“Pentakosta”
Pengertian nama
“Pentakosta” sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari perkataan
“Pentekoste” yang artinya hari yang kelima puluh. Karena itu pelaksanaan hari
raya Pentakosta adalah dihitung 50 hari sejak hari raya Paskah. Umat Israel di
Perjanjian Lama dan umat Kristen di Perjanjian Baru bersama-sama merayakan
dengan sikap yang sangat khidmat kedua hari besar itu, yaitu hari raya Paskah
dan Pentakosta. Pada satu segi umat Israel dan umat Kristen memiliki kesamaan
teologis bahwa hari raya Paskah dan Pentakosta pada prinsipnya merupakan
peringatan akan karya Allah di dalam sejarah umatNya. Namun tidak dapat
disangkal dalam perjalanan sejarahnya muncul perbedaan teologis antara umat
Israel dan umat Kristen.
Janji Pengutusan
Roh Kudus.
Pada malam terakhir sebelum Yesus Kristus ditangkap dan
kemudian disalibkan, Ia memberitahukan kepada murid-murid-Nya tentang
kedatangan Roh Kudus sebagai suatu janji penyertaan.
( Di Yoh. 14:16) Tuhan Yesus berkata: “Aku akan minta
kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat
menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu
mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu”
(Yesus berkata:) "Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang
akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala
sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan
kepadamu."
(Yesus berkata:) "Jikalau Penghibur yang akan Kuutus
dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi
tentang Aku."
(Yesus berkata:) "Namun benar yang Kukatakan ini
kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku
pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena
mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada
Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia
ini telah dihukum.
Sesudah Yesus
bangkit dari kematian, Ia berkata lagi mengenai hal ini:
(Yesus berkata:) "Dan Aku akan mengirim kepadamu apa
yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai
kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."[6]
Sesaat sebelum Yesus
naik ke sorga, Ia mengatakan sekali lagi:
(Yesus berkata:) "Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem
dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Hari Pentakosta mengandung
tiga arti.
1. (Perjanjian
Lama), hari Pentakosta sebagai hari raya panen gandum, yang mengingatkan bahwa
Allah telah memberikan berkat yang berlimpah kepada umatNya. Sebagai bukti
pemeliharaan Allah kepada umat-Nya, di hari itulah umat bersyukur kepada Allah.
2. (Perjanjian
Lama): Pentakosta adalah hari yang
dirayakan untuk memperingati peristiwa turunnya Taurat yang diwahyukan oleh
Allah kepada Musa di gunung Sinai.
3. (Perjanjian
Baru): hari Pentakosta adalah hari dicurahkannya Roh Kudus.
Umat Israel di Perjanjian Lama dan umat Kristiani di masa
sekarang ini, sama-sama mempersiapkan
dan merayakan baik Paskah mau pun Pentakosta
secara khusus. Walaupun berbeda zaman, umat Israel Perjanjian Lama dan umat
Kristiani Perjanjian Baru memiliki kesamaan ‘teologis’ bahwa hari Pentakosta
pada intinya adalah sebagai “pencurahan” berkat-berkat Allah baik rohani mau
pun jasmani bagi umatNya. Juga sebagai tanda bahwa Allah terus hadir dan
menyertai perjalanan hidup umat yang dikasihiNya.
Pentakosta dalam
Perjanjian Lama
Perayaan Pentakosta merujuk kepada beberapa hari penting
dalam ibadah bangsa Israel, a.l:
Hari raya 7 minggu. (Ul. 16: 9-10)
Hari raya menuai. (Kel. 23: 16)
Hari raya hulu hasil. (Bil. 28: 26)
Inti dari perayaan-perayaan tersebut adalah untuk
memperingati turunnya 10 perintah Tuhan, yaitu Taurat, kemudian juga untuk
mengucap syukur atas pemeliharaan Tuhan, berupa tersedianya gandum hasil usaha
mengolah ladang atau hasil panen.
Pentakosta pada zaman Perjanjian Lama mempunyai arti
pencurahan berkat-berkat Allah dalam kehidupan bangsa Israel, yaitu:
a. Berkat
rohani, yaitu Firman Allah, yang kita kenal sebagai Kitab Taurat.
b. Berkat
jasmani, yaitu tersedianya makanan hasil usaha mengolah ladang, antara lain
berupa buah bungaran dan gandum.
