Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Yohanes Calvin (10 Juli 1509 – 27
Mei 1564) adalah teolog Kristen Prancis
terkemuka pada masa Reformasi Protestan. Namanya kini dikenal dalam kaitan
dengan sistem teologi Kristen yang disebut Calvinisme. Ia dilahirkan dengan nama Jean
Chauvin (atau Cauvin) di Noyon, Picardie, Prancis, dari Gérard Cauvin
dan Jeanne Lefranc. Bahasa Prancis adalah bahasa
ibunya.Calvin berasal dari versi Latin namanya, Calvinus. Martin Luther memasang95 dalil pada 1517, ketika Calvin baru
berumur 8 tahun.
Daftar isi
|
1. Biografi
Calvin muda
Pada 1523, dalam usia 14
tahun, ayah Calvin, seorang pengacara, mengirimnya ke Universitas
Paris untuk
belajar humaniora dan hukum. Pada tahun 1532, ia telah menjadi
Doktor Hukum di Orléans. Terbitannya yang
pertama adalah sebuah edisi dari buku karya filsuf Romawi Seneca, De
clementia, yang diberikannya komentar yang mendalam.
Pada 1536 ia menetap di Jenewa, ketika ia
dihentikan dalam perjalannya keBasel, oleh bujukan
pribadi dari William Farel, seorang reformator. Ia menjadi
pendeta di Strasbourg dari 1538-1541, lalu kembali ke Jenewa. Ia tinggal di
sana hingga kematiannya pada 1564.
Yohanes Calvin
berniat menikah untuk menunjukkan sikap positifnya terhadap pernikahan daripada
kehidupan selibat. Ia meminta teman-temannya menolongnya mencarikan seorang
perempuan yang "sederhana, taat, tidak sombong, tidak boros, sabar, dan
bisa merawat kesehatan saya." Pada 1539 ia menikah
dengan Idelette de Bure, janda seseorang yang dulunya anggota Anabaptis di Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak
laki-laki dan perempuan dari almarhum suaminya. Namun hanya anak perempuannya
yang pindah bersamanya ke Jenewa. Pada 1542, suami-istri Calvin
mendapatkan seorang anak laki-laki yang dua minggu kemudian meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal pada 1549. Calvin menulis
bahwa istrinya telah banyak menolongnya dalam pelayanan gerejanya, tidak pernah
menghalangi, tidak pernah menyusahkannya dengan urusan anak-anaknya dan berjiwa
besar.
Calvin menerbitkan
beberapa revisi dari Institutio, sebuah karya yang
menjadi dasar dalam teologi Kristen yang masih dibaca hingga sekarang. Tulisan
ini dibuatnya dalam bahasa Latin pada 1536 (pada usia 26
tahun) dan kemudian dalam bahasa ibunya, bahasa Prancis, pada 1541, dan edisi finalnya
masing-masing muncul pada tahun 1559 dan 1560.
Ia juga banyak
menulis tafsiran tentang kitab-kitab di dalam