Tentang Tudingan dan Salah Paham
Islam Kepada Kristen,
oleh Umar Tariqas
BINCANG-BINCANG SOAL ISU:
ALKITAB-MU PALSU
“Taurat, Zabur dan Injil asli telah
hilang, dan Bible kalian yang sekarang adalah kitab yang telah dikorup, dipalsu
oleh manusia. Itu sebabnya Quran diturunkan kemudian oleh Allah secara langsung
demi menegakkan kebenaran yang asali.”
Perhatikan! Tidak seperti isu lain,
tudingan Muslim dalam perkara “Alkitabmu palsu”, sulit dicarikan ayatnya dari Quran.
Muslim hanya menuduh menurut kesan-kesan dan slogan yang telah ditanamkan
dalam-dalam ke hati mereka melalui sejarah dan tradisi keagamaan yang
sedemikian lama. Apa yang tertanam dalam, tentu sulit dibongkar oleh
tangan-tangan luar. Oleh karena itu Anda tidak perlu membuang enegri dengan adu
”jual-beli” argumentasi. Muslim bangga akan Quran mereka yang diwahyukan
langsung lewat Jibril kepada nabi yang terakhir, Muhammad. Itu adalah manifesto
final dari kehendak Allah untuk menggantikan Taurat dan Injil. Dimata mereka
alangkah jauhnya beda otoritas Quran terhadap Bible yang dianggap ditulis dan
dikumpulkan secara gado-gado oleh orang-orang yang tidak jelas silsilahnya dari
pelbagai lingkar masyarakat seperti petani, nelayan, gembala, jenderal, tabib,
narapidana, dsb. Baginya itu tidak lebih daripada hadis-hadis maudhu atau
da’if, palsu dan jauh dari yang shahih!
Menghadapi tudingan jenis ini, Anda bisa
memilih pembukaan paraphrase. Artinya, Anda mengutip-ulang tudingannya, namun
dengan kata-kata Anda sendiri yang menggiring kepada suatu maksud lanjutan.
“Ya, saya terlalu sering mendengar teman
Muslim berkata bahwa kitab Taurat dan Injil itu palsu, dan yang aslinya telah
tiada. Lalu Allah mengkoreksinya lewat Quran, dan Muhammad gencar
memperingatkan manusia tentang pemalsuan ini. Tetapi sebenarnya apa yang
diperingatkan oleh Muhammad mirip dengan apa yang telah diperingatkan oleh
Yesus dan rasul-rasulNya. Apakah Anda tahu akan hal ini?“
Ah, masa, apa iya?! Sensasi kali. Dan
mereka akan memasang kuping lebar-lebar untuk mendengar penjelasan Anda lebih
lanjut.
PENJELASAN
TENTANG PEMALSUAN ALKITAB
Kita sama sekali tidak bersensasi di sini. Kita amat serius, karena Alkitab memang telah memperingati anak-anak Tuhan agar mereka jangan sampai tertipu oleh macam-macam kepalsuan yang mengatasnamakan Tuhan dan kebenaranNya! Kita akan kutip sejumlah peringatan demikian dari Alkitab tentang ajaran-ajaran dan guru-guru palsu, bahkan mesias-mesias palsu:
”Bahkan dari antara
kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka
berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar, dan supaya mengikut
mereka.” (Kis 20:30).
”Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu
tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada
guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran- pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan
jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.” (2 Petrus
2:1).
”Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi
palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan
mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang
pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.”
(Matius 24:24-25).
Atas sajian ayat-ayat di atas, teman
muslim mungkin akan membantah, ”Itukan lain. Itu bukan berkenaan dengan
pemalsuan Taurat dan Injil, melainkan memperingatkan adanya nabi dan guru-guru
palsu dengan ajaran yang palsu.” Nah, persis seperti apa yang dibantahnya,
disinilah kita membalikkan isu tuduhan mereka dengan cara yang sama, dengan
pernyataan kunci Anda kepada mereka:
”Justru sesungguhnya Muhammad mengecam
orang-orang Yahudi yang mengajarkan dan menyampaikan firman yang palsu.
Persoalannya bukanlah Kitab Allah dari orang Yahudi, melainkan orang-orang
Yahudinya yang khusus dikecam oleh Muhammad! Mari kita periksa bersama. Kita
kumpulkan semua ayat Quran yang mempersoalkan ulah Yahudi terhadap keotentikan
Alkitab. Total ada 11 ayat.”
Persilahkan teman Muslim untuk
menyimaknya sendiri apa bentuk kecaman Muhammad yang semuanya terekam dalam 11
ayat Quran, dan tidak lebih:
Allah membenarkan apa yang ada pada bani
Israil (Taurat). Janganlah mereka mengingkari dan jangan menukarkan
ayat-ayatNya (QS 2:41).
Janganlah mereka mencampuradukkan yang
hak dengan yang batil dan jangan sembunyikan kebenaran (2:42).
Segolongan
mereka mengubah firman Allah setelah mengetahuinya (2:75).
Orang-orang yang menulis Alkitab dengan
tangan mereka sendiri, tetapi mengatakan ”Ini dari Allah”, demi memperoleh
keuntungan yang sedikit (2:79).
Segolongan dari
mereka menyembunyikan kebenaran (2:146).
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu
mencampuradukan yang benar dengan yang batil, dan sembunyikan yang benar
(3:71).
Segolongan yang memutar-mutar lidahnya
membaca Alkitab…Mereka berkata dusta terhadap Allah (3:78).
Sebagian dari orang-orang Yahudi
merobah-robah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya (4:46).
Sebagian dari orang-orang Yahudi
merobah-robah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya, dan melupakan sebagian
dari apa yang telah diperingatkan Allah kepada mereka (5:13).
Orang- orang Nashara melupakan sebagian
dari apa yang telah diperingatkan Allah kepada mereka (5:14).
Ahli Kitab
banyak menyembunyikan isi Alkitab dan membiarkannya (5:15).
Jadi, apa persisnya substansi Alkitab
yang dipersoalkan oleh Muhammad disitu? Muhammad tidak pernah mempermasalahkan Kitab
yang beredar, melainkan orang-orang yang melancungkan KalimatNya dalam tutur
katanya, dalam ajarannya, dan dalam otaknya karena kelupaan. Tidak ada ancaman
Alkitab palsu yang dikhawatirkan atau yang diharamkan Muhammad. Ia tidak
berkata: ”Percayalah kepada Alkitab/Injil yang Asli, dan awas terhadap Kitab
yang palsu!” Tidak ada Kitab yang sengaja dihilangkan atau musnah, apalagi
musnah semua dan digantikan dengan yang palsu. Dimanapun Muhammad dalam
pewahyuan, hanya mengenal Alkitab asli, tidak pernah mengenal menjumpai, atau
mengantisipasikan Alkitab-Palsu seperti yang ”diinginkan” oleh sekalangan
penafsir Islam. Tidak ada firman Tuhan yang dinyatakan hilang-lenyap, kecuali
sebagian isinya dilupakan, disembunyikan, diubah-ubah dan dicampur-adukkan, lidah
bacaan diputar-putar, dipindahkan kalimat-kalimat dri tempatnya, diubah
firmanNya, ditukar ayatNya, berkata dusta terhadap Allah.
Jadi Muhammad—sama halnya dengan
Yesus—memberi peringatan bertubi-tubi akan penyelewengan pemberitaan/ajaran
Alkitab (bukan palsunya semua Kitab yang beredar).
Bedanya ialah Muhammad lebih mengecam
dan mengutuk pelaku-pelaku Yahudi yang memalsu ketimbang memperingati umat,
sedangkan Yesus dan rasul- rasulNya lebih memperingatkan umat Tuhan ketimbang
mengecam pelaku pemalsuan yang otomatis sudah menjai terkutuk!
”Aku bersaksi kepada setiap orang yang
mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan
sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya
malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang
mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah
akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang
tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22:18-19).
Sebaliknya, Muslim segera dapat melihat
bahwa Muhammad amat membela semua Kitab Tuhan, serta mengajukan sedikitnya 6
alasan mutlak kenapa Alkitab itu mustahil terpalsu, hilang atau digantikan oleh
ulah manusia yang terbatas:
(1). Dikatakan bahwa Kalimat-kalimat
Allah tidak dapat ditukarkan oleh manusia manapun; dan tidak ada perubahan
atasnya sejak kapanpun (QS 6:34; 10:64; 48:23). Semua Kitab-kitab Allah itu
dalam induk Alkitab disisi Allah (QS 43:4; 85:22), baka dan kekal. Dapatkah
kebenaran Induk Alkitab yang terjaga disisi Allah itu dicuri, dihilangkan dan dipalsukan manusia bejad? Ini yang
menjadikan para sesepuh awal Islam seperti Buchari dan Al-Razi setuju bahwa
Alkitab tak dapat dirubah karena itu adalah Firman Tuhan.
(2). Dimanapun,
Muhammad selalu mengingatkan bahwa tidak ada perlakuan Tuhan yang membedakan
Kitab-KitabNya. Tidak ada yang satu terjaga, yang lain terlantar. Yang
mendiskriminasikan itu hanyalah penafsir yang ngotot memilih menutup hati
sendiri terhadap firman Allah yang jelas berkata kepada mereka:
Katakanlah, ”Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Yakub…Musa dan Isa… Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
diantara mereka…” (QS 2:136, 3:84).
(3). Terdapat peneguhan
yang amat pasti bahwa Taurat dan Injil itu dibenarkan oleh Allah, dan harus
diimani! (QS 2:41, 89, 91, 101, 136; 3:3; 4:136; 5:43,44,46,47,48,68; 6:92;
10:73, 94; 29:46; 32:23; 35:31; 46:30; 43:4;dll).
Quran justru membenarkan Taurat dan
Injil bukan 1 kali, tetapi berpuluh-puluh kali, jauh melebihi 11 ayat yang
ditafsirkan secara paksa seolah Alkitab itu palsu. Maka setiap orang akan
bertanya:
”Untuk apa dan siapakah maka Taurat
& Injil dibenarkan sampai berpuluh kali?” Sebab seruan semacam itu tidak
berguna bagi orang-orang Yahudi maupun Nasrani yang toh sudah tahu dan bangga
akan kebenaran kitab-kitab mereka. Jadi logis kalau itu ditujukan kepada orang
lain, termasuk pengikut-pengikut Muhammad atau orang-orang Quraisy agar
merekapun perlu membaca dan percaya akan Alkitab!
Penyelewengan
verbal atau tekstual? Keaslian yang musnah atau tetap eksis?
Perhatikan bahwa semua
penyelewengan/penggelapan yang dikecam Muhammad umumnya bersifat penyelewengan
verbal dan bukan merubah fisiknya teks Alkitab dengan maksud substitusi total
dan penggantian. Kecaman yang menyangkut fisik teks palsu dari Alkitab hanya
terdapat dalam satu ayat saja, yaitu Surat 2:79, menyangkut orang-orang
tertentu yang menulis Alkitab palsu dengan maksud untuk ditukar dengan harga
rendah. Jelas ”menulis palsu” (untuk dijual dengan harga murahan) ini bukanlah
melakukan substitusi dengan penghancuran & pelenyapan semua Alkitab asli,
melainkan untuk turut menambahi (bukan mengganti) koleksi Kitab-asli yang sudah
ada dengan kitab-kitab apokrif yang dikarang sendiri. Kitab apokrif ini hadir
bahkan sampai sekarangpun, semisal Injil Nazarin, Kisah Petrus dll yang banyak
mendongengkan mujizat-mujizat sihir. Lihat, betapa Injil Barnabas pun sering
dijago-jagoi oleh orang Muslim tertentu sebagai Injil asli, tetapi mereka
sendiri bahkan tidak memeriksanya, apalagi mengimaninya!
(a). Bahwa Taurat dan
Injil itu ada dalam tangan bani Israil/ada disisi mereka, eksis secara fisik
disisi para pemiliknya, tidak hilang seperti yang sering dituduhkan (QS 2:41,
89, 91; 3:93; 5:43,44,47,dll). Bila Kitabnya korup atau hilang habis, untuk apa Muhammad menyerukan agar Alkitab itu
diimani?
Muhammad memang perlu mengindikasikan adanya para penyeleweng atau
penggelap ayat Alkitab, namun sama sekali itu bukanlah penghapusan/pelenyapan
eksistensi Alkitab yang otentik. Sebaliknya kita menyaksikan diseluruh Quran
bahwa Muhammad pada zamannya, tidak pernah menegur, mencegah, atau melarang
siapapun untuk membaca Alkitab yang ada ditangan orang-orang Yahudi di Mekah
atau Medina, apalagi yang ada ditanah Israel! Tuhan malahan mendesakkan
bacaanNya:
”Katakanlah, ”Maka ambillah Taurat dan
bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar” (QS 3:93).
(b). Bahwa yang menyelewengkan Kitab
Tuhan itu hanya segolongan orang-orang fasik, bukan seluruhnya. QS 3:199
menegaskan bahwa sebagian para Ahli Kitab justru adalah orang-orang beriman
yang tidak menukarkan atau menjual ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada
mereka. Mereka memperoleh pahala disisi Allah. Juga dikatakan: ”Orang-orang
yang telah Kami berikan Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.” (QS 2:121a).
(c). Dan sebagai puncak pengakuan atas
kebenaran Alkitab bagi Muslim, maka Muhammad-pun perlu ”berkonsultasi” kepada
ahli-ahli Kitab ini tatkala ada keraguan terhadap pewahyuan:
”Maka jika engkau (Muhammad) dalam
keragu-raguan tentang apa yang kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang membaca kitab sebelum engkau. Sungguh telah datang kebenaran
kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau termasuk
orang-orang yang ragu” (QS 10:94).
Ini adalah ”pusat rujukan kebenaran”
yang otomatis telah memvonis keaslian Alkitab tanpa usah diperdebatkan lagi.
Sebab bagaimanakah Muhammad dapat disuruh berkonsultasi kepada orang-orang yang
Kitab-kitabnya palsu dan korup? Dan yang diulang sekali lagi agar tidak
terlupakan oleh para penafsir:
”Dan tidak Kami mengutus sebelum engkau
melainkan laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka: maka bertanyalah kamu
kepada mereka yang berilmu (tentang nabi dan kitab), jika kamu tidak
mengetahui.” (QS 16:43).
DILEMA MUSLIM
*Tanyakan kepada
teman Muslim:
”Kapankah waktu terjadinya pemalsuan?
Dan tidak ada satupun pakar Islam yang dapat menjawab pertanyaan yang amat
perlu dan amat sederhana ini. Sebab jikalau dijawab ”sebelum Islam muncul”,
maka kenapa Quran justru menyaksikan kebenaran Alkitab dan memerintahkan
orang-orang untuk mengimaninya? Sebaliknya jika dijawab sesudah Islam muncul”,
maka sang pakar tersebut akan dipermalukan oleh fakta-fakta sejarah, karena
naskah-naskah Alkitab/Perjanjian Baru yang final sudah tersimpan rapi dalam
gereja dan musium-musium dunia jauh sebelum datangnya Islam (a.l. Codex
Vaticanus, codex Sinaiticus, dll diabad ke-4). Dan isi naskah–naskah itu dalam
teks bahasa aslinya tidak berubah atau terpalsu apapun dengan isi Alkitab kita
sekarang ini!)
In the Family of
Abraham”, Anne Cooper menggambarkan dilema Islam sbb:
“Alasan utama kenapa Muslim mencap bahwa
Alkitab telah dikorupsikan teksnya adalah karena mereka betul-betul tidak
mempunyai pilihan lain lagi. Karena Quran disatu pihak membenarkan Alkitab,
tetapi belakangan baru diketahui (bukan pada masa-masa sahabat Nabi) bahwa isi
keduanya saling tidak cocok, sehingga tidaklah mungkin keduanya turun dari
Tuhan yang sama. Dan karena Quran dianggap wahyu terakhir dari Tuhan, maka cara
yang paling gampang untuk menghindari kesulitan-kesulitan ini adalah meletakkan
tuduhan bahwa isi Alkitab telah dikorupsikan oleh si pemalsu.”
Namun dilema terbesar pada Quran adalah
justru ketika Allah sendiri yang meletakkan Taurat & Injil itu sebagai
rujukan kebenaran bagi Muhammad. Dengan demikian, sekali Alkitab dituduh palsu
maka palsu pulalah Quran itu dengan sendirinya!
Sesungguhnya, untuk teman Muslim yang
menuduh secara sembrono, “Alkitanmu Palsu,” Anda dapat bertanya amat santai
kepadanya: kapan dipalsu, dimana di palsu, siapa pemalsu, siapa saksi, apa yang
dipalsu, seperti apa yang tidak dipalsu, dikemanakan yang tidak dipalsu, dst,
dst….. dan tidak satupun dapat mereka jawab dengan nyata. Semuanya hanya
argument siluman yang tidak berujud! Namun biarkanlah ia menjawab luhur
pertanyaan dasar, bagaimanakah sipemalsu itu dapat memalsu/menggantikan Kalimat
Penciptanya:
“Akankah Tuhan Yang Mahakuasa membiarkan
orang kafir yang bejat dan najis untuk mengotak-atik KitabNya serta mengubah
kalimat/firmanNya yang kudus itu?
Akankah Tuhan membiarkan seluruh
FirmanNya dalam Taurat, Mazmur, Injil, dan Kitab Nabi- nabi terhilang semuanya
dan tidak tercari di dunia, namun masih terjaga kekal dan mulia disisi Tuhan di
surga?
Dan dapatkah manusia menghilangkan
Kalimat Tuhan, sedang setan dan iblis pun tak mampu melakukannya?”
Sungguh, Alkitab sejati tidak pernah
gagal oleh ulah manusia, karena ia adalah pernyataan dan Sabda Tuhan yang
kekal. Berapa banyak Alkitab telah dirusak, dinyatakan illegal, dibakar orang dan
Negara.
Berapa banyak penyebar-penyebarnya telah dianiaya, dibunuh atau
dibungkamkan dipenjara. Tetapi Firman Tuhan yang kekal tidak bisa terbungkam,
atau dihilangkan seperti tuduhan sejumlah orang. Ringkas dan sederhana saja,
bilamana Firman Tuhan bisa hilang, maka kita bisa mencurigai bahwa itu bukanlah
Firman Tuhan yang baka, melainkan “kalimat manusia” yang fana belaka.
Kitab Wahyu
14:6, Yesaya 40:8, dan 1 Petrus 1:25 mewahyukan kekekalan wahyu:
“Dan padanya (malaikat), ada Injil yang
kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam diatas bumi dan kepada semua
bangsa dan suku dan bahasa dan kaum…”
Nabi Yesaya dan Rasul Petrus sama
berucap: “Rumput menjadi kering, dan bunga menjadi layu, tetapi firman Tuhan
kita tetap untuk selama-lamanya.”
Dan siapakah
selain sang Kalimatullah sendiri, yang sanggup berkata sepenuh wibawa:
“Langit dan bumi
akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Matius 24:35).
Sebagai penutup, biarlah setiap teman
Muslim tahu, bahwa Taurat dan Injil yang terlalu sering didiskreditkan manusia
ternyata mendapat pembelaan dari Tuhan sendiri! Bukan kebetulan bahwa Tuhan
sengaja mengistimewakan kedua KitabNya ini dengan satu janji rezeki yang
teramat eksklusif. Janji mana hanya ditujukan bagi kaum yang menjalankan Taurat
dan Injil, tidak yang lain:
PARA PEMBACA
YANG DIKASIHI TUHAN.
Kita sedih melihat begitu kasat-mata,
luas dan jauhnya salah paham yang terjadi sesame umat beragama ketika kita-kita
ini bermaksud mencari sebuah kebenaran dari Tuhan.
Betapa lelahnya kita mencari-cari dalam
kesia-sian. Mata hati kita yang telah terpolusi tidak akan mampu menemuinya.
Kultur dan hakekat manusia yang memberontak dan jahat pada dasarnya, telah
membutakan pencaharian manusia akan kebenaran. Dalam Alkitab, kita-kita yang
berdosa ini disebut orang-orang buta. Kita yang buta ini tidak mampu mencari,
kecuali membuka diri dan mengundang untuk dicari! Kita perlu merendah-diri,
perlu menanggalkan segala “cawat daun” sambil membukakan pintu hati kita bagi
Dia Yang Menebus kita dari vonis -kematian. Sebab Yesus Al-Masih yang bangkit
dari kematian itulah yang mengalahkan MAUT. Dialah yang mampu memberikan kepada
Anda dan saya hidup, hidup yang berkelimpahan:
”….Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Wahyu 3:20, Yohanes 10:10).
Roma 10:4-18
10:4 Sebab Kristus adalah kegenapan
hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.
10:5 Sebab Musa menulis tentang
kebenaran karena hukum Taurat: “Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.”
10:6 Tetapi kebenaran karena iman
berkata demikian: “Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke
sorga?”, yaitu: untuk membawa Yesus turun,
10:7 atau: “Siapakah akan turun ke
jurang maut?”, yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.
10:8 Tetapi apakah katanya? Ini: “Firman
itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Itulah firman
iman, yang kami beritakan.
10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan
mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10 Karena dengan hati orang percaya
dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
10:11 Karena Kitab Suci berkata:
“Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”
10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara
orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari
semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
10:13 Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
10:14 Tetapi bagaimana mereka dapat
berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka
dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana
mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
10:15 Dan bagaimana mereka dapat
memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa
indahnya kedatangan mereka yang membawa kabarbaik!”
10:16 Tetapi tidak semua orang telah
menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: “Tuhan, siapakah yang percaya
kepada pemberitaan kami?”
10:17 Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
10:18 Tetapi aku bertanya: Adakah mereka
tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: “Suara mereka sampai ke
seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”
BINCANG-BINCANG SOAL ISU:”YESUS TIDAK
MATI DISALIB”
“Dan karena ucapan mereka: “sesungguhnya
kami telah membunuh Al Masih….” Padahala mereka tidak membunuhnya dan tidak
menyalibnya, melainkan orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka….”
(4:157).
“Tetapi (yang
sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNya” (4:158).
“Dan mereka itu membuat tipu daya, Allah
membalas tipu daya mereka, dari Allah sebaik-baiknya tipu daya” (3:54).
Teman Muslim
sering mencoba mengkoreksi Anda agar kembali sadar dari kesesatan:
“Isa itu tidak dibunuh, dan tidak
disalib seperti yang kalian percayai. Ini adalah koreksi dari Allah bagi
kalian. Yang disalib adalah seorang Isa-Isa-an yang disamarkan Allah kepada
orang-orang Yahudi. Sedangkan Isa yang asli telah diselamatkan oleh Allah
dengan mengangkatnya ke surga. Ketika orang-orang kafir berkomplot untuk menipu
daya Isa, mereka malahan dibalas dengan tipu daya yang lebih canggih dari
Allah.”
Menghadapi dua koreksi: bahwa Isa tidak
mati disalib, dan bahwa yang disalib itu bukan Isa, tetapi “Isa-Isaan”; apa
yang dapat Anda tanggapi?
Aneh, untuk peristiwa yang justru
dianggap sangat berbobot bagi para Muslim, ayat Surat 4:157 ini tampil tanpa
diulang ditempat lain manapun, melainkan diwahyukan secara solo, satu-satunya
totally isolated. Padahal bagi Muslim (tidak mesti bagi Quran) ayat ini
dimaksudkan untuk mengkoreksi suatu kesalahan fatal dari sekian miliar umat
manusia yang telah terlanjur sesat, dan berpotensi masuk neraka! Bandingkan
betapa beda seriusnya satu ayat solo ini terhadap keseriusan Quran ketika
mengulang-ulang ancaman akan siksaan api neraka dan laknat Allah. Itu
diperingatkan berulang hingga 783 ayat! Atau rata-rata 1 ancaman laknat dan
siksa neraka setiap ayat Quran!
Dengan ayat solo yang satu ini jelas bahwa
Muslim tidak cukup mempunyai referensi untuk membela kebenaran koreksinya. Satu
ayat QS 4:157 itu tidak membukti, jadi bagaiman mengkoreksi. Ia hany
melemparkan satu “asumsi”. Karena itu pakar Islam harus merekonstruksi pelbagai
kisah dengan teori-teori kemungkinan ini dan itu. Ada yang menteorikan bahwa
Isa-Isa-an yang disalibkan itu adalah Yudas Iskariot. Ada yang bilang itu Barabas atau Simon dari
Kirene. Sekte Ahmadiyah mengklaim bahwa memang Isa-lah yang disalib, namun
tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja, yang menjadi sembuh didalam
kesejukan kubur-batu, yang akhirnya keluar dan minggat ke Kashmir dan wafat di
sana dalam usia 120 tahun setelah menikah dan hidup sejahtera...
Ayat dan dongeng yang mengikutinya bisa
menjadi mitos, namun segera berbalik menjadi salah satu ayat yang paling
bermasalah dari seluruh Quran, jikalau mereka mau sedikit saja menelusurinya.
Tanganilah isu ini dengan bijak. Lakukanlah cara ”warming up” dan bertanya dari
kejauhan:
”Kami melihat Quran hanya menolak
kematian Isa dalam satu ayat, namun sebaliknya banyak ayat Quran justru
mencatat tentang kematian Isa. Seperti QS 5:117, 3:55, 4:159. Dan dalam Surat
19:33 kematian dan bahkan kebangkitan Isa diakui Quran! Kita tidak bisa
membayangkan ada kematian atau kebangkitan terjadi di sorga. Maka kematian Isa
dalam ayat ini pastilah sebuah kematian/kebangkitan historis dalam satu
rangkaian siklus kehidupan di dunia:
”Dan kesejahteraan atasku pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku wafat dan pada waktu aku dibangkitkan hidup kembali.”
Jadi kenapa
kalian bisa lebih yakin bahwa Isa tidak mati dibunuh?”
Dan mereka akan memberi alasan dari segi
perlindungan Tuhan terhadap para nabiNya. Mereka menolak penyaliban isa karena
beralasan bahwa Tuhan pun pasti akan menolaknya juga. Isa adalah nabi yang amat
suci dan dekat dengan Tuhan dan terjaga/terpelihara (maksum) didalamNya; tidak
mungkin dia dibiarkan terhina, teraniaya dan terbantai begitu rupa oleh manusia
bejad. Dan tidak mungkin Tuhan menunjukkan kelemahanNya dengan membiarkan
pemaksaan keji ini oleh kaum najis...
Nah, dari apa yang mereka gambarkan ini,
Anda menangkap bahwa kematian Isa yang mereka pikirkan adalah jenis Kematian
Martir bagi Tuhan. Mereka tidak mengenal Anak Domba Tuhan dalam Kematian Kurban
bagi pengikut-pengikutNya. Tidak sedikitpun mereka menafsirkan bahwa kematian
Isa itu ada kaitannya dengan pengorbanan dan penebusan bagi dosa manusia.
Disnilah Anda dapat melemparkan pertanyaan pancingan Anda:
”Ya, Surat An Nisaa ayat 157 ini
menegaskan (tanpa menjelaskan) bahwa Isa tidak mati dalam kematian-martir
melawan musuh-musuh Allah. Sedangkan kematian Yesus seperti yang kami maksudkan
adalah kematian-kurban. Anda tahu membedakan kematian martir dan kematian
kurban?”
Mereka akan tergoda, dan mempersilahkan
Anda untuk menjelaskannya dari perspektif Kristiani.
PENJELASAN KEMATIAN YESUS
Pertama-tama jelaskan bahwa kematian
martir itu adalah kematian yang mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap
pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya karena dibunuh. Kematian
demi kebenaran ini merupakan akibat paksaan yang tidak bisa dihindari lagi
kecuali menyangkal cinta kasihnya kepada Tuhan dan kebenaranNya. Ia dibunuh
dalam kemartiran, dimana Tuhanlah yang menjadi pusat pembaktiannya.
Berbeda dengan kematian-kurban dimana
seseorang merelakan jiwanya sendiri untuk dikorbankan (masih bisa dihindari,
tetapi ia merelakan) demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa
orang yang dikasihinya. Inilah sebuah kematian ”tukar guling” yang merupakan
”win-win solution” (semua pihak diuntungkan) demi menebus kematian para kekasihnya.
Kedua jenis kematian disini total
berlandaskan kasih, dan tidak diselewengkan dengan dalil-dalil manusia yang
melekatkan kebencian dan dendam atas nama Tuhan atau ”perjuangan”.
”Dan sekalipun aku membagi-bagikan
segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar (mati
sahid, dll), tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada
faedahnya bagiku.” Sebab, ”Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan
Tuhan.” (I Kor 13:13; Yak 1:20)
Quran tampaknya tidak mengenal
kematian-kurban. Namun bila Anda jeli, sesungguhnya Surat 19:33 di atas
tersirat nubuat Isa akan kematian kurban bagi dirinya. Yaitu Isa bahkan akan
tetap menemui kesejahteraan (perfect peace) pada hari ia wafat, karena ia
merelakan kematiannya dalam damai-sejahtera yang sejati.
Untuk melukiskan ujud kematian- kurban
kepada teman Muslim, Anda dapat memperlihatkan keseluruhan perikop Alkitab
HAMBA TUHAN yang MENDERITA dalam Yesaya 52:13 dst, 53:1- 12. di situ kedatangan
seorang Hamba yang akan berkorban telah dinubuatkan sejak awal. Ia yang ”hamba”
akan menderita, dihina, dianiaya dan mati disalibkan sebagai korban tebusan
bagi umat yang seharusnya dihukum mati karena dosa-dosanya. Ia sendiri berkata
(Lukas 24:26):
”Bukankah Mesias harus menderita semuanya
itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?”
Jadi, berlainan dengan martir, kematian
Yesus ini tak ada hubungannya dengan emosi kebencian atau karena iming-iming
mendapat upah surgawi, melainkan justru ”iming-iming” membayar harga tebusan
yang dapat langsung menyelamatkan jiwa umatNya! Dan kematian-kurban ini
dinyatakan dalam bahasa Yesus sendiri:
KISAH PARA NABI
SEGALA ZAMAN VS AL-QURAN
Jika Quran hanya mampu menyangkal
kematian Isa dengan satu ayat yang bersifat klaim, tanpa bukti dan saksi, maka
tidak demikian halnya dengan Alkitab. Pembuktian akan kebenaran kematian Yesus
disalib serta kebangkitanNya, tidak terkira kokohnya, internal maupun
eksternal. Itu sudah terlalu banyak ditulis para ahli tanpa ada sanggahan yang
layak. Namun bukti yang kita kupas dibawah ini akan menambahi ekstra, yang akan
memberikan perspektif baru kepada teman Muslim. Sebab kematian-kurban memang
eksis bagi Mesias, dan itu bukan bikinan atau diada-adakan oleh manusia. Ia
sungguh telah dijanjikan Tuhan dari mulutNya dan/atau dari tanganNya sendiri,
dan diteruskan turun-temurun sejak manusia pertama!
Lihat, Adam dan Hawa dikala itu masih
hidup dalam kenaifan budaya alam fauna dan flora. Keduanya tentu tidak bisa
memahami apa itu “kematian- kurban.” Maka Tuhan harus mengkomunikasikannya
secara bertahap dalam konsepsi, dengan ilustrasi, dan perlambangan darah yang
harus ditumpah sebagai kurban penebus dosa. Dan sejak itu, Tuhan terus berjanji
kepada manusia akan hal yang sama dari zaman ke zaman lewat nabi-nabiNya.
Namun cukup mengagetkan bahwa Muhammad
justru tidak termasuk dalam deretan nabi yang meneruskan janji istimewa itu
kepada umatnya. Bahkan lebih dari itu, Allah SWT tampaknya sengaja mengosongkan
janji itu dari wahyu -wahyu yang diturunkan kepadanya, walau masih bisa
ditemukan jejak-jejak janji tersebut yang akan kita bicarakan dibawah ini.
1). Kisah di
zaman Adam
Simaklah Kitab Kejadian 3:15, dimana
Tuhan berkata kepada Iblis dalam ungkapan yang visioner, dan karenanya harus
dipahami secara visioner pula:
”Berfirmanlah TUHAN kepada ular (si
Iblis) itu: ’Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,
antara keturunanmu dan keturunannya. Keturunannya (akhirnya Yesus) akan
meremukkan kepalamu (mengalahkan total), dan engkau akan meremukkan tumitnya
(melukainya)’”
Tampak sejak awal di Taman Eden, kepada
Adam dan Hawa telah dijanjikan Tuhan akan datangnya satu sosok Mesias yang akan
menyelamatkan keturunannya dengan mengalahkan kuasa setan (meremukkan
kepalanya), namun dengan mengorbankan fisiknya (berdarah, remuk tumitnya). Ini
adalah janji besar dari mulut Tuhan sendiri, janji yang sayangnya tidak dapat
ditemukan dalam Quran.
Tidak cukup janji mulut, Tuhan masih
melanjutkannya dengan wujud tindakan, yang tentu masih bersifat perlambangan
visioner yang jauh ke depan. Ini kita temukan dalam ayat 21,
Kejadian 3:21
”Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit
binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada
mereka.”
Tampak bahwa Tuhan melakukan sebuah
penganugerahan kasih kepada Adam dan Hawa dengan membuatkan cawat kulit
binatang untuk menutupi ketelanjangan (dosa) mereka. Tuhan sendirilah yang
berinisiatif menggantikan cawat daun-daunan yang dibuat oleh Adam dan Hawa bagi
diri mereka (ayat 7), dikala Ia baru ”terluka hatiNya” oleh dosa pelanggaran
Adam! Bukankah itu suatu demonstrasi kasih Tuhan yang luar biasa ajaib?
Tuhan tidak berkenan dengan cawat daun
itu karena hal yang amat prinsip. Cawat daun ”made in Adam-Hawa” itu tidak
absah dimata Tuhan karena itu adalah lambang usaha diri manusia untuk menutupi
ketelanjangan (dosa) mereka. Manusia tidak bisa mengusahakannya, dengan amal
apapun! Keadilan dan kekudusan Tuhan tidak membiarkan satu dosa/kejahatan untuk
dihapus oleh 1000 pahala. Satu kejahatan perkosaan misalnya, tetap harus
dihukum, sekalipun sipemerkosa telah mendermakan pembangunan 1000 rumah ibadat!
Cawat daun-daun penutup itu hanya maya,
khayalan manusia yang tidak bertahan dan sia-sia. Hanya cawat kulit ”made-in-TUHAN”
yang secara hakiki mampu menutup/menebus dosa manusia!
Perhatikan bahwa Quran sesungguhnya juga
berbicara tentang ’cawat daun made in Adam,’ ”Lalu keduanya memakan
(buah pohon itu) maka kelihatanlah auratnya. Dan keduanya mulai menutupi dari
daun-daun surga.” (QS 20:121). Namun entah kenapa Quran kembali mengosongkan
apa yang justru jauh lebih esensial dari daun, yaitu ’cawat kulit made in
TUHAN.’
Sejumlah teman Muslim tidak mampu
menyembunyikan keheranannya, kenapa cawat kulit ini justru tidak muncul dalam
Quran? Menjadi pertanyaan yang tak terhindari: Apakah Alkitab atau AlQuran yang
mewahyukan berita yang asli? Mungkinkah ayat tentang ’cawat made in TUHAN’ ini
sengaja dipalsukan (ditambahkan) kepada Alkitab sejak ribuan tahun sebelum
Muhammad, ataukah Quran yang sengaja mengosongkannya dengan alasan
”mengoreksinya”? Agaknya salah satu harus siap divonis sebagai keliru: yang
”menambahi” atau yang ”mengosongi.”
2). Kisah di
Zaman Abraham
Kisah dari pengorbanan anak Abraham yang
berakhir dengan penebusan kematiannya melalui seekor domba jantan, dicatat
dengan lurus dalam Kejadian 22:8 dan 13,
”Tuhan yang akan
menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagiNya”
”Abraham mengambil domba itu, lalu
mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.”
Sama dengan absennya identitas Isa
gadungan di kayu salib, di sini Quran kembali tidak menjelaskan siapa anak
Abraham itu, dan lebih gawat lagi, mengosongkan apa makna hakiki dari kisah
mahabesar ini! (Disini, kita tidak perlu masuk dalam kontroversi siapa sang
anak itu, Ismael atau Ishak, agar fokus terpenting kita, yaitu konsep PENEBUSAN
—tidak mengabur). Bagaimana duduk perkaranya? Ya, mungkinkah Tuhan mendadak
menyuruh seorang bapak yang sangat saleh untuk membunuh anaknya? Dosa apakah
yang dilakukan si anak sehingga ia layak dibunuh? Ada apakah dibalik sebuah
teka-teki yang sangat misterius bahkan tak masuk akal ini? Menguji iman? Oke,
Tetapi tentu Tuhan tidak kehabisan cara menguji, sehingga harus terpaksa
memilih cara yang melawan hukumNya. Dia sendiri telah melarang pembunuhan dan
pengurbanan darah anak (yang sering dilakukan oleh orang kafir, Imamat 18:21),
masakan kini tiba-tiba justru memerintah Abraham untuk berbalik membunuh? Dalam
sebuah pembunuhan keluarga nabi.
Banyak teman Muslim beranggapan bahwa
kisah ini hanya menyangkut ujian Allah kepada Ibrahim. KELIRU. Dengan anggapan
yang hanya sebatas demikian, mereka tidak mampu menghilangkan antagonisme yang
dimunculkan Tuhan. Mereka belum menyadari bahwa itu adalah suatu penggambaran
dahsyat akan sebuah konsep penebusan yang dijanjikan Tuhan bagi manusia, yang
diperagakan lewat sebuah tamsil dimana sang kurban (anak domba) perlu dibunuh
demi menebus sang anak (anak Abraham). Demi keadilanNya, Tuhan memang
mengharuskan semua orang berdosa untuk dihukum mati. Dan orang-orang berdosa
itu diibaratkan sebagai anak Abraham yang harus disembelih, tetapi diselamatkan
Tuhan dengan sebuah tebusan Anak Domba Tuhan yang melambangkan Yesus Mesias.
Agar perlambangannya tidak salah, maka Nabi Yahya diutus untuk
mengkonfirmasikan hal tersebut ketika Yesus secara fisik datang menghampirinya:
"Lihatlah
Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29).
Sesungguhnya konsep penebusan ini sudah
dilukiskan juga di dalam Surat Quran 37:107 dengan penggambaran yang sesuai,
yaitu satu ”kurban yang besar/agung” bagi tebusan sang anak! Namun kejelasan
konsep ini terhalang oleh terjemahan tafsiran yang apriori menjuruskan makna
”kurban” itu kepada pengertian yang amat dipersempit, dipatok menjadi ”seekor
binatang sembelihan”, padahal wahyu aslinya samasekali tidak memuat teks
kata-kata seperti itu. Bandingkan dengan kritis sejumlah terjemahan berikut
ini: Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (terjemahan Depag)
Dan kami
menebusnya dengan sembelihan yang besar (terjemahan Disbintalad)
We ransomed his son with a noble
sacrifice (satu./sebuah kurban agung/mulia, terjemah N.J. Dawood)
And We ransomed him with a mighty
sacrifice (sebuah kurban perkasa, terjemah Arberry)
Then We ransomed him with a tremendous
victim (sebuah kurban yang dahsyat, terjemah Mohammed Pickthall)
And We ransomed him with a great
sacrifice (kurban yang besar/hebat, terjemah Yusuf Ali)
Itu adalah gambaran sebuah konsep
penebusan, yang datang secara vertikal dari atas ke bawah (dari Tuhan bagi
anak-Nya), dengan korban yang amat besar nilainya (dahsyat). Sedemikian besar
korban itu sehingga pewahyuan Quran sengaja memakai kata asli yang sama dengan
salah satu diantara 99 nama/asma Allah, yaitu Al-Azhim (Yang Maha-Agung).
“Wa fa dainaahu
bi dzibhin ‘azhiim.”
Jadi konteks dan makna kisah dan
ayat-ayat tersebut sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan
pemberian sedekahan dari manusia bagi sesamanya (yang bersifat horizontal) pada
hari raya Kurban/Haji. Tuhan sendiri secara “vertikal dari atas” yang
menyediakan (menganugerahkan tebusan keselamatanNya kepada manusia, dan bukan
manusia Abraham yang mengusahakannya! (kembali sama dengan analogi penebusan
dari Cawat Kulit ‘made-in Tuhan’: sebuah anugerah, bukan cawat daun yang
diusahakan Adam). Teman Muslim akan mendapat pencerahan apabila berani bertanya
3 hal sederhana berikut ini di dalam keheningannya:
Apa perlunya
sang anak itu ditebus oleh Tuhan?
Bila Tuhan hanya ingin menguji iman
Ibrahim (yang toh sudah diketahuiNya), Allah cukup melepaskan anaknya tanpa
perlu tebusan kurban. Ujian iman telah berakhir pada waktu malaikat berseru
kepada Ibrahim: “STOP, jangan bunuh anakmu!”
Dan kenapa Tuhan
memerlukan kematian-kurban?
Pakar Islam sulit menjawabnya dari
sumbernya. Quran, kecuali mencoba mendalil logis tanpa dapat membuyarkan
antagonisme dan misteri intinya: kenapa Allah sampai memilih memerintahkan
sebuah pembunuhan keluarga nabi? Itulah. Kematian-kurban ini adalah gambaran analogis dari kematian
seorang Al Masih, yang diperlukan sebagai kurban penebus (untuk mengganti)
kematian yang harus dikenakan kepada setiap manusia (karena semua manusia itu
berdosa). Sebab Hukum Keadilan Tuhan tetap berkata tanpa pandang bulu bahwa
setiap manusia berdosa harus dihukum mati (Roma 6:23); namun Hukum KASIH Tuhan
kini dapat berkata, “Anak Manusia memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi
banyak orang” (Matius 20:28).
(Teologi Islam tidak berdaya menjawab
pertanyaan, bagaimanakah Allah SWT itu dapat Maha-adil (yang harus menghukum),
padahal Ia juga Mahakasih (yang akan mengampuni)? Dapatkah Allah mengampuni
seseorang tanpa memperkosa hakekat diriNya yang Maha-adil?
Ketika Tuhan tidak menghukum karena
KasihNya, Tuhan menjadi tidak Adil; dan ketika menghukum karena AdilNya, Tuhan
menjadi tidak Kasih. Ketegangan (“Kontradiksi”) ini hanya mungkin
direkonsiliasikan dalam kematian-kurban sebagai Penebus—Pembayar harga
kematian—yang mempertemukan Keadilan Tuhan dengan Kasih Tuhan. Kini Ia tetap
Mahaadil ketika mengampuni dalam KasihNya, karena Tuhan sendiri telah membayar
harga Keadilan itu lewat kematian Al Masih, Kalimatullah yang diinkarnasikan ke
dalam dunia!)
Dan bila itu tebusan bagi sang anak,
kenapa menebus (binatang) justru dianggap bernilai sangat ”agung-mulia”
ketimbang yang ditebusnya (manusia)?
Tak ada jawaban selain 2 kemungkinan.
Pertama, kalau kita rela dibohongi dengan pelbagai terjemahan/tafsiran yang
tidak lurus. Kedua, kecuali si penebus itu adalah benar Sang Penebus! Itulah
kematian-kurban yang sebesar-besar dahsyat, mulia, agung, perkasa, pemenang,
seperti yang telah kita bicarakan di muka. Sebab seberapakah besar dan
dahsyatnya korban kita jikalau itu hanya terbatas pada pemberian sedekah di
hari raya? Korban semacam ini tidak mempunyai nilai-tebusan (atoning value),
kecuali nilai sosial dan religi.
3). Kisah di
Zaman Musa
Rupa-rupanya kisah Taurat tentang
konfrontasi Musa melawan Firaun adalah topik favorit yang dicatat Quran. Begitu
favoritnya sehingga Quran merasa perlu mencatatnya berulang-ulang hingga 27
kali! Meski demikian, tidak sekalipun didalamnya Muhammad mencatat peristiwa
yang paling inti dari Kisan Keluaran dari Taurat Musa ini, yaitu kisah PASKAH!
Padahal perayaan Paskah adalah event yang paling bersejarah, menyentuh dan
heroik bagi setiap orang Yahudi, yang dijadikan legenda untuk dikisahkan kepada
setiap anak cucu Yahudi turun-temurun. Lebih dari itu Paskah wajib dirayakan
setiap tahunnya, dengan segala tata cara perjamuannya yang dibakukan! Dengan
absennya kisah Paskah dalam pewahyuan Quran, tidak heran bahwa orang-orang
Yahudi di Mekah atau Madina tidak dapat mengakui Muhammad sebagai nabi utusan
Tuhan. Sebab bagi mereka mustahil Allahnya Muhammad bisa sama dengan Tuhan
mereka jikalau Allah ini sampai 27 kali lupa mengisahkan inti kisah Kitab
Keluaran dalam 27 kali pewahyuanNya tentang perseteruan Musa vs Firaun! Padahal
Tuhan sendirilah yang memerintahkan kisah ini agar tertanam dalam ingatan
turun-temurun dalam Perayaan Perjamuan paskah setiap tahun! Seperti diketahui, kisah Paskah dimulai
dengan tulah yang ke-10 (dan Quran hanya mencatat total 9 tulah), dimana Tuhan
mendatangkan malapetaka terbesar dengan mengirim malaikat kematian untuk
mencabut nyawa anak sulung dari setiap keluarga yang pintu rumahnya tidak
diperciki darah domba! Tuhan berkata:
”Apabila Aku melihat dara itu (ada di
pintu), maka Aku akan lewat”. Itu adalah vonis kematian yang dilewatkan Tuhan
(luput) bagi rumah yang bertanda darah kurban (Keluaran 12:13). Dan Alkitab
menjelaskan kepada kita bahwa ”Semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang
harus datang” (Kolose 2:17), yaitu janji penebusan melalui darah Yesus Kristus.
4). Kisah di
Zaman Daud
Sesekali, tanyakanlah kepada teman
Muslim, apa yang mereka ketahui tentang isi Kitab Zabur (Mazmur) yang harus
diimaninya. Mereka akan menjawab amat minim dan kabur. Quran memang mengatakan
daud membunuh Jalut (Daud vs Goliat) tanpa menerangkan kejadiannya. Juga
menyebutkan karunia-karunia yang diberikan Allah kepada Daud, termasuk suara
merdu dan pandai bertasbih hingga besi-besi pun menjadi lunak dibuatnya. Tetapi
apakah ini isi Kitab Zabur yang islami yang Tuhan turunkan kepada Daud, dengan
maksud untuk diimani umatNya? Tetapi apa relevansinya zabur yang harus diimani,
bila janji dan ajaran Allah yang diturunkan lewat nabi Daud itu praktis tidak
dikenal oleh Muslim?
Kitab Mazmur (Zabur) telah berumur
sangat tua, diteruskan hingga ke zaman Yesus dan murid-muridNya yang Ia sendiri
sering mengutipnya. Diteruskan lagi hingga ke zamannya Muhammad dan
selanjutnya. Tidak ada yang merubah atau menggantikan teksnya. Mazmur (Kitab
Zabur) tidak berisi kisah perang Daud melawan Goliat seperti yang dianggap
teman Muslim! (Itu ada di kitab lainnya, Kitab nabi Samuel). Tetapi Mazmur
berisi 150 pasal kumpulan mazmur doa dan permohonan, pujian dan nyanyian ucapan
syukur, ratapan dan pengakuan dosa, mazmur Mesias dengan makna nubuat!
Tanpa kesadaran akan apa yang terucap
dari mulutnya, namun Roh Tuhan telah menuntun Daud bernubuat rinci tentang
segala pernik kejadian yang akan dijalani oleh seorang Mesias yang akan
disalibkan demi membebaskan umatNya, Mesias ini akan mengalami penghinaan,
penganiayaan. ”penusukan tangan dan kaki” (istilah nubuat daud untuk
penyaliban), dan mengalami kematian dan ditinggal oleh Roh Tuhan, namun juga
mengalami kebangkitanNya dari kematian! Semuanya ini secara ajaib tergenapi
oleh Yesus Mesias 1000 tahun sesudahnya (Lihat Mazmur ps 2; 8; 16; 40; 41; 45;
68; 69; 89; 102; 110; 118, khususnya 22:2, 7, 8, 17, 19). Bahkan teriakan
ungkapan kematian Yesus di atas kayu salib pun, terjadi persis seperti yang
telah dinubuatkan oleh Daud: ”Eli, Eli, lama sabakhtani?”. Ini suatu pelukisan
kematian-kurban yang tidak terhapuskan oleh klaim dan koreksi dari ayat Kitab
Suci manapun! Akhirnya, Tuhan konsekuen menyerukan model penghakiman yang
berlandaskan analogi-penebusan:
”Bawalah kemari orang-orang yang
Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!”
(Mazmur 50:5).
5). Kisah di
Zaman Yesaya
Ada satu kabar baik bagi teman Muslim
yang belum tahu akan sosok nabi Yesaya yang pernah hidup ditahun 700-an SM.
Tuhan ”menurunkan” kepadanya sebuah Kitab yang paling terkenal dengan
nubuatan-nubuatan yang terbukti benar. Bahkan pada awal mula pelayanan Yesus,
kitab inilah yang dibacakan Yesus di sebuah rumah ibadat. Di situ Yesus memilih
membaca pasal 61 dimana terdapat ayat-ayat istimewa yang menubuatkan tentang
diriNya! Nas ayat itupun dibenarkanNya secara langsung bagi diriNya, bukan bagi
orang lain (lihat Lukas 4:16-21), dan ini sekaligus menggugurkan kalim Muhammad
bahwa namanyalah yang ada tertulis di dalam Taurat dan Injil (QS 7:157).
Keistimewaan kitab ini bertambah ketika dunia sempat dikagetkan pada tahun 1947
dengan penemuan utuh dari salinan naskah Dead Sea Scrolls di Qumran, yang
berpenanggalan sekitar 150 tahun SM! Maka naskah yang begitu kuno ini segera
dipakai untuk men-test kalau-kalau ada kesalahan salinan atau pemalsuan pada
salinan kitab Yesaya yang sudah kita punyai selama ini. Ternyata penemuan ini
saling bersesuaian dan membenarkan keotentikan teks yang telah ada! Tak ada
tangan-tangan usil yang menjahili teks Alkitab seperti yang dituduh.
Selain pasal 61 yang ayatnya sempat
dibacakan Yesus, juga ditemukan gulungan kitab Yesaya pasal 53, yang secara
paradoxal mencatat berbagai janji dan nubuat Tuhan tentang seorang Hamba yang
Menderita sampai mati, namun menjadi pendamai dan penyelamat bagi umat manusia
yang jahat. Hamba ini bahkan tercatat akan bangkit kembali dengan segala
”hadiah” kemenangan-Nya! Kedengarannya seperti tak masuk akal. Itu sebabnya
pewahyuannya dimulai dengan bahasa yang skeptis: ”Siapakah yang percaya kepada
berita (wahyu) yang kami dengar...?”
Di sini kita
persingkat jumlah pembuktian dengan cukup mengutip hanya 3 ayat saja:
”Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya... Orang menempatkan
kuburnya diantara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada diantara
penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada
dalam mulutnya. Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia (tumitnya*) dengan
kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan
melihat keturunannya. Umurnya akan lanjut (akan bangkit, tidak mati
seterusnya)” (Yesaya 53:5,9,10 * lihat Kejadian 3:15).
Semua ”kemustahilan” teks nabi Yesaya
yang rumit yang digaris -bawahi ini terbukti benar pada kehidupan dan kematian
Yesus 700-an tahun kemudian! Naskah tua Qumran dari 7,5 abad sebelum Muhammad,
sengaja dipakai Tuhan di abad ke-20 untuk sekali lagi membenarkan nubuat Yesaya
tentang kematian-kurban seorang Mesias. Bila begitu dahsyatnya kebenaran yang
satu ini, atas alasan apa dan untuk apa kita harus mati-matian menafikannya?
6). Kisah di
zaman Nabi Yohanes (Nabi Yahya)
Ada 6 pertanyaan dasar dan penting,
ditujukan kepada teman Muslim yang kurang acuh/kritis:
(a). Adakah Anda pernah berpikir sejenak
apa peran Nabi Yahya seutuhnya menurut versi Quran?
(b). Kenapa Nabi itu ditempatkan Tuhan
sekurun-zaman dan seladang-pelayanan dengan Yesus, yang sama-sama menyampaikan
firman Tuhan dan mendapatkan para pengikutnya yang berbeda?
(c). Bergunakah misi kenabian Yahya
(atau Yesus) ditengah-tengah kenabian Yesus (atau Yahya)? Apakah misi keduanya
tidak mampu disedot dan diemban oleh satu nabi saja?
(d). Apakah Tuhan begitu tidak efisien
kerjaNya sehingga harus mengutus 2 nabi besar sekaligus dalam kurun angkatan
yang sama, sekaligus keduanya menuai kematian secara sia-sia dan terkesan kalah
terhadap musuh-musuh Tuhan (versi Quran)?
(e). Bila versi Quran sebaliknya dari
kesan-kesan ini, bagaimana caranya menerangkan dari sumber-sumber Islam sendiri
bahwa misi kenabian Isa dan Yahya itu berkemenangan kedua-duanya?
(f). Bagaimana penafsir Islam
menggambarkan peran Jibril, yang harus membagi dirinya diantara diri Isa (yang
selalu diperkuat Jibril) dan diri Yahya (yang bersama-sama Isa harus meneruskan
wahyu Jibril kepada angkatan yang sama). Dapatkah Jibril maha-ada, di Isa dan
Yahya pada satu saat yang sama?
Tidak mudah bagi teman Muslim mana saja
untuk menjawab pertanyaan dasariah ini. Kenapa? Karena Quran justru
mengosongkan 2 kesaksian penting untuk apa nabi Yahya diutus khusus
sekurun-waktu dan sepelayanan dengan Yesus! (lihat dibawah ini).
Namun Alkitab tidak mempunyai kesulitan
sedikitpun untuk menjawab misteri di atas. Justru kehadiran Yohanes sekurun
dengan Yesus merupakan pertanda Tuhan akan betapa maha-penting dan vitalnya
sosok dan pelayanan Yesus sehingga perlu didampingkan tambahan satu nabi besar
lainnya. Seperti yang diakui oleh Yohanes sendiri bahwa ia bukan Mesias namun
diutus mendahuluinya untuk menjadi corong suara yang meluruskan dan
mempersiapkan jalan bagi pengenalan jati-diri Yesus Mesias dan misiNya:
“Ditengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal.”
Lalu Yohanes memperkenalkan Sang Mesias
lewat pewahyuan yang paling unik (Yohanes pasal 1). Di sini, bukan Jibril
membagi dirinya diantara diri Isa dan Yahya
(yang sama-sama harus menyampaikan wahyu
Jibril kepada angkatan yang sama), melainkan Roh kudus.
Dengan peran khusus Yohanes dan posisi
sentralnya yang dinyatakan sebagai nabi terbesar (Yohanes 7:26), sedikitnya itu
berarti bahwa dialah bukti dan saksi Ilahi yang paling tinggi di dunia ini bagi
Yesus sebagai Mesias. Maksudnya, ia diberi hak istimewa oleh Tuhan untuk
mengidentifikasikan jati-diri sang Mesias dengan tanda-ilahi (!), yaitu Roh
Kudus (seperti merpati) yang terlihat turun kepada sosok-fisiknya Yesus Mesias.
Dengan demikian, Yohanes menjadi saksi-mata yang paling shahih, dekat dan
langsung “menunjuk-hidung” ke sosok Mesias, tanpa usah khawatir akan kesalahan
dan kekeliruan sosok akibat rentang generasi. Dia tidak bernubuat puluhan
generasi dimuka (seperti halnya dengan nabi-nabi lainnya) baru kemudian bisa
dicocokkan lagi nubuatnya oleh generasi belakangan dengan memberi peluang
tafsiran yang bisa salah-sosok. Yohanes sebagai penunjuk-hidung yang paling
absah, memberi dua kesaksian yang penting bagi kemanusiaan, dalam Yohanes 1:34
dan 29:
Satu: “aku telah melihat Roh turun dari
langit seperti merpati, dan tinggal di atasNya (Yesus)...aku telah melihatNya
dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Tuhan.”
Dua: “Lihatlah
(Dia) Anak Domba Tuhan, yang menghapus dosa dunia.”
Perhatikan dua kata-saksi langsung
kepada Mesias, right now and here, ”inilah” dan ”lihatlah”. Dua penyaksian yang
berotoritas ini menunjuk lurus kepada penyaliban Yesus sebagai Anak Tuhan yang
menjadi korban tebusan bagi umat manusia!
(7). Hardikan Yesus
membuktikan Ia menjalani “kematian-kurban”
Apakah maksud Yesus ketika ia berkata
dalam Perjamuan Malam terakhirNya: ”Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang
digenapi.” (Lukas 22:37). Itulah pernyataan seperti yang dikupas dalam 6
kisah-kisah di atas, yang seluruhnya merujuk kepada Yesus dalam
kematian-kurbanNya! Bila pernyataan tersebut ditolak seseorang, maka Yesus
tidak akan segan menghardik si penolak itu dengan kata-kata yang terkeras:
”Enyahlah Iblis!”
Tidak peduli orang tersebut adalah muridNya
sendiri, tidak peduli bahwa murid ini (atau orang-orang yang mengaku-aku
menghormatiNya) sesungguhnya bermaksud baik karena tidak menginginkan suatu
kematian terkutuk disalib itu menimpa diriNya. Simaklah apa yang terjadi pada
Petrus yang sesungguhnya beretiket baik bagi Gurunya:
”Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan
kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak
penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia, katanya: ”Tuhan, kiranya Tuhan menjauhkan hal itu! Hal
itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada
Petrus: ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku. Sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan, melainkan apa yang dipikirkan
manusia.” (Matius 16:21-23).
Ya, bagi Yesus, menampik
kematian-kurbanNya adalah menampik perjanjianNya yang paling awal, rancanganNya
yang universal, dan karyaNya yang paling mahal yang dapat dibayarkanNya bagi
umat manusia. Ia berkata,
”Sebab inilah darah- Ku, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Matius
26:28).
“Nubuat
Adikodrati” Ke Depan VS “Jejak KAKI” KE BELAKANG
Ucapan nubuat yang tercatat, sekali ia
digenapi, adalah merupakan bukti adi- kodrati yang paling kokoh yang harus
dipercaya. Nubuat-dan bukan mujizat-merupakan testing yang paling absah akan
kebenaran suatu wahyu! Kenapa? Karena sekalipun nabi-nabi palsu bisa bermujizat
ala kadar, namun tak ada satu makhluk pun yang tahu masa depan, apalagi
mengontrol sejarah untuk memenuhi apa yang ia sudah ucapkan! Nasibnya masa
depan hanya ada ditangan Tuhan! Itu sebabnya Tuhan sendiri menantang
tuhan-tuhan selainnya untuk membuktikan ”keilahian dirinya” dengan cara
bernubuat:
”Siapakah seperti Aku? Biarlah ia
menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku!
Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang
akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!” (Yesaya 44:7)
”maka Aku memberitahukannya kepadamu
dari sejak dahulu; sebelum hal itu menjadi kenyataan, Aku mengabarkannya
kepadamu, supaya jangan engkau berkata: Berhalaku yang melakukannya, patung
pahatanku dan patung tuanganku yang memerintahkannya.” (Yesaya 48:5)
Namun untuk hal yang sepenting ini bagi
suatu kebenaran, Muslim malah membiasakan dirinya acuh dan asing terhadap
nubuat. Quran praktis tidak berisi nubuat adikodrati ke depan, melainkan
sebaliknya banyak didominasi dengan pengungkapan kisah-kisah masa silam.
Sebagai contoh saja, ayat yang diperbincangkan di sini, QS 4:157, adalah
tipikal kisah pewahyuan ke masa silam yang terlambat munculnya, bukan nubuat ke
depan yang harus dibuktikan dengan fakta-fakta masa depan.
Bagi kebanyakan Muslim, ayat di atas
dianggap sebagai ”wahyu koreksi” terhadap kasus penyaliban Isa yang terlanjur
diterima secara keliru. Namun teman Muslim sering lupa bahwa sangkaan ”keliru”
itu justru pertama-tama harus diusutkan kepada ”kelirunya” Allah sendiri dalam
bertindak di abad pertama. Bukankah Allah dengan sengaja menipu-daya umat yang
menyaksikan penyaliban Isa?! Dan Allah jugalah yang mengkelirukan Isa dengan
seorang Isa gadungan, bagi umat israel?
Mari kita saksikan apakah
”pengkoreksian” demikian itu kokoh sebagai hukum pengkoreksi tuhan ataukah
hanya sebuah klaim yang justru perlu ”ditafsir-ulang”.
1). Absennya
Novum
Anda tidak akan memprotes suatu kasus
yang telah berlalu 6 abad tanpa menyodorkan bukti-bukti novum yang kuat dan
absah (bukti silam yang baru ditemukan). Jadi ”wahyu-koreksi” atas
penyaliban/kematian masa silam Isa, haruslah disertai dengan novum yang dapat
menafikan penyaliban, dan bukan dibenarkan dengan mengajukan klaim atau asumsi
baru. Bila Anda tidak percaya akan nubuat yang tidak tergenapi ke depannya,
bagaimana mungkin Anda malah percaya akan wahyu koreksi silam yang tanpa novum
ini (padahal kasus yang sudah lewat selalu ada jejak bukti)?
2). Siapakah
sosok Isa-Isaan yang diklaim Quran?
Sebab bilamana Allah begitu perlu untuk
menegaskan bahwa sosok itu BUKAN Isa, maka Allah setidaknya perlu (dan tentunya
mudah) menegaskan SIAPA sosok penggantiNya! Keabsahan satu koin tidak dibentuk
oleh satu sisi saja. Mengkoreksi sosok si-asli yang pergi (non-exist) terhadap
si gadungan yang tertinggal (exist) itu bukanlah sebuah koreksi jikalau yang
eksis itu justru tidak ditampilkan sebagai bukti, malahan juga turut
dikosongkan. Apa yang mau dikoreksi kalau kedua obyek yang dipersoalkan itu
justru dikosongkan?
3). Memulihkan
suasana keraguan, atau menambahinya?
Sangat jelas Allah lewat ayat korektif
ini bermaksud untuk memulihkan segala kekacauan ini. Namun dengan metode
pengkoreksian Allah yang aneh (6 abad terlambat, ketiadaan jati-diri sosok,
tipu-daya), maka Allah sebenarnya tidak menipisi, melainkan mempertebal
keraguan dan perselisihan yang ingin disingkirkan. Keraguan dapat ditepis
dengan menambahi bukti, bukan dengan ”pengkoreksian” yang malah menambahi
misteri.
4). Dan siapa
saksi-saksi-nya?
Siapa selain Allah yang dapat diajukan sebagai
saksi atas permainan petak-umpet ini? Jibril? Maryam? Yahya? Serdadu Romawi
yang mengeksekusi? Isa sendiri? Tidak ada di kitab! Bila sebelumnya ada tercium
tipu-daya ini. Isa bahkan akan memprotes kepada Allah. Karena hal itu melawan
kodratnya yang kudus, selalu berkata benar. Kudus itu tidak mau dan tidak bisa
bertipu-daya atau membiarkan dirinya menjadi bagian dan ajang dari tipu-daya.
Alkitab sama mengatakan, ”Ia (Yesus) tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada
dalam mulutnya” (QS 19:19,34; Yohanes 8:46; 1 Petrus 2:22).
Yohanes 8:46 Siapakah di antaramu yang
membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran,
mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?
1 Petrus 2:22
”Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya”.
Jadi, apa dan siapa yang telah dibuktikan dan
dimantapkan oleh ayat pengkoreksi yang satu ini? Atau apakah pembuktian
korektif model ini dapat dijadikan jurisprudensi untuk mengoreksi suatu
perselisihan?
MUSTAHIL ADA
WAHYU TUHAN YANG BOLEH KADALUARSA
Pewahyuan silam ini, telah menempatkan murid-murid
Isa, ibuNya, dll semua menjadi korban, tertipu daya oleh cara Allah SWT
mempergantikan Isa dengan seseorang yang diserupakanNya secara tersembunyi.
Ketertipuan ini terus berjalan hingga diungkapkan oleh Muhammad (lihat rujukan
QS 3:54).
Pertanyaan kita yang paling elementer: ”Kenapa Allah
baru merasa perlu mengkoreksi di abad ke-7 untuk sebuah kasus besar dari abad
ke-1?” Kenapa kadaluarsa selama 6 abad? Membiarkan bermilyar manusia mati dalam
kesesatannya yang terlanjur ”menjunjung salib Yesus,” karena belum sempat
dikoreksi Allah? Salahkah ibu Maria, murid-murid Yesus, dan bermilyar
pengikutNya, jikalau mereka semua telah mengimani penglihatan yang ”salah”,
karena mata mereka telah disesatkan oleh pembalasan tipu-daya Allah sendiri?
Cara pembalasan Tuhan terhadap si penipu dengan
menipu balik sipenipu itu, sungguh tidak dikenal dalam Alkitab. Namun hal itu,
diadopsi menjadi bagian yang diwahyukan Quran, sehingga para penterjemah
terkesan agak rikuh dalam memilih dan memakai pelbagai istilah dan gaya yang
saling berbeda untuk menterjemahkan ”khairul maakiriin,” dalam kedua ayat
berikut ini (perhatikan teks bahasa aslinya).
”Dan mereka itu membuat tipu daya, Allah membalas
tipu daya mereka, dan Allah sebaik-baik (pembalas) tipu daya” (and Allah is the
best of schemers, Moh. Pickthall)
”Mereka membuat tipu daya, tetapi Allah (juga)
membuat tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembuat tipu daya.” (and Allah is
the best of plotters QS 3:54; 8:30).
Dalam paham Kristianitas, manusia menipu-daya karena
hakekatnya jahat dan sumber dayanya terbatas. Namun Tuhan yang berhakekat
Mahakudus dan tidak terbatas sumber dayaNya tidak harus terpaksa—bahkan tidak
bisa—membalas tipu dengan tipu, apapun kondisi dan alasannya! Teroris bisa
menyandera dan membunuh keluarganya polisi dengan golok, namun polisi tidak
bisa membalas membunuh keluarga si teroris, apalagi dengan meriam yang
menghancurkan pula tetangga, lalu berkata: “Rasain lu, saya lebih canngih
membunuh kalian, kan?.”
Kristianitas mengimani Tuhan yang dapat melawan dan
menghukum siapa dan apa saja dengan cara yang tak terbayangkan manusia, namun
tidak dapat melawan hakekat diriNya yang “tidak berdusta dan tidak mungkin
berdusta.” Dan “Tuhan tidak dapat menyangkal diriNya” (Titus 1:2, Ibrani 6:18;
2 Timotius 2:13).
Tuhan tidak bisa terang-terangan membela dan memberi
kehormatan kepada Isa setinggi-tingginya—dengan menghancurkan palang
salib—sambil mencangking dan menghajar semua musuhNya untuk berlutut di depan
kaki Isa! Namun Kuasa Kebenaran, dan Wibawa KehormatanNya memustahilkan Dia
secara sembunyi-sembunyi memilih menipu daya semua orang sambil membiarkan
diriNya dipaksa manusia bejad untuk menghentikan masa dakwah nabiNya (Isa)
secara prematur. Dengan dilenyapkannya Isa disitu dan tamat riwayatnya entah
bagaimana, bukankah sia-sia seluruh prestasi kenabiannya?
Dan tamat pula seluruh kepercayaan murid-muridNya
akan kehebatan dan janji-janji Gurunya. Melainkan menyisakan tercerai-berainya
mereka dalam rasa ketakutan, tidak mampu, dan percuma menginjili, karena toh sang
Guru sendiri sudah dikalahkan (lihat akhir dari pasal ini).
Kebanyakan Muslim tidak mencoba untuk memahami bahwa
sedari dahulu, Tuhan semesta alam selalu merujuk kepada satu formula
penyelamatan manusia, yaitu hidup melalui kematian. Dan kematian Yesus itu
mengalahkan MAUT bagi umatNya!
Dulu harga kematian disimbolkan oleh korban
sembelihan anak domba; dan kini digenapi oleh pengorbanan Anak Domba Tuhan
dalam penyaliban Yesus. Apabila kematian-kurban dari Yesus ini ingin “dibela”
dengan cara dihilangkan, maka Ia justru akan kehilangan segala-galanya!
(1). Hilang lenyap Diri Isa, dari murid-murid yang
dikasihiNya. Dilenyapkan Tuhan entah kemana, tanpa pra-berita, tanpa pamit,
tanpa saksi, tidak terjejaki. Meninggalkan penginjilan secara prematur sebelum
berbuah (lihat butir 3).
(2). Hilang lenyap Kalimat Isa, Injil dan ajaran Isa
tidak terjaga di dunia, padahal terjaga disisi Allah dan tergores kekal di
Lauhul Mahfuz di surga. Injil Isa Islami dibiarkan hilang lenyap dari dunia
entah kemana, tidak terjejaki, sehingga Cuma Injil Palsu karya Paulus cs –lah
yang tertinggal dan kini tersebar ke seluruh pelosok bumi dalam 1000-an bahasa
di dunia.
(3). Hilang lenyap Misi Isa bersama dengan semua
murid-murid awal Isa (hawariyyin, para pengikut beriman), Mereka tidak terjaga,
terdesak kalah dan hilang semua, disapu oleh murid-murid Paulus dengan ajaran
sesatnya yang terus berjaya hingga kini. Padahal Quran menjanjikan kemenangan
bagi murid-murid Isa (QS 61:14);
“...Pengikut (Isa) yang setia itu berkata:’Kamilah
penolong-penolong agama Allah...maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang
yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang
menang’ ”.
Tetapi dimanakah Injil Isa dan para pengikut Isa
(Islami) yang menang itu sekarang? HILANG! Hilang segala-galanya disapu habis
oleh kuasa nabi-nabi palsu yang dapat melebihi Isa! Total kesia-siaan Isa ini
adalah konsekuensi sebab-akibat yang keras sekali, Muslim menolak
kematian-kurban Yesus Al-Masih di kayu salib! Muslim tahu bahwa Isa
adalah sosok yang digelar “Yang Terkemuka di dunia
dan di akhirat” dan “Tanda yang Besar bagi Semesta Alam”.
Jadi silahkan Muslim kini memilih satu diantara dua:
Isa yang kehilangan segala-galanya (Keberadaan DiriNya, Kalimat, Ajaran &
KaryaNya) ataukah Isa yang tersalib dalam kematian-kurban demi memberikan kita
HIDUP yang KEKAL.
BINCANG-BINCANG SOAL ISU: “YESUS
ITU TUHAN”
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata, ‘Sesungguhnya Allah ialah Almasih putera Maryam’ ” (QS 5:17)
“Barangsiapa
diantara kalian mentuhankan Isa, maka kafirlah ia yang sejauh-jauhnya”.
Itulah pendirian besi dari teman Islam terhadap Anda
yang menyembah Yesus sebagai Tuhan. Hanya sayang tidak dijabarkan apa pasalnya
dan apa buktinya bahwa Yesus itu tidak mungkin Tuhan!? Oke, Quran memang
mengkafiri siapa saja yang menolak wahyunya di atas. Tetapi untuk membuktikan
bahwa sosok Isa itu hanya nabi dan rasul manusiawi saja tidak bisa lebih itu
adalah sebuah pekerjaan raksasa, kalau bukan mustahil! Muhammad mencoba
menampilkan bukti-insani bahwa ’Almasih itu adalah putera Maryam, keduanya ini
adalah manusia yang sama-sama memakan makanan’ (QS 5:75). Ya, jadi secara
implikatif mana bisa Tuhan itu perlu makan-minum karena lapar dan haus. Mana
mungkin Tuhan bisa lapar dan haus atas barang yang diciptakanNya. Mana ada
Tuhan yang makan minum selama 30-an tahun di dunia? Yang ada, Anda pasti
mengada-ada dan tersesat sejauh-jauhnya!
Itukah
bukti bahwa Yesus itu tak mungkin Tuhan? Bukti insani demikian justru telah ditangkis
oleh Yesus sendiri ketika Ia berkata: “PadaKu ada makanan yang tidak kamu
kenal...” (Yohanes 4:32).
Ya, banyak Muslim yang tidak tahu, bahkan tidak
sedikit yang justru “takut tahu” tentang keistimewaan dan kedahsyatan hakekat
dan keberadaan Isa Al-Masih! Sharingkanlah itu dalam hikmat Tuhan melalui satu
sentakan pertanyaan kunci:
”Quran memang mengatakan Isa Almasih itu nabi dan
rasul. Itu disatu sisi. Namun tahukah Anda, Quran disisi lainnya juga mencatat
bahwa Isa itu bukan sekedar nabi dan rasul, melainkan melebihi nabi dan rasul?
Tahukah Anda kenapa pakar Islam mulai percaya bahwa Isa misalnya, adalah
manusia yang paling pintar diseluruh jagat raya?”
Teman Muslim tidak punya pilihan. Ia rikuh.
Sepertinya tahu (sebagian) tetapi tidak betul-betul tahu. Ia harus mendengar
apa yang akan Anda katakan. Maka gunakanlah kesempatan ini secara menyeluruh
untuk menuntun pemahaman mereka kepada jati-diri Yesus yang ilahi. Pakailah
bahan-bahan yang begitu kaya yang telah kita paparkan dimuka. Kini Anda dapat
mulai dengan perbincangan berikut ini.
”Bagaimanapun,
setiap kita layak untuk melihat apa-apa yang diutarakan Quran tentang
keutamaan dan kebesaran yang diberikan Tuhan secara
langsung kepada Isa Almasih. Apalagi banyak sekali diantara keutamaannya adalah
bersifat adikodrati. Mari kita simak secara teliti bahwa Isa memanglah manusia
yang paling pintar sedunia. Kita baca Surat 3:55; 5:110; 3:48”
Semua ayat ini menyaksikan betapa Tuhan berwahyu
langsung kepada Isa. Tidak seperti nabi lainnya dimana pewahyuan harus melalui
Jibril.
”Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Alkitab,
Hikmah, Taurat dan Injil”. Quran mengkonfirmasikan bahwa Tuhan juga mengajar
Isa tentang menulis dan berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian
maupun sesudah dewasa, serta menyampaikan wafatnya Isa”.
Itu sebabnya dan memang tidak salah bahwa ada ini
bukanlah melakukan substitusi dengan penghancuran & pelenyapan semua
Alkitab asli, melainkan untuk turut menambahi (bukan mengganti) koleksi
Kitab-asli yang sudah ada dengan kitab-kitab apokrif yang dikarang sendiri.
Kitab apokrif ini hadir bahkan sampai sekarang, semisal Injil Nazarin, Kisah
Petrus, dll yang banyak mendongengkan mujizat-mujizat sihir. Lihat, betapa
Injil Barnabas pun sering dijago-jagoi oleh orang muslim tertentu sebagai Injil
asli, tetapi mereka sendiri bahkan tidak memeriksanya, apalagi mengimaninya!
(1).
Bahwa Taurat dan Injil itu ada dalam tangan bani Israil/ada disisi mereka,
eksis secara fisik disisi para pemiliknya, tidak hilang seperti yang sering dituduhkan
(QS 2:41, 89, 91; 3:93; 5:43,44,47, dll). Bila Kitabnya korup atau hilang
habis, untuk apaMuhammad menyerukan agar Alkitab itu diimani? Muhammad memang
perlu mengindikasikan adanya para penyeleweng atau penggelap ayat Alkitab,
namun sekali-kali itu bukanlah penghapusan/pelenyapan eksistensi Alkitab yang
otentik. Sebaliknya kita menyaksikan diseluruh Quran bahwa Muhammad pada
zamannya, tidak pernah menegur, mencegah, atau melarang siapapun untuk membaca
Alkitab yang ada ditangan orang-orang Yahudi di Mekah atau Madina, apalagi yang
ada di tanah Israel! Tuhan malahan mendesak untuk muslim mem bacaNya:
”Katakanlah, ’Maka ambillah Taurat dan bacalah dia
jika kamu orang-orang yang benar”. (QS 3:93).
Panjang lebar dalam bab ’Tritunggal’ dan bab ’Anak
Tuhan’ dimuka, dimana Yesus adalah Firman Tuhan yang ilahi, kekal dan tak
terbatas itu turun (nuzul) berinkarnasi menjadi manusia yang terbatas sesaat.
Dalam bahasa Quran itu dikatakan ’Kalimat Allah yang disampaikanNya kepada Maryam,
dan roh daripadaNya’ (awas, jauhkan kata-kata penafsiran terjemahan yang sering
ditambahkan, cernakan makna kata- katanya seperti yang terdapat dalam bahasa
aslinya). Tampak bahwa asal-usul keberadaan Isa Almasih itu bukanlah dari
Maryam atau zat dunia, melainkan dari DNA non-dunia ’Kalimat Allah dan RohNya’,
yang masuk kedalam dunia. Dalam Injil, gen-sorga yang masuk ke dunia ini
dibahasakan Yesus dengan kata-kata: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas.
Kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini...Aku keluar dan datang dari
Tuhan” (Yohanes 8:23,42).
2. Isa Almasih satu-satunya sosok dunia
yang diperkuat oleh Rohulqudus (QS 2:87, 253)
Pengidentikan yang spekulatif antara Rohulqudus
dengan Jibril telah diutarakan dimuka. Dalam Quran, hanya Isa seorang yang
diperkuat oleh ”Rohulqudus”. Tuhan tidak pernah eksplisit memakai istilah
’Jibril’ dalam memperkuat Isa. Bila mana kedua oknum itu identik, tentulah
Muhammad yang intim dengan Jibril itu juga akan tercatat sebagai nabi yang
diperkuat oleh Rohulqudus. Namun ternyata Rohulqudus ini hanya dikhususkan
kepada Isa, satu sosok yang sama kudusnya (lihat point 7).
Malahan
cukup mengherankan bahwa konfigurasi ”Tritunggal” sepertinya muncul dalam
ayat-ayat QS 5:110, 2:87, 253, dimana Allah dengan RohNya tampak bersatu-padu
dengan diri Isa untuk menghadirkan tanda mujizat:
”Aku
(Allah) menguatkan engkau (Isa) dengan Rohulqudus...” ”Kami (Allah) memperkuat
dia (Isa) dengan Rohulqudus”.
Tentu kita terpaksa bertanya, kenapa Allah harus
menggandengkan Isa dengan Rohulqudus dalam satu rangkaian ala Tritunggal,
khusunya ketika ingin melakukan suatu mujizat? Dan kenapa Muhammad dan
lain-lain nabi tidak digandengkan langsung kepada keduanya? Jawabnya di point
7.
3. Hanya Isa yang berotoritas kuasa
seperti yang dipunyai oleh Tuhan, yaitu membangkitkan kematian dan menciptakan
kehidupan!
Kematian seseorang dan dihidupkan kembali oleh Isa
dituturkan dalam Quran. Juga dikisahkan penciptaan makhluk hidup dari benda
mati, yaitu menjadikan burung hidup dari burung-burungan tanah liat, dengan
tiupan kehidupan (QS 3:49; 5:110). Tidak ada nabi atau malaikat sekalipun yang
diberi otoritas kuasa mencipta dan menghidupkan benda mati. Itu kuasa yang
hanya dipunyai Allah (QS 46:33; 22:73; 32:9). Perdefinisi, siapapun yang mempunyainya,
Dialah yang disebut Tuhan, sang Pencipta!
Tetapi sebagian pakar Islam tidak ingin melihatnya
dari segi otoritas Isa, melainkan menafsirkannya sebagai otoritas karena Izin
Allah semata. Namun pendalilan ini tentu gugur dengan sendirinya sebab memang
tidak ada sesuatu hal di dunia ini yang dapat terjadi diluar izinNya. Adakah
sehelai rambut Anda rontok tanpa izin Tuhan? Tambahan kata ”izin Allah”
hanyalah sebagai bahasa pengingat, bukan syarat mutlak yang harus dikenakan
kepada Isa. Sebab bila itu benar syarat, maka Allah justru mengizinkan manusia
secara resmi untuk menjadi sekutuNya, yaitu dengan menjadikannya Pencipta
Sesaat, Tuhan Sesaat, padahal hanya Allah-lah Tuhan!
[Alkitab memberikan penerangan yang jelas bagaimana
senyawanya hubungan kuasa Yesus itu dengan Sang Bapa. Kuasa Yesus seluruhnya
berasal dari diriNya yang selalu kompatibel dengan kehendak Bapa, sehingga
otomatis terizin secara inklusif: ”Sebab sama seperti Bapa membangkitkan
orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak (Yesus) menghidupkan
barangsiapa yang dikehendakiNya.” (Yohanes 5:21)].
4.
Hanya Isa yang diakui mengetahui hal-hal gaib apa yang dimakan manusia dan apa
yang disimpan dirumah (QS 3:49).
Bandingkan
kontrasnya ayat ini dengan pengakuan Muhammad sendiri bahwa:
”Aku
tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak
(pula) aku mengetahui yang gaib...” (QS 6:50a, 7:188).
Quran mematok bahwa pengetahuan akan yang gaib hanya
eksklusif ada pada Tuhan (QS 27:65), dan kini pengetahuan tersebut ada pula
pada Isa. Sedemikian tahunya sehingga Isa pula yang satu-satunya tahu akan hari
kiamat! Dalam Injil, dikatakan Yesus tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
Dialah yang tahu segala sesuatu! (Yohanes 2:25, 16:30).
5. Malaikat menegaskan bahwa Isa
Al-Masih adalah sosok yang terkemuka, baik di dunia maupun diakhirat (QS 3:45).
Inilah gelar ”Lordship”, gelar Rajawi dengan
kekuasaan rohani yang besar di segala alam, baik di bumi, maupun di Firdaus,
atau di segala Alam termasuk alam barzakh. Termasuk peran Isa sebagi tanda dan
saksi bagi hari kiamat, ketika Isa datang kembali dihari Penghakiman.
(Ini senafas dengan apa yang tertulis di Alkitab,
kuasa yang paling menggentarkan setan dan Iblis: dan (Tuhan) mendudukkan Dia
(Yesus) disebelah kananNya di Sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah
dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut.
Bukan hanya didunia ini saja, melainkan juga didunia yang akan datang (Efesus
1:21)).
6. Isa AlMasih dinyatakan sebagai pembuat
hukum (legislatif). Dia sanggup mengubah hukum-hukum Taurat dengan cara
menghalalkan apa yang diharamkan untuk manusia (QS 3:50).
Ini
dikatakan Quran secara lurus, bukan suatu tafsiran. Hakekat dari ”Kalimat
Allah” dan ”Roh daripada-Nya” yang melekat pada Isa yang memungkinkan Ia
merevolusikan hukum. Dialah perubah dan penetap/pembuat hukum.
Tiada
lain, pembuat hukum-hukum tuhan, ya hanya Tuhan! [Dalam Injil, Yesus tidak
mengubah hukum, tetapi Dialah Hukum. Dalam kotbahnya diatas bukit, Yesus menunjukkan
diriNya berotoritas penuh dalam pemurnian hukum.
”Kamu telah mendengar firman: ”Kasihilah sesamamu
manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu
dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Disini Yesus memperhadapkan ”apa kata firman Tuhan”
dengan ”apa kata Yesus”. Ini tentu tidak bisa dilakukan oleh ”AKUNYA” Yesus
dengan otoritas yang kurang dari Tuhan]
7. Keberadaan
isa dinyatakan suci, benar, oleh malaikat (QS 19:19, 34).
Dialah satu-satunya nabi yang dinyatakan suci tanpa
dosa (sinless) dan tidak berbuat dosa (fault-less) walau hanya kekeliruan kecil
sekalipun. Ia berkata di dalam kebenaran (whole Truth). Isa tidak ada cacat
sedikitpun, tidak pernah minta pengampunan Tuhan. Ia sesuci Yang Tersuci! Dan ini
berbeda dengan para nabi lain manapun. Kenyataan yang dahsyat ini sering
tersembunyi bagi kebanyakan Muslim. Itu sebabnya mereka kurang menyadari kenapa
hanya isa yang diperkuat oleh Rohulqudus, dan tidak memperkuat lainnya. Quran
mengindikasikan keberdosaan nabi-nabi selainnya, dan Tuhan sempat mengampuni
dosa
mereka.
Termasuk didalamnya Adam, Ibrahim, Musa, Daud, Yunus, dan Muhammad. (al QS
2:36; 7:22,23; 26;82; 28;15,16; 38:24,25; 37:142; 40:55; 47:19; 48:1,2).
Tetapi
kita semua tahu bahwa yang Mahasuci itu hanya ada pada Tuhan seorang.
[Sebaliknya dalam Injil, Yesus bukan hanya kudus tanpa dosa, namun Ia-pun
berkuasa memberi kekudusan karena berkuasa mengampuni dosa seseorang. Ia
berkata kepada seorang pendosa, ”Hai anakKu, dosamu sudah diampuni” (Mrk 2:5)].
8. Hanya Isa Al-Masih yang menjadi tanda
dan saksi bagi hari kiamat. Isa Al-Masih Mampu memberikan pengetahuan tentang
hari kiamat (QS 4:159; 43:61).
Quran
menyaksikan bahwa Isa Al-Masih, secara eksklusif dan pribadi yang mengetahui
rahasia hari Kiamat. Hanya Dialah yang menjadi tanda dan saksi bagi hari
penghakiman tersebut. Kita tahu hari kiamat adalah rahasia-ilahi terbesar yang
hanya ada pada ”otak-ilahi” (QS 33:63; 31:34). Menjadi pertanyaan, kenapa Isa
diberi kuasa tunggal untuk mengetahui rahasia hari kiamat selama dibumi ini?
Konsekuensi ajaran, dakwah atau perintah-perintah
Isa yang manakah yang membuat Dia memerlukan pengetahuan demikian? Agaknya
tidak ada jawaban yang memuaskan, kecuali Dia sendiri ilahi.
Para pembaca yang berakal budi, Manusia sering lupa,
bahwa ketika mencari kehakikian, ia justru cenderung masuk ke dalam alur
non-hakiki. Kita tidak akan mungkin mengenal hutan dengan cara masuk ke dalam
saja, lalu mencoba mengotak-atik pohon ini dan itu. Maka lihatlah juga
perjalanan kehidupan Isa Al-Masih di dunia ini secara keseluruhan, dan kita
akan mendapati kehakikian keilahian dari asal-usulNya, keberadaanNya, ucapan
dan perilakuNya, hingga kepada kepulanganNya, yang semuanya adalah adikodrati,
tidak tunduk pada kodrat semesta:
1).
Ketika Isa dalam kandungan, Dialah penjelmaan tunggal gen-DNA ”Kalimat Allah
dan Roh Allah”.
2). Ketika Isa hidup, Ialah yang
berfirman (wahyu) langsung—menyembuhkan sakit terparah yang ada—menghidupkan
mayat—mencipta hidup—menurunkan hidangan langit—merevolusi hukum Allah—penuh
hikmat dan pengetahuan adikodrati—terkemuka di dunia nyata maupun maya dan
akhirat—total kudus— mentransformasi/mengubah hati manusia—tidak mati dengan
meninggalkan jasadNya: ”Yang berasal dari debu kembali ke debu yang fana: yang
berasal dari ’Roh Allah’ yang kekal kembali kepada kekekalanNya...”
3).
Ketika Isa berpulang dari dunia, Dia diangkat oleh Allah kembali kepadaNya
sebagai asal-muasal Gen DNA dirinya yang dari surga. (QS 3:55; 4:158).
Yesus telah menegur manusia untuk tidak melihat ujud
mujizat saja—dan mentok sampai disitu. Dia justru meminta kita untuk melihat
tanda sebagai sebuah pertanda, yaitu tanda dibalik mujizat itu: ”...kamu
mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda melainkan karena kamu
telah makan roti (mujizat) itu dan kamu kenyang” (Yohanes 6:26).
Yohanes juga menegaskan bahwa mujizat tidak melayani
dirinya untuk dikagumi, juga tidak sekedar untuk menyampaikan nikmat/berkat
mujizat kepada si penerimanya. Tanda mujizat dilakukan sebagai pertanda bagi
manusia untuk mengenal dan mempercayai Sumber Berkat itu sendiri, yaitu Sang
Pelakunya, agar mereka dapat diselamatkan:
”Masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus—yang
tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah
dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Tuhan, dan supaya kamu
oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:30-31).
Yesus adalah
Tuhan!
Perkataan atau
KalimatNya adalah kekal:
”Langit dan bumi
akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu!”
Kepada Anda dan
saya, Yesus berkata, sekaligus mengkonfirmasikan ke-Aku-anNya: ”Kamu menyebut
Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.”
”Aku (Yesus) adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Firman
Tuhan yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan datang, Yang Mahakuasa”
(Markus 13:31; Yohanes 13:13, Wahyu 1:8).
Alkitab
menjelaskan bahwa Yesus itu Tuhan! Bukan yang dituhankan oleh manusia!
Tuhan
yang dinubuatkan, contoh: Yesaya 7;14; 9:6
Bukan berasal
dari dunia (bukan gen dunia), contoh: Yohanes 8:23, 42
Berkuasa
Mengampuni Dosa / Menguduskan, contoh: Markus 2:5; Lukas 5:24; Ibrani
2:11
Pencipta
dan Penjaga Alam semesta, contoh: Yohanes 1:3, Kolose 1:15-16
Maha Tahu
contoh: Yohanes
2:25; 16:30
Maha Kuasa,
contoh: Matius
28:18; Wahyu 1:8
Ada
Dimana-mana, contoh: Matius 18:20; 28:20
Kekal/ Pra Eksis
sebelum Ciptaan,
contoh: Mikha
5:1,2; Yohanes 1:1; 8:58; Kolose 1:17, Wahyu 1:8
Pemberi Hidup,
contoh: Yohanes
1:3, 5:21; 10:28; 11;25
Kasih yang
Kekal,
contoh: Efesus
5:25, Yohanes 13:1; 15:12-13
BINCANG-BINCANG SOAL ISU :
"YESUS ITU ANAK ALLAH"
* Qs 4:171
Maha Suci Allah
dari mempunyai anak,
* Qs 9:30
orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu putra Allah".
Sebagai pengikut Kristus, Anda sampai kapanpun akan
berkata "Yesus Kristus itu Anak Allah", dan teman Muslim Anda sampai
kapanpun akan selalu menyanggah Anda: "Yesus itu bukan Anak Allah" .
Masih mending Anda belum dimasukkannya dalam laknat
Tuhan-nya seperti pada ayat di atas. Bintang-bincang Anda dengan teman Muslim
ini tidak akan selesai, karena Anda dan teman Muslim tersebut masing-masing
meyakini 2 hal yang berseberangan secara diametral dan tidak terjembatani.
Alkitab menyebut bahwa Yesus Kristus itu
Anak Allah – ada 59x disebutkan –namun minimal ada 17
kali Qur'an membantah tegas bahwa Allah itu tidak beranak. Makin Anda
memaksakan betulnya Anda dalam isu ini, makin yakinlah teman Muslim Anda akan
merasa bahwa merekalah yang lebih betul!
Tarik-menarik begini sungguh melelahkan dan sia-sia.
Maka carilah titik temu pemahaman Anda bersama dan hanya setelah itu, barulah
Anda bisa beranjak lebih lanjut dalam diskusi yang menghasilkan (produktif).
Dan titik temu pemahaman bersama sesungguhnya dapat
dimunculkan ketika kita secara kreatif mengajukan pertanyaan-balik, dengan
pertanyaan kunci kepada dasar referensi mereka, bukannya referensi kita,
sebagai berikut :
"Ya kami umat Kristiani memang mengimani secara
tegas bahwa "Yesus Kristus itu Anak Allah", dan kami tahu bahwa hal
ini disanggah oleh Muslim. Namun kami tidak tahu apa dugaan kalian ketika
mendengar kami berkata "Yesus Kristus itu Anak Allah"?. Menurut
Anda "Anak
Allah" yang macam apakah yang kami percayai itu?”
Percayalah, teman Anda akan terdiam sejenak! Tidak
akan mudah baginya untuk menjawab pertanyaan-kunci Anda yang satu ini. Ia akan
sedikit menghindar dan menjawabnya dengan mengaburkan substansinya. "Ya,
kalian percaya ada Allah yang dipanggil Bapa, ada Allah yang dipanggil Anak
atau Yesus itu?" Hal ini tentu tidak menjawab pertanyaan-kunci Anda.
Tegaskan sekali lagi maksud Anda, menanyakan tentang pengertian Qur'an akan
"Anak Allah" yang mereka tuduh sesat itu!
Anda jangan menjawab apa-apa sebelum
pertanyaan-kunci Anda dijawab! Tidak bisa lain, ia (bersama Anda) harus
menjawab dengan merujukkan ayat-ayat Qur'an tentang "anak Allah" atau
"Allah yang beranak".
* Qs 19:35
Tidak layak bagi
Allah mempunyai anak.
* Qs 4:171
Maha Suci Allah
dari mempunyai anak...
* Qs 72:3
Dia tidak
beristri dan tidak (pula) beranak.
* Qs 6:101
Dia
Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak
mempunyai istri.
Perhatikan, semua ayat di atas ini merujuk kepada pemahaman
Muslim bahwa maksud orang-orang Kristiani ini ketika menyebut "Yesus
itu Anak Allah" adalah bahwa Allahmendapat Sang Anak dari hubungan
badan (biologis) dengan seorang istri.
Kini Anda dapat berkata : "Ya, Maha
Suci Allah dari yang mempunyai anak secara biologis. Bilamana Yesus adalah Anak
Allah dalam pengertian demikian, tentu hal itu merupakan penghujatan manusia
kepada Allah. Kita pun sebagai umat Kristiani juga akan menolak keras pemahaman
'Allah beranak yang menghasilkan Anak Allah dari hasil hubungan seksual' macam
ini!"
Ada celah baru yang mulai menguak... Keingin-tahuan
teman Muslim menjadikan suasana hatinya untuk menerima informasi Anda yang
jujur, dan tidak apriori ataupun balik menghujat/menuduh, dan menajiskannya.
Merekapun akan mencoba bertanya :
"Jadi,
bagaimanakah pengertian "Anak Allah" menurut versi keimanan
Kristiani?"
Kini, anda mendapat peluang indah untuk menjernihkan
salah-paham ini dalam suasana yang jujur dan bersahabat.
Penjelasan
tentang "Anak Allah" :
Anda yakinkan kepada mereka "Tidak ada orang
Kristiani manapun yang percaya bahwa Allah beranak dan diperanakkan"
sebagaimana juga tertulis dalam Qur'an (Qs 112:3). Entah kepada lapisan
masyarakat manakah ayat ini diberikan? Karena konsep "Anak Allah"
dalam Kristianitas tidak pernah merujuk kepada sesuatu yang ragawi yaitu hasil
dari hubungan seksual 'Allah dengan istrinya'. Maha Suci Allah dari mempunyai
anak hubungan biologis!
Itu sebabnya pengertian Anak dalam keimanan
kristiani adalah total non-duniawiah, supra-natural/adikodrati, yaitu KELAHIRAN-INKARNATIF,
dari Kalimat Allahyang disampaikanNya kepada Maryam :
* Qs 4:171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas
dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan- Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul- Nya dan janganlah
kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci
Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Isa
Al-Masih adalah The-Word incarnated, yaitu Firman/Kalimat Allah yang Ilahi
turun (nuzul) masuk kedunia (melalui Maria). "lahir" menjadi anak
manusia!
Karena di sini ada unsur kelahiran, maka istilah
"Anak" menjadi sebutan yang tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah
sendiri pada :
* Yohanes 1:1,
14
1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah.
KJV,
In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God
TR (Textus Receptus) Translit
Interlinear, en {pada} archê {permulaan} ên {ada} ho logos {Firman,} kai {dan}
ho {itu} logos {Firman} ên pros ton {bersama} theon {Allah,} kai {dan} theos
{Allah} ên {(Dia) adalah} ho {itu} logos {Firman.}
1:14
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
KJV,
And the Word was made flesh, and dwelt among us, and we beheld his glory, the
glory as of the only begotten of the Father, full of grace and truth.
Translit Interlinear TR (PB asli dalam
bahasa Yunani), kai {adapun} ho {itu} logos {Firman} sarx {daging} egeneto
{telah menjadi,} kai {dan} eskênôsen {berdiam} en {diantara} êmin {kita,} kai
{(bahkan)} etheasametha tên {kita telah melihat} doxan autou {kemuliaanNya, }
doxan {kemuliaan} ôs {sebagai} monogenous {Yang Tunggal/ Yang Unik} para {dari}
patros {Bapa,} plêrês {penuh} charitos {dengan anugerah} kai {dan} alêtheias
{kebenaran.}
Sebutan Isa sebagai Kalimatullah (Sang Firman)
tidaklah sia-sia sebab maknanya ditampakkan dalam setiap kalimat yang keluar
dari mulut Isa yang selalu adalah Wahyu. Untuk selalu berwahyu, Ia tidak pernah
menunggu wahyu dari Jibril atau perantara lainnya, sebab Ia adalah Sang Firman
itu sendiri.
Demi kebenaran yang kasat-mata, teman-teman Muslim
perlu membuang jauh sangkaan-sangkaanny a yang total-keliru tentang pengertian
sebutan "Anak Allah", seolah- olah itu bikin-bikinan manusia, atau
yang sering mereka tuduhkan bahwa pengertian ini asalnya dari ajaran Paulus.
Gelar
"Anak Allah" sama sekali bukan bikin-bikinan manusia. Tidak
samasekali! Istilah tersebut justru diumumkan langsung dari mulut Allah sendiri
:
* Matius 3:17
lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
KJV,
And lo a voice from heaven, saying, This is my beloved Son, in whom I am well
pleased.
TR Translit, kai idou phônê ek tôn ouranôn legousa
outos estin ho huios mou ho agapêtos en hô eudokêsa.
Istilah
yang sama ini juga dinyatakan dari mulut Gabriel kepada Maria sebanyak 2 kali :
* Lukas 1:32-35
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta
Daud, bapa leluhur-Nya,
KJV,
He shall be great, and shall be called the Son of the Highest: and the Lord God
shall give unto him the throne of his father David:
TR, outos estai megas kai huios upsistou klêthêsetai
kai dôsei autô kurios o theos ton thronon dabid tou patros autou
1:33
dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan
Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. "
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana
hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
1:35
Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah
Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu
akan disebut kudus, Anak Allah
KJV,
And the angel answered and said unto her, The Holy Ghost shall come upon thee,
and the power of the Highest shall overshadow thee: therefore also that holy
thing which shall be born of thee shall be called the Son of God.
TR Translit, kai apokritheis ho aggelos eipen autê
pneuma agion epeleusetai epi se kai dunamis upsistou episkiasei soi dio kai to
gennômenon agion klêthêsetai huios theou
Pernyataan Gabriel yang lebih dari satu kali
menyatakan status "Anak" sekaligus memperlihatkan betapa Gabriel
justru menampik (baca : mengkoreksi) kaitan "Anak Allah" itu dengan
konsep-kedagingan / biologis (hasil hubungan suami dan istri) seperti yang ada
dalam benak Maria tadinya, dan kini malahan terulang dalam benak penuduh dari
kalangam Muslim pada umumnya.
Catatan :
Mungkinkah Gabriel berdusta? Perlukah?
Karena ada kesenjangan wahyu Gabriel terhadap wahyu
yang dibawa Jibril bagi Muhammad! Lukas 1:35 jelas menyatakan bahwa Gabriel
telah mengkoreksi apa yang terlanjur salah dalam benak Maria tentang
"ke-anak-an" (sonship) yang dimaksudkan Injil. Sementara Jibril dalam
Qur'an justru berbalik dan terus berkutat dalam pemahaman
"ke-anak-an" insani!
Bandingkan
keduanya :
(1)
"Bagaimana hal (melahirkan anak) itu mungkin terjadi, karena aku (Maria)
belum bersuami?" (Lukas 1:34)
(2)
"Bagaimana Dia (Allah) mempunyai anak padahal Ia tidak beristri" (Qs
6:101)
Gabriel berkata
bahwa Anak Allah itu KUDUS, dan Jibril menyangkal/menafikan kedua-duanya :
(1)
"Anak
yang kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35)
(2) "Maha
Suci Allah dari yang mempunyai anak..." ; "Tidak layak Allah
mempunyai Anak" ( Qs 4:171 ; Qs 19:35 )
-----
Sebutan "Anak Allah" yang disampaikan
lewat para nabi tidak terkira banyaknya, termasuk kesaksian yang bersifat
nubuat, yang tadinya bahkan tidak disadari oleh nabi yang menubuatkannya
sendiri.
Lihatlah akan 2 nubuat nabi Yesaya yang
"mustahil" tentang kelahiran satu "Anak Ajaib", dan
ternyata nubuat kelahirannya ini benar-benar setelah 7 abad sejak hal itu
dinubuatkan! Dahsyatnya terbukti, kebenaran yang mustahil, telah menempatkan
ayat-ayat tersebut tak mungkin bisa dipalsukan manusia. Namun entah mengapa
kebenaran yang begitu fantastis itu bisa absen dari pewahyuan Qur'an.
Nubuat pertama :
* Yesaya 7:14
LAI
TB, Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda:
Sesungguhnya, seorang perempuan muda (perawan) mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
KJV,
Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a virgin shall conceive,
and bear a son, and shall call his name Immanuel.
Hebrew translit, LAKHEN YITEN ADONAI HU LAKHEM OT
HINE HA'ALMAH HARA VEYOLEDET BEN VEKARAT SHEMO IMANUEL
Kelahiran seajaib itu dimaksudkan sebagai satu
pertanda besar untuk mengantar kita kepada maknanya yang sejati dan lurus,
yaitu bahwa Sang Anak Ajaib itulah Imanuel (artinya : Allah menyertai kita)
yang berarti Dia-lah Allah yang dapat dan mau menyertai kita selalu!
Nubuat kedua : *
Yesaya 9:5
LAI
TB, Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan
untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan
orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
KJV,
For unto us a child is born, unto us a son is given: and the government shall
be upon his shoulder: and his name shall be called Wonderful, Counsellor, The
mighty God, The everlasting Father, The Prince of Peace.
Hebrew translit, KI-YELED YULAD-LANU BEN NITAN-LANU
VATEHI HAMISRA AL-SHIKHMO VAYIKRA SHEMO PELE YO'ETS EL GIBOR AVI-AD SARO-SHALOM
Adalah
kemustahilan bahwa seorang Anak dapat disebut sebagai "Allah Yang
Perkasa".
Namun hal itu
sungguh terjadi pada diri Yesus 700 tahun kemudian!
Perhatikan
bahwa Yesaya bernubuat tanpa tahu dan tanpa melihat tanda-tanda, dan tanpa
dapat menunjukkan Anak Ajaib tersebut. Sebagai anti-klimaksnya datang nubuat
dari Nabi Yahya / Yohanes Pembabtis. Berlainan dengan Yesaya, Nabi Yahya bukan
mengklaim saja tanpa apa-apa yang menyokongnya, melainkan justru melihat sebuah
tanda, yaitu Roh Kudus yang turun dari langit seperti merpati, dan tinggal di
atas Yesus!
Tanda Surgawi yang tiada duanya inilah yang
menjadikan dasar nabi Yahya harus bersaksi dengan cara menunjuk-hidung langsung
ke sosok Yesus Kristus yang ada dihadapanNya. Perhatikan perkataan langsung
kepada Yesus "Sang Anak". Right now and here "inilah" dan
"lihatlah" :
"Aku telah melihat Roh turun dari langit
seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya (Yesus). ….aku telah melihat-Nya
dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah". (Yohanes 1:32-34)
Dan... Yesus
Kristus bersaksi tentang diriNya :
... Aku telah
berkata: "Aku Anak Allah" (Yohanes 10:36)
Dan
mereka (setan-setan) itupun berteriak : * Matius 8:29
Dan
mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak
Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"
* Markus 3:11
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh
tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."
Bila
iblis/setan yang menjadi musuh Allah yang terbesar sampai mengakui Anak ini,
maka musuh manakah lagi yang dapat menolaknya dengan lebih shahih?
Jadi, jikalau ada teman Muslim yang masih besikukuh
menolak gelar "Anak Allah" ini, mereka kini sedikitnya akan mulai
mengetahui bahwa diantara Allah dan segala makhlukNya -- dari yang kudus hingga
yang ter-iblis -- sejak manusia awal diciptakan hingga abad ke 7 M, hanya
Muhammad seoranglah yang tercatat melaknati sebutan otentik yang berasal dari
mulut Allah sendiri.
Dalam pandangan Muslim, ketika Kalimat Allah
di-nuzul-kan ke dunia lewat agen pewahyu (Jibril), itu menjadi sebuah Al~Qur'an
yang diberitakan oleh nabi- Nya. Namun dalam pandangan Kristiani, ketika Firman
Allah di-nuzul-kan ke dunia, Ia adalahTheWord incarnated ( Sang
Firman yang inkarnasi)menjadi "Anak Allah" dalam sosokYesus
Kristus yang Ilahi, yang langsung berfirman tanpa agen perantara. Ia datang
bukan saja untuk berfirman, tetapi sekaligus untuk menyelamatkan umat manusia.
Maka, inilah Kabar Baik, Injil, untuk umat yang menerimaNya, demi keselamatan
umat yangyang pasti ada didalam Dia. Anak Allah itu tidaklah terjadi karena
"Allah itu beranak". Ia adalah inkarnasi FirmanNya menjadi Anak
Manusia, yaitu masuknya keilahian dalam ujud kehidupan kemanusiaan. Sehingga
Allah yang tadinya tidak dapat dipahami dan didekati, kini dapat mulai
dipahami, diteladani dan "di-akrab-i" dalam relasi yang diperbaharui!
Melalui "Sang Anak" ini -- yang gelarNya
keluar dari mulut Allah sendiri -- manusia diwanti-wanti untuk sungguh melihat
dan mendengar akan Dia. Sebab ada tertulis :
* Yohanes 12:45
dan barangsiapa
melihat Aku (Anak), ia melihat Dia (Bapa), yang telah mengutus Aku.
* Matius 17:5
Dan
tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan
dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
Amin.
BINCANG-BINCANG SOAL ISU: “TUHAN TRITUNGGAL”
”Hai
Ahli Kitab... Janganlah kamu mengatakan ’Tuhan itu tiga’... Maha Suci Allah
dari mempunyai anak“ (Qs 4:171)
”Kalian
orang Kristen kok menyembah tiga Tuhan. Tidakkah itu mengada-ada, lalu
menyebutkan sebagai Tuhan Tritunggal?
Padahal itu tidak pernah ada tertulis di Bible
kalian. Bukankah itu penyesatan diri sendiri, dan bahkan memalsukan Tuhan?”
Demikian teguran yang umum dilontarkan oleh teman muslim
terhadap Anda. Maksudnya mungkin baik, tetapi Anda merasa terganggu bahkan
mungkin tersinggung, bukan karena kepercayaan Anda dirusuhi, melainkan justru
karena kepercayaan Anda itu lain dari pada apa yang ditimpakan kepada Anda!
Sungguh Anda tidak merasa menyembah Tuhan seperti yang dituduhkan. Maka Anda
ingin cepat-cepat membalas, ”Anda ngawur! Kami tidak menyembah 3 Tuhan.
Kalianlah yang mengada-ada. Sebab kami hanya mempunyai Tuhan yang esa, yaitu
Dia satu-satunya yang menciptakan bumi dan alam semesta.”
Apa yang terjadi selanjutnya bisa ditebak: tudingan
yang semrawut, debatan yang simpang- siur, dan tidak ada kesimpulan. Karena
pihak yang satu mematoki mati angka ”tiga” bagi Tuhannya orang lain sejak abad
ke-7, sementara pihak lain ini mendeklarasikan ketuhanannya yang ”satu” sejak
abad manapun! Yang mematoki 3 merasa bahwa ”tiga itu tak dapat jadi satu, dan
satu itu bukan tiga”...
Buanglah cara
yang melelahkan dan sia-sia ini. Anda tidak akan sampai kemana-mana. Anda
bersharing, bukan mempertentangkan atau membenturkan diri Anda kepada dirinya.
Anda justru perlu heran darimana mereka meyakini bahwa Anda menyembah 3 Tuhan?
Dan biasanya (pada awalnya) mereka akan menunjuk kepada Injil Anda sendiri.
Kembali Anda tak perlu buru-buru meladeni tudingan ini. Sebab pada tahap ini
dia belum dapat beranjak sedikitpun dari notion pengharaman Injil. Jadi untuk
apa Anda terlalu dini merujukkan sesuatu yang ditolaknya mentah-mentah? Lebih
baik Anda mengajaknya untuk mengklarifikasikan materi tudingannya berdasarkan
narasumber yang paling dipercayainya sendiri, yaitu AlQurannya. Sudut pandang
Alkitab baru bermanfaat diperkenalkan bilamana pihak-pihak yang berdialog mulai
merasa siap menerima informasi sebagai informasi, bukan sebagai konfrontasi.
Tanyakan sudut pandang mereka. “Jadi menurut Anda, apa yang dikatakan Quran
tentang kesesatan Tritunggal itu?”
Bersama Anda, iapun memasuki rujukan Quran,
”sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata bahwa: Allah salah satu dari
yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa...”
(Qs 5:73)
“Dia tidak
beristri dan tidak beranak” (Qs 72:3)
“Bagaimana Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri” (Qs 6:101) “Maha Suci Allah
dari mempunyai anak” (4:17)
”Hai
Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikan aku dan ibuku
dua orang Tuhan selain Allah”. (Qs 5:116)
Orang
Nasrani berkata: ”Al-Masih itu putra Allah... Dilaknati Allahlah mereka.” (Qs
9:30)
”Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang
rasul... dan ibunya seorang yang sangat benar keduanya memakan makanan.” (Qs
5:75).
Allah tidak mempunyai anak dan tiada Tuhan
bersamaNya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk
yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian
yang lain...” (Qs 23:9).
Dari sederetan ayat ini, terlihat dengan sendirinya
titik pusat tuduhannya bahwa kaum Kristiani itu telah bersyirik dengan
mempersekutukan Allah dan mentuhankan Allah (sebagai Bapa), Maryam (sebagai
Ibu), dan Isa (sebagai putra Maryam), yang ketiga-tiganya disebut Tuhan.
Mereka mengharamkan 3 Tuhan, tetapi Anda datang
dengan istilah yang lebih diharamkannya lagi, yaitu ”Tuhan Tritunggal.” Mana
ada nama semacam itu dalam Bible? Sudah mensyirikkan 3 Tuhan, lalu ketiganya
disatukan? Mana dapat disatukan? Sebab, ada peringatan Quran, ”kalau sekiranya
demikian, niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan akan
saling mengalahkan” Tuhan Tritunggal jadi-jadian ini pasti sangat ditolak oleh
Muslim.
Namun sekarang, adakah Tritunggal semacam itu yang
dipercayai oleh Anda orang Kristiani? Tidak bukan? Kinilah saatnya Anda
melontarkan kepada mereka dengan pernyataan kunci bahwa:
”Tritunggal yang ditolak oleh Alquran Anda adalah
pula Tritunggal yang sama ditolak oleh kami orang-orang Kristiani.”
Mereka tentu tertegun sesaat—antara salah dengar dan
tidak percaya—lalu menginginkan penjelasan Anda yang sejujurnya tentang
Tri-tunggal versi Kristiani.
Penjelasan
Tentang TRITUNGGAL
Perhatikan bahwa jenis Tritunggal yang disyirikkan
Quran ternyata berkonsepkan tuhan-tuhan yang saling eksklusif. Lihat betapa
masing-masing tuhan yang digambarkan itu saling mengklaim dan memperebutkan
makhluknya dan wilayahnya (Qs 23:91). Lihat pula betapa cakupan Tuhannya juga
terbatas pada yang finite-fisikal saja, dimana Qs 6:101 menggambarkan konsep
”anak” yang harus dihasilkan dari hubungan dengan istri. (relasi biologis). Dan
lihat betapa AlMasih dan ibunya hanyalah makhluk—bukan ilahi— sebab keduanya
memakan makanan (Qs 5:75). Dimanapun Quran tak pernah mengimplikasikan ”Anak”
sebagai konsep rohani!
Tritunggal
yang berlandaskan konsep duniawi ini—eksklusif dan fisikal—telah menghasilkan
tiga Tuhan yang dipersekutukan (dalam substansi tri-theist, bukan mono-theist),
yang dipastikan benar akan saling cakar-cakaran dan mengalahkan, dengan rumusan
matematika dibenaknya Muslim:
1 Tuhan (1) + 1
Tuhan (2) + 1 Tuhan (3) = 3 Tuhan
Inilah
”Tritunggal” yang ditolak Islam!
Tetapi ini pula
”tritunggal” yang ditolak Kristiani!
Tritunggal
Kristiani adalah substansi dan relasi 3 pribadi Ilahi yang amat berbeda
konsepnya. Tuhan Tritunggal adalah entitas yang total saling inklusif dan
infinite-spiritual, tidak terlukiskan dan tidak ada yang menyamai. Tak ada
relasi biologis Tuhan Pencipta dengan siapapun dari ciptaannya.
Sebagai ilustrasi perbandingan dengan meminjam model
matematika di atas, dimana sedikitnya tercermin unsur inklusif dan infinite,
maka rumusan ketritunggalan yang dimaksud lebih berupa:
1 T ~
x 1 T ~ x 1 T ~ = 1 T ~
(notasi
~ = infinite/tak terhingga).
Yaitu suatu persenyawaaan ketigaan ilahi yang tak
terbatas, dalam kesatuan Tuhan! Dalam ungkapan ringkas, kita mengistilahkannya
sebagai ”satu Apa dalam tiga Siapa dan tiga Siapa dalam satu Apa.” Yang mana
jelas tidak ada kaitannya dengan 3 oknum yang saling cakar-cakaran dan
mengalahkan!
Lebih jauh lagi, ”3 Siapa” disini adalah
Bapa—Anak/Firman (Yesus)—Roh Kudus, sama sekali bukanlah Allah &
Maryam & AlMasih (Anak) seperti yang diimplikasikan oleh Quran dalam
kaitan fisik biologis. Entah salahnya dimana (!) namun ternyata Roh Kudus ini
tidak pernah muncul dalam Quran sebagai oknum yang turut ditegur dalam ”3
Tuhan.”
Akibatnya, Tritunggal yang ditolak Quran (karena
beda subtansi dan relasi), kini malah ditolak lebih jauh lagi oleh kaum
Kristiani karena juga mencakup perbedaan oknumnya dengan Alkitab! Ketiga oknum
ilahi di dalam ke-tritunggal-annya akan kita bicarakan berikut ini dari segi
yang sering disalahpahami...
Bapa
Sebutan Bapa adalah sebutan yang dikenakan kepada
Tuhan yang Hidup, sumber segala kehidupan dan keberadaan. Dia dalam ”Zat-Nya”
yang roh tak pernah tampak bagi manusia. Ia transenden tak ada yang serupa atau
menyamaiNya. Dia ada bersama- sama dengan RohNya (Roh Kudus yang Hidup), dan
KalimatNya (yang ber-Firman). Bila tidak demikian, Dia tidaklah hidup dan tidak
berfirman Dialah Tuhan Maha Kasih yang merancang dan menjadikan apa yang ada,
sekaligus merancang penyelamatan kembali umat manusia yang jatuh dalam
kebinasaan. Maka Ia adalah Bapa Surgawi kita yang mengada dan yang memelihara.
Ia Bapa yang personal, tidak jauh dari perbuatan tanganNya. Ia ada, melihat dan
mendengar, dan tahu akan kita disegala waktu, kepada siapa kita dapat menyapa
dan memohon—langsung tanpa ikatan waktu, tempat/kiblat, dan bahasa!
Anak
Karena teman-teman Muslim dari sejak kecil dan
setiap harinya terbiasa dibombardir dengan suara yang mengumandangkan ”Allah
tidak beranak dan tidak diperanakkan.” maka dibawah sadar mereka terjadi
semacam penyempitan nalar terhadap ’ke-anak-an’ yang rohaniah. ’Anak’ disini
samasekali bukanlah buah hubungan biologis dari Allah dengan Maryam (Maha Suci
Allah dari mempunyai anak hubungan biologis), melainkan buah ’kelahiran
inkarnatif’ dari Kalimat Allah melalui Maryam (the Word Incarnated). Karena
disini ada unsur proses ’kelahiran.’ Maka istilah ”Anak” justru menjadi sebutan
yang amat tepat menggambarkan relasi Ilahi.
Perlu diketahui teman Muslim bahwa sebutan ANAK itu
bukan bikin-bikinan manusia (yang bagaimanapun, tidak mempunyai kapasitas untuk
mengetahuinya terlebih dahulu). Namun sebutan itu diumumkan langsung dari mulut
Tuhan sendiri (Matius 3:17) dan dari mulut malaikat (Gabriel dalam Lukas 1:32),
yang didengar oleh manusia (Maria, juga orang-orang yg ikut dalam peristiwa
Yesus dibaptis). Itu sebabnya Yesus juga membahasakan diriNya sebagai Anak
Tuhan dan Anak Manusia. Tidak ada pihak yang tercatat telah menolak sebutan
itu. Tidak malaikat, nabi-nabi, atau setan-setan (Lukas 4:41) dan musuh-musuh
Tuhan sekalipun (lihat pasal berikutnya tentang ANAK TUHAN). Jadi kenapa Islam
sendiri harus mati-matian menyangkal sebuah ”anak biologis” padahal itu
dipahami semua pihak lainnya sebagai suatu ”anak rohani”?
Konsepsi kelahiran atau ”keanakan” Isa, sesungguhnya
telah diungkapkan oleh Quran, disebutkan sebagai ”Kalimat Allah yang
disampaikanNya kepada Maryam.” Itu adalah Sang Kalimat, sosok Kalimat Allah
yang tidak tampak, yang turun (nuzul) kepada Maryam agar jadi tampak sebagai Al
Masih anak Maryam yang membawakan KalimatNya langsung kepada manusia. Dan ini
amat mirip dengan pengertian Alkitab, bahwa ”keanakan” ini adalah
Firman/Kalimat Tuhan yang ilahi yang turun masuk ke dunia (melalui Maria)
menjadi manusia. Simak pewahyuan dalam Yohanes 1:1 dan 14.
”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Tuhan, dan Firman itu adalah Tuhan... Firman itu telah menjadi
manusia... sebagai Anak Tunggal Bapa.”
Disini tampak semua Zat-Nya Sang Anak dalam
keilahian. Dan karena Anak ini adalah inkarnasi Firman yang gen-DNAnya
(zat-Nya) datang dari surga, maka ia juga harus kembali ke sorga.
Roh Kudus
Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri, yaitu Roh
kehidupan dan kebenaran yang menjadikanNya sumber segala kehidupan dan
kebenaran. Ia menolong manusia untuk masuk dalam kebenaran (Yohanes 16:13),
memberi kekuatan, hikmat dan penghiburan. Roh Kudus itu Maha-ada, dimana-mana
dan sudah ada sejak Tuhan itu ada. Ia senyawa-esa dengan Tuhan. Ia bukan
ciptaan, bukan malaikat.
Pemahaman Muslim tentang Roh Kudus amat simpang siur
dengan banyak penafsiran yang berbeda-beda. Namun ini tidak mengherankan karena
Muhammad tahu persis bahwa ia tidak mendapat karunia untuk memahami roh. Tuhan
telah berwahyu kepadanya:
”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit.” (QS 17:85).
Walau sudah diperingatkan Tuhan bahwa pengetahuan
tentang Roh amatlah marginal. Namun pakar islam telah berani memberi penafsiran
yang memastikan bahwa Roh Kudus itu adalah makhluk Jibril, atau bahkan
ditafsirkan sebagai ”zat” yang ditiupkan oleh Jibril! (lihat catatan kaki dari
AlQuran terjemahan Departemen Agama untuk QS 2:87). Tetapi tentu saja pemastian
ini adalah asumtif (penganggapan), sebab tak ada ayat dasar manapun dari Quran
yang pernah menyamakan keduanya.
[Catatan: ”Siapakah Jibril?” Sebab sangat aneh bahwa
[1]. Jibril itu tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Rohulqudus atau
sebaliknya. [2]. Jibril tidak pernah memperkenalkan nama dan jati dirinya
sebagai Jibril kepada Muhammad. [3]. Nama Jibril muncul begitu saja dalam
Quran, tanpa perkenalan yang sepatutnya, kontras berlawanan dengan etiket
elegan dan sempurna yang pernah diintroduksikannya dalam Injil: ”Akulah Gabriel
yang melayani Tuhan, dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau” (Lukas
1:19). [4]. Selama belasan tahun Muhammad tidak pernah tahu siapa nama roh
pembawa-wahyu itu, dan karenanya ia tidak pernah menyebutnya sebagai Jibril
kecuali hanya menamainya dengan pelbagai sebutan diseputar kata ”ruh” (ada yang
disebut ”ruh” saja, atau ruh-Ku/ruh-Nya/ruh Kami/ruh dari Kami/Ruhulqudus/Ar-Ruh
Al-Amin). Padahal roh pembawa-wahyu ini dikatakan selalu intim/dekat berbicara
kepada Muhammad. Bahkan sesekali menampakkan diri kepadanya. [5]. Kelak setelah
Muhammad berinteraksi banyak dengan orang Yahudi di Medina, ia baru
berkesempatan menyebut nama yang sekian lama tersembunyi bagi dirinya: JIBRIL]
Membandingkan
Jibril vs Roh Kudus
Diseluruh Quran ada 29 ayat yang mencatat sebutan
ruh, dari Allah, namun hanya memuat 3 ayat berkenaan dengan sebutan nama
Jibril, yaitu QS 2:97,98, dan 66:4 (yang lain hanyalah terjemahan/tafsiran
tambahan yang mengatasnamakan Jibril dan hanya ada 4 ayat dimana istilah
Ruhulqudus disebutkan secara spesifik (QS 2:87, 253; 5:110; 16:102). Jadi
setiap Anda bisa dengan mudah membandingkan kedua himpunan ayat yang spesifik
ini untuk menyimpulkan apakah sosok Jibril itu pasti sama identik dengan sosok
Rohulqudus (atau kalau-kalau ada kepastian bahwa Rohulqudus itu adalah ”zat”
yang ditiupkan Jibril mengacu catatan kaki QS 2:87 yang disebut di atas?)
Bahwa ada sebagian karya yang sama diantara kedua
sosok itu—yaitu menurunkan ayat-ayat Tuhan—tentu tidak otomatis menjadikan
kedua sosok itu identik. Sebab kedua sosok itu bisa sama-sama menjadi agen pewahyu,
walau berbeda sesamanya. Bukankah misalnya Isa dan Yahya yang sama-sama nabi
dan sama-sama meneruskan wahyu itu tidak menjadikan Isa identik dengan Yahya?
Bukankah Tuhan sendiri (sebagai sosok ketiga) juga berwahyu langsung kepada
nabiNya (misalnya kepada Musa dan Isa). Dan toh Tuhan tidak dapat diidentikkan
sebagai Jibril? Mahasuci Dia daripada diserupakan.
Dalam
Alkitab, Gabriel jelas menyatakan dirinya BUKAN Roh Kudus! Gabriel berkata
langsung kepada Maria muka dengan muka:
“Roh Kudus akan
turun atasmu...”
Gabriel tidak berkata ”Aku akan turun atasmu” (Lukas
1:35). Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan sendirilah yang memberitakan firmanNya
dengan Roh KudusNya. Tuhan sendirilah yang berbicara langsung atau yang
mengilhamkan kata-kataNya. Sedangkan Malaikat Gabriel hanyalah agen pewahyu
yang diutus sesekali oleh Tuhan untuk meneruskan berita-berita adhoc khusus
secara menampakkan diri (dalam dimensi yang bisa disaksikan, termasuk mimpi).
Roh Kudus adalah oknum integral dari Tuhan sejak
semula. Ia keluar dari Bapa sama seperti Yesus yang juga keluar dari Bapa,
menjadikan diriNya Tuhan Tritunggal yang Esa! (Kejadian 1:1-2; Yoh 15:26,
8:42). Roh Kudus itu adalah ilahi, bukan ciptaan seperti yang “dipastikan” oleh
penafsir tertentu sebagai malaikat Jibril. Ia itu Maha Hadir, ada dimana-mana
dalam satu waktu. Sedangkan makhluk ciptaan tidak mungkin maha ada, melainkan
hanya dapat hadir disatu tempat dalam satu waktu. Itu sebabnya malaikat itu
diciptakan dalam jumlah besar untuk mendampingi manusia per manusia, lihat QS
13:10-11; 50:17-18 dll.
Daud berkata dalam Mazmurnya: “Kemanakah aku dapat
pergi menjauhi Roh-Mu... jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana. Jika aku
menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, disitupun Engkau. Jika aku terbang
dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu
akan menuntun aku.” (Mzm 139:7-10; lihat pula Kis 2:1-4).
Iman
Kristianitas adalah mutlak monotheistik bukan tritheist seperti yang dituduhkan
secara keliru. Siapakah diantara penganut Alkitab yang dapat dituduh tidak
mengimani monotheisme yang terpampang dalam Kitab yang dianutnya? Semisal di
Kitab Ulangan6: 4; Yesaya 44:6; Markus 12:29; Yakobus 2:19; Surat Paulus di 1 Timotius
1:17, dll.?
KESIMPULAN TERHADAP TUDUHAN
1. Tritunggal
yang ditolak Quran adalah Tritunggal yang lebih ditolak lagi oleh Alkitab,
karena disamping sama-sama menolak substansi-tritheist dan relasi-biologis,
Alkitab justru lebih jauh menolak pula pribadi-tritunggal yang diklaim Quran!
2. Sekalipun
istilah/nama “Tritunggal” tidak ada dalam Alkitab, namun konsep keberadaan
Tuhan yang Tritunggal itu bukanlah karangan-karangan manusia, melainkan jelas
bertaburan di seluruh Alkitab. Bandingkan bahwa Quran juga tidak pernah
mencantumkan seluruh 99 nama-nama Allah, melainkan hanya 72, namun Muslim dapat
mengakui bahwa ke-27 nama yang tidak tercantum itu juga melekat dalam diri
Allah!
3. 'Anak
Tuhan' bukanlah buah hubungan biologis dari Tuhan yang Maha Suci seperti yang
dituduhkan. Ia adalah Kalimatullah. The Word Incarnated. Firman Tuhan yang
ilahi turun (nuzul) masuk ke dunia menjadi manusia Yesus. Itu sebabnya setiap
kalimat yang diucapkan Yesus adalah selalu Firman. Ia tidak usah menunggu, dan
tidak pernah mendengar bisikan firman dari Jibril atau siapa lainnya, seperti
halnya dengan Muhammad.
4. ”Anak
Tuhan” adalah sebutan dari mulut Tuhan sendiri, dan diterima baik oleh Yesus,
para malaikat, nabi, bahkan oleh setan dan Iblis. Sebutan itu bukan
diada-adakan oleh Paulus dan para padri yang sesat seperti yang dituduhkan.
5. Roh
Kudus adalah Roh Tuhan sendiri dari kekal hingga kekal. Roh Kudus dan Firman
(Yesus) sama-sama keluar dari diri Tuhan, menyatakan diriNya yang Tritunggal.
Bandingkan
dengan Quran dimana Allah SWT juga ”mempersekutukan” diriNya denganKalimatNya
(Firman Allah yang tidak diciptakan Allah, melainkan ”bagian” dari Allah—yang
tidak sama dengan Allah—yang telah ada sejak semula disisi Allah. QS
43:4;85:22)? Bandingkan pula dengan Allah SWT yang juga
mengindikasikan ”kejamakan” diriNya ketika ia
berkata: ”Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat
sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa” (Qs 70: 40).
6. Roh Kudus bukan malaikat Gabriel—pelayan Tuhan
yang diutus sewaktu-waktu sebagai pemberita. Malaikat yang makhluk, tidak bisa
maha ada, walau bisa kemana saja. Bandingkan beda kehadiran Jibril dan Roh
Kudus dalam terjemahan Quran (yang berbeda-beda) yang mencatat adanya Jibril
yang berseru kepada Maryam diluar Maryam (Qs 19:24) dengan Rohulqudus yang ada
di dalam Maryam (Isa dalam kandungannya Maryam, yang selalu diperkuat oleh
Rohulqudus Qs 5:110; 4:171). Bila dalam satu waktuyang sama, Jibril dan
Rohulqudus (yang makhluk itu masing-masing berada diluar dan didalam diri Maryam,
maka dapatkah keduanya dimutlakkan sama dan identik?)
7.
Dimanapun, Kristianitas tidak pernah mempertuhankan 3 Tuhan dan menjadikan
Maryam itu ”istri
Tuhan”
dan sekaligus Tuhan. Maryam itu ”istri Tuhan” dan sekaligus
Tuhan. Kristianitas mutlak beriman kepadakeesaan Tuhan (monotheist), dimana
Bapa hanya dapat dikenal melalui Anak dalam penerangan Roh Kudus.
8. Bahkan
Paulus yang dicap oleh muslim sebagai penyesat ”tritunggal” tetap menegaskan
Tuhan itu esa: ”Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala
zaman,Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.” (1 Timotius 1:17).
9.
Karena
tuduhan ”3 Tuhan” yang tri-theist itu tidak kena-mengena sedikitpun!
DenganKristianitas maka sebaiknya kita kembalikan kepada teman yang empunya
tuduhan untukmenjawab pertanyaan yang ditimbulkannya sendiri: ”Ahli Kitab
(Kristen dan Yahudi)manakah yang dituduh menyembah TUHAN ITU TIGA? Siapakah
tuhan-tuhan
yang tigaitu? Dan Tuhan manakah yang dituduh ber-Anak karena beristri?”
***
0 comments:
Post a Comment