banyak engkau ingin memberi kepadaku. Berikan seturut rasa
syukurmu."
Coba katakan kepada
saya: akankah si pengemis memberi 10% saja?
Beginilah
interpretasi saya: memberi 10% adalah titik awal dari memberi dengan rasa
syukur. Banyak orang berpikir bahwa 10% adalah maksimumnya. Saya tidak
sependapat.
10% bagaikan seorang anak bersepeda dengan roda
latihan—itu adalah untuk orang yang tidak mengerti bagaimana cara menjadi murah
hati tetapi mau belajar. Dan sebagaimana Anda belajar untuk memberi 10%, Allah
akan mengajarkan kepada Anda untuk memberi dengan lebih murah hati.
"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan
itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku
dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu
tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai
berkelimpahan." Maleakhi 3:10)
1 comments:
Saya berterima kasih untuk semua dan Tuhan Memberkati kita semua.
Post a Comment