Pentakosta dalam
Perjanjian Baru
Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa hari
Pentakosta adalah analogi dari
kesinambungan dari karya keselamatan Allah yang telah dinyatakan kepada
umat Israel sejak zaman dahulu. Hanya perbedaannya, keselamatan itu kini sudah
hadir dan dinyatakan didalam Kristus,
dan terus dilanjutkan dengan dicurahkannya Roh Kudus untuk menyertai kehidupan
umatNya di sepanjang zaman.
Bagi umat Kristiani, Pentakosta atau peristiwa
dicurahkannya Roh Kudus, adalah juga sebagai
penggenapan nubuat Allah melalui nabi Yoel. (Yoel: 2: 28-32). Menurut
Kamus Alkitab, Roh Kudus adalah sebagai pelaksana kehendak Allah di bumi, Ia
yang melanjutkan dan menerapkan karya keselamatan Yesus.
Di dalam Roh Kudus, Kristus hadir untuk menyertai, memberi
kekuatan dan hikmat kepada umat yang percaya; sehingga umat percaya dimampukan
untuk hidup kudus dan bersaksi di tengah-tengah dunia ini. Sabda Yesus: “Aku
akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran ….” (Yoh.
14: 16-17)
SIAPAKAH ROH KUDUS?
Roh Kudus adalah
Suatu pribadi Allah. (Mat. 28: 19; 1 Yoh. 5: 7)
Roh Allah sendiri. (1 Ptr. 4: 14)
Tuhan Yesus. (2
Kor. 3: 17-18)
Roh Yesus. (Kis. 16: 6-7)
Fungsi/jabatan Roh
Kudus
Penolong. (Yoh. 14: 16
Penghibur. (Yoh. 16: 7)
Pemimpin. (Yoh. 16: 13)
Pengajar. (Yoh. 14: 26)
Lambang Roh Kudus
Seperti burung merpati. (Luk. 3: 22)
Seperti tiupan angin. (Kis. 2: 2)
Seperti lidah-lidah api. (Kis. 2:3)
Seperti air. (Yoh. 7: 37-39)
PENTAKOSTA: MENGAPA ROH KUDUS DICURAHKAN?
Bagi kepentingan
Gereja:
Turunnya Roh Kudus atas gereja.
Menjadi komunitas orang percaya yang dipersatukan dan
diperbaharui oleh Roh Kudus.
Pada saat itulah persekutuan umat percaya mulai terbentuk.
Jadi gereja Tuhan mulai hadir di atas muka bumi sejak pencurahan Roh Kudus yang
terjadi pada hari Pentakosta.
Roh Kudus akan mengawal perjalanan gereja muda ini untuk
memperluas misi Kerajaan Allah dan untuk mempersatukan umat dari berbagai
bangsa dari seluruh dunia (bdk. Amanat Agung Yesus).
Ingat bahwa pada
saat Pentakosta, di Yerusalem berdiam berbagai suku bangsa, dari Yahudi,
Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Asia, dst.
Bagi kepentingan
umat: Tuhan menganugerahkan dan mencurahkan Roh Kudus agar umat percaya
makin diteguhkan, dikuatkan dan dibimbing oleh Roh Kudus di tengah-tengah dunia
iniyakni supaya :
- Supaya kita jangan menjadi yatim piatu, karena ditinggalkan Yesus naik ke Surga, tetapi Dia akan datang kembali. (Yoh. 14: 18). Banyak murid-murid berada dalam keadaan sedih dan ketakutan karena saat Yesus wafat, mereka tidak punya pengharapan lagi. Dalam pikiran mereka, Tuhan yang mereka andalkan malah mati. Tetapi sesuai dengan janji Yesus sendiri bahwa Dia akan pergi kepada Bapa dan memberi kepada kita seorang Penolong yang lain yaitu Roh Kudus.
- Supaya bisa hidup berkemenangan. (Kis. 1: 8; Mrk. 16: 17-18, Ef. 6: 12, 17-18). Banyak juga umat pengikut Kristus hidup dalam keterpurukan dikarenakan menghadapi kebuntuan dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dengan dicurahkannya Roh Kudus, maka Yesus ingin agar kita memiliki iman yang mengalirkan kuasa untuk menang.
- Supaya berani mewartakan Injil dan bersaksi tentang Kristus. (Kis. 4: 31, Kis. 8: 25) Sebelum Yesus terangkat ke Surga, murid-murid (misalnya Petrus) sering bersembunyi, menghindar atau bahkan melarikan diri. Tetapi ketika Petrus mengalami pencurahan Roh Kudus, maka terjadi perubahan yang luar biasa. Petrus menjadi berani memberitakan Injil bahkan menempuh segala resikonya (diancam, dianiaya, dan dipenjara).
- Menjadikan umat yang diperbaharui. (Tit. 3: 5; Yoh. 4: 24). Banyak orang beranggapan bahwa manusia tidak bisa diubah. Segala sesuatu sudah dibentuk ‘dari sononya.’ Ini perbedaan yang mendasar dengan umat beriman, bahwa di dalam Tuhan tidak ada yang tidak mungkin. Kuncinya adalah percaya bahwa saat Roh Kudus bekerja dalam diri seseorang, maka bisa terjadi perubahan-perubahan yang signifikan dalam hidupnya. Banyak sekali kisah-kisah kesaksian orang yang diubahkan hidupnya setelah mengalami Roh Kudus. Ada yang tadinya keras hati tidak percaya Tuhan, hidup dalam kebencian, tidak mau mengampuni, terikat oleh dosa, berpaling, kepada ilah-ilah lain, sekarang mereka diubah bahkan dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil.
- Membantu kita saat berdoa. (Rm. 8: 26). Banyak orang yang salah tafsir, bahwa berdoa itu harus dengan untaian kata-kata yang indah dan panjang serta sangat lengkap. Tuhan tahu keterbatasan kita, bahwa tidak semua orang pandai berdoa. Tetapi dengan hadirnya Roh Kudus, Ia membantu kita dalam kelemahan kita, dan menolong kita untuk menyampaikan keluh kesah kita kepada Allah.
- Supaya hidup dapat saling mengampuni, tidak menyimpan kepahitan. (Kis. 7: 54-60). Hidup di dalam komunitas kristiani dan saling melayani, tidak menjamin tidak timbul masalah dan konflik. Namun di dalam pertolongan Roh Kudus, kita bisa saling mengampuni.
- Supaya menghasilkan buah Roh. (Gal. 5: 22-23). Ukuran kedewasaan iman seseorang bukan diukur dari berapa usianya dan berapa lama ia mengenal atau bekerja melayani Tuhan. Tetapi patokannya adalah, apa yang dihasilkan orang tersebut saat sudah memiliki komitmen ikut dan melayani Tuhan . Apakah kasih, sukacita, damai sejahtera dll, ada dan kentara dalam relasinya dengan sesama? Itulah buah yang harus dihasilkan ketika seseorang berjalan sebagai murid Tuhan Yesus.
Lalu apa itu karunia Roh Kudus.
Dalam Kitab Yesaya 11:2-3, tujuh
karunia Roh Kudus adalah kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan,
pengenalan, rasa takut akan Allah, dan kesalehan -yaitu yang kesukaannya adalah
takut akan Allah (lih. Yes 11:2-3). Empat dari karunia ini adalah karunia
yang menyempurnakan akal budi, yaitu: kebijaksanaan, pengertian, nasihat dan
pengenalan akan Allah. Pengertian memberikan kedalaman pemahaman akan kebenaran
Allah dan ketiga hal lainnya memberikan pertimbangan dalam mengambil
keputusan. Karunia kebijaksanaan membantu kita menimbang hal-hal yang berkaitan
dengan Allah; pengenalan akan Allah membantu kita menimbang ataupun menilai
hal- hal sehubungan dengan ciptaan; nasihat mengarahkan tindakan kita.
Sedangkan tiga dari karunia ini adalah karunia yang menopang keinginan (will)
dan indera (senses) kita untuk menginginkan segala yang baik.
Kesempurnaan keinginan (will) ditopang dengan kesalehan,
membimbing kita dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama. Sedangkan untuk
menopang indera (senses), Roh Kudus memberikan keperkasaan dan
rasa takut akan Tuhan. Keperkasaan memberikan kekuatan sehingga kita tidak
menghindar dari kesulitan untuk mencapai kesempurnaan rohani; sedangkan rasa
takut akan Tuhan memampukan indera kita untuk mengusahakan hubungan yang
seharusnya antara Tuhan Sang Pencipta dan kita ciptaan-Nya, serta membatasi
keinginan kita akan hal-hal yang bersifat duniawi.
Tentang 7 karunia Roh Kudus
1.
Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord).
Ada ketakutan yang baik dan ada ketakutan yang tidak
baik. Ketakutan yang bersumber pada keduniaan atau penderitaan fisik di atas
segalanya tidaklah baik. Ketakutan seperti ini adalah ketakutan kehilangan
kenyamanan fisik dan kenikmatan dunia melebihi ketakutan akan kehilangan iman.
Jika seseorang menganggap iman dan Gereja sebagai penghalang baginya, ia
siap meninggalkan iman maupun Gereja supaya kenyamanan akan hal-hal duniawi
dapat dipertahankan olehnya. Ketakutan seperti ini bukanlah ketakutan yang
baik, sebab bahkan dapat membawanya kepada penderitaan abadi di neraka, sebab
ia rela meninggalkan iman akan Kristus yang sudah diketahuinya dapat membawanya
kepada kehidupan kekal. Namun demikian, ada ketakutan yang baik, yaitu takut
akan Tuhan (fear of the Lord). St. Teresa mengatakan bahwa Tuhan telah
memberikan obat bagi manusia untuk menghindari dosa, yaitu takut akan Tuhan dan
kasih. Takut akan Tuhan adalah takut akan penghukuman Tuhan, takut bahwa
dirinya akan terpisah dari Tuhan untuk selamanya di neraka. Ketakutan seperti
ini disebut “servile fear“. Ketakutan pada tahap ini membantu seseorang
untuk membawanya kepada pertobatan awal. Namun, bukankah Yohanes mengatakan
bahwa dalam kasih tidak ada ketakutan? (lih. 1Yoh 4:18) Ya, dengan bertumbuhnya
iman, maka takut akan penghukuman Tuhan akan berubah menjadi takut menyedihkan
hati Tuhan, yang didasarkan atas kasih. Inilah yang disebut takut karena kasih
(filial fear), seperti anak yang takut menyedihkan hati bapanya.
Karunia Roh
Kudus ini menyadarkan bahwa satu-satunya yang memisahkan seseorang dari Tuhan
adalah dosa. Oleh karena itu, manifestasi dari karunia ini adalah kesedihan
karena dosa, yang diikuti dengan kebencian akan dosa. Orang yang membenci dosa
tidak hanya menghindari dosa berat, namun juga ia tidak mau melakukan dosa
ringan. Ia akan lari dari peluang dan kondisi yang dapat membuat dia berbuat
dosa. Ia akan sadar bahwa meskipun ia sudah berusaha menghindari dosa, ia kerap
tetap jatuh di dalam dosa, termasuk dosa ringan. Dengan demikian, ia menjadi
sadar akan dirinya yang tidak berarti apa-apa, dan pada saat yang bersamaan ia
sadar bahwa Tuhan adalah segalanya. Sikap seperti inilah yang menuntunnya
kepada kerendahan hati. Jika kita belajar dari kesalahan kita bahwa yang sering
memisahkan diri kita dari Tuhan adalah godaan duniawi, maka kita belajar untuk
membatasi diri dari kenikmatan duniawi. Inilah yang disebut sebagai kebajikan
penguasaan diri (temperance). Marilah kita menilik ke dalam hati kita,
sudahkah kita memiliki rasa takut akan Tuhan: sudahkah kita membenci dosa, dan
berusaha untuk menjauhinya.
2.
Karunia keperkasaan (fortitude). Dalam kebajikan moral, kebajikan keperkasaan adalah
keberanian untuk mengejar yang baik dan tidak takut dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang menghalangi tercapainya kebaikan tersebut. Karunia
keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian untuk mencapai misi yang diberikan
oleh Tuhan, bukan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun bersandar pada
kemampuan Tuhan. Inilah yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Fil 4:13). Juga,
“Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31) Melalui
karunia ini, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk yakin dan percaya
akan kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas dalam banyak
hal untuk memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih orang-orang
yang bodoh, yang lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan dan agar
tidak ada yang bermegah di hadapan-Nya (lih. 1Kor 1:27-29).
Orang yang
dipenuhi dengan karunia keperkasaan bukannya tidak pernah merasa takut, namun
mereka dapat mengatasi ketakutannya karena mereka percaya pada Allah yang dapat
melakukan segalanya. Bunda Teresa yang berani melaksanakan kehendak Allah untuk
melayani orang-orang yang miskin di tengah-tengah pelayanannya sebagai biarawati
yang menjadi guru adalah contoh bagaimana karunia keperkasaan menjadi nyata.
Dan dalam derajat yang sempurna, karunia Roh Kudus ini dinyatakan oleh para
martir. Namun, apakah dalam kehidupan sehari-hari kita tidak menjalankan
karunia ini?
Dalam keseharian
kita, kita juga dituntut untuk mati terhadap keinginan diri sendiri, dan
berjuang dalam kekudusan. Dan orang yang secara sadar berjuang dalam kekudusan
akan merasakan bahwa ini adalah tantangan yang sungguh berat. Keinginan dan
perjuangan untuk hidup dalam kekudusan adalah karunia Roh Kudus. Roh Kudus
memberikan kekuatan sehingga dapat memberikan keberanian untuk terus melakukan
karya kerasulan walaupun ada banyak kekurangan, keberanian untuk menanggung
sakit penyakit dan penderitaan, keberanian untuk mengutamakan orang lain
dibandingkan diri sendiri, ataupun keberanian untuk mewartakan Kristus dan
Gereja-Nya di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan pandangan relativisme
dan keacuhan terhadap hal- hal rohani.
3.
Karunia kesalehan (piety). Karunia kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang
membentuk hubungan kita dengan Allah seperti anak dengan bapa; dan pada saat
yang bersamaan, membentuk hubungan persaudaraan yang baik dengan sesama.
Karunia ini menyempurnakan kebajikan keadilan, yaitu keadilan kepada Allah –
yang diwujudkan dengan agama (religion) – dan keadilan kepada sesama.
Karunia kesalehan memberikan kita kepercayaan kepada Allah yang penuh kasih,
sama seperti seorang anak percaya kepada bapanya. Hal ini memungkinkan karena
kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah, yang dapat
berseru “Abba, Bapa!” (lih. Rom 8:15). Dengan hubungan kasih seperti ini,
seseorang dapat mengerjakan apa yang diminta oleh Allah dengan segera, karena
percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Dalam doa, orang ini menaruh
kepercayaan yang besar kepada Allah, karena percaya bahwa Allah memberikan yang
terbaik, sama seperti seorang bapa akan memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya.
4.
Karunia nasihat (Counsel). Mazmur 32:8 menuliskan, “Aku hendak mengajar dan
menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat,
mata-Ku tertuju kepadamu.” Roh Kudus inilah yang menunjukkan jalan kepada kita
melalui karunia nasihat. Karunia adi kodrati ini adalah karunia yang memberikan
petunjuk jalan mana yang harus ditempuh untuk dapat memberikan kemuliaan yang
lebih besar bagi nama Tuhan. Karunia ini menerangi kebajikan kebijaksanaan (prudence),
yang dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat dan keadaan tertentu.
Dengan demikian, karunia adi kodrati ini senantiasa menerangi jalan orang-
orang yang dengan sungguh- sungguh mendengarkan Roh Kudus.
Yang
terpenting sehubungan dengan karunia nasihat adalah kesediaan dan kerjasama
kita dalam menjalankan dorongan Roh Kudus. Kita tidak boleh menempatkan
penghalang sehingga Roh Kudus tidak dapat bekerja secara bebas. Penghalang
karunia Roh Kudus ini dapat berasal dari diri kita sendiri, seperti keterikatan
pada pertimbangan kita sendiri, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan
juga kurangnya kerendahan hati.
Dengan terus
membiarkan Roh Kudus memimpin jalan kita secara bebas, kita terus
dimurnikan oleh Roh Kudus, sehingga lama kelamaan, kita mempunyai intuisi akan
jalan mana yang harus diambil sesuai dengan apa yang diinginkan Allah. Karunia
ini diperlukan bagi orang-orang yang memberikan bimbingan rohani, sehingga
mereka dapat memberikan petunjuk sesuai dengan apa yang diinginkan Allah dalam
kehidupan mereka.
5.
Karunia pengenalan (knowledge).
Karunia pengenalan memberikan kemampuan kepada
seseorang untuk menilai ciptaan dengan semestinya dan melihat kaitannya dengan
Sang Penciptanya. Kebijaksanaan 13:1-3 menggambarkan karunia ini dengan
indahnya: “
1) Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak
mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari
barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya
mereka tidak mengenal Senimannya.
2) Sebaliknya, mereka mengganggap sebagai allah yang
menguasai jagat raya ialah api atau angin ataupun udara kencang, lagipula
lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-penerang
yang ada di langit.
3) Jika dengan menikmati keindahannya mereka sampai
menganggapnya allah, maka seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya
Penguasa kesemuanya itu. Sebab Bapa dari keindahan itulah yang menciptakannya.”
Dengan kata lain, karunia ini memberikan kedalaman makna dari ciptaan dan
menunjuk kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan.
Dengan
karunia ini, seseorang dapat memberikan makna akan hal-hal sederhana yang
dilakukannya setiap hari dan mengangkat ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu
sebagai jalan kekudusan. Ini berarti semua profesi harus dilakukan dengan jujur
dapat menjadi cara untuk bertumbuh dalam kekudusan. Semua hal di dunia
ini apat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah
menghargai masing-masing ciptaan-Nya.
6.
Karunia pengertian (understanding).
Karunia pengertian adalah adalah karunia yang
memungkinkan seseorang untuk mengerti kedalaman misteri iman. Ini adalah
seumpama sinar yang menerangi akal budi kita, sehingga kita dapat mengerti apa
yang sebenarnya diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang
harus kita percayai. Raja Daud memahami karunia ini, sehingga dengan penuh
pengharapan dia menuliskan, “Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang
Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.” (Mzm 119:34). Karunia
ini memberikan kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan rahmat,
pertumbuhan dalam sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita,
yaitu Surga.
Kejelasan akan misteri iman, menguak
tujuan akhir dari umat manusia, yaitu Surga. Oleh karena itu, karunia ini
memberikan gambaran yang jelas akan tujuan akhir kita, sehingga apapun yang
kita lakukan akan mengarah pada tujuan akhir ini.
7.
Karunia kebijaksanaan (wisdom). Karunia kebijaksanaan adalah karunia yang memungkinkan
manusia untuk mengalami pengetahuan akan Tuhan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan. Karunia ini berhubungan erat dengan kasih. Karunia
ini bukan hanya merupakan pengetahuan belaka, namun merupakan satu pengalaman
ilahi yang didapat melalui kasih. Roh Kudus mengisi jiwa orang- orang yang
sederhana dan penuh kasih dengan karunia ini, sehingga seolah-olah mereka
memakai kacamata ilahi dalam melihat segalanya. Seseorang dapat menjelaskan
tentang rasa buah durian dengan berbagai macam kata dan susunan kalimat. Namun,
tidak ada yang dapat menjelaskan dengan baik rasa buah durian selain dengan
mencobanya sendiri. Atau sama seperti seorang ibu yang mengenal anaknya bukan
dari buku, namun dari kasihnya kepada anaknya. Demikian juga, karunia ini akan
menjadi semakin dalam sesuai dengan besarnya kasih yang dinyatakan oleh mereka
yang menerimanya, kepada Tuhan. Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa lebih
baik hanya mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari kita daripada
mencintainya, tapi adalah lebih baik mencintai sesuatu yang lebih tinggi dari kita
daripada hanya mengenalnya. Karena Tuhan lebih tinggi secara tak terbatas dari
diri kita, maka adalah lebih baik kita mendapatkan pengetahuan akan Tuhan
dengan cara mengasihi-Nya secara tak terbatas. Dengan demikian, seseorang dapat
mengalami kemanisan akan Tuhan.
Karena karunia kebijaksanaan ini memungkinkan
seseorang melihat dari kacamata Tuhan, maka orang ini dapat menimbang segala
sesuatunya dengan tepat, mempunyai perspektif yang jelas akan kehidupan,
melihat segala yang terjadi dalam kehidupan dengan baik tanpa adanya kepahitan,
dan dapat bersukacita di dalam penderitaan. Semua yang terjadi dilihat secara
jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. Karunia ini memungkinkan seseorang
menjalani kehidupan sehari-hari dengan pandangan terfokus kepada Tuhan. Karunia
ini membuat seseorang menjadi refleksi akan Kristus, seperti yang dituliskan
oleh Paulus “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak
berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh,
maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin
besar.” (1Kor 3:8).
Tuhan Yesus Memberkati, Amin.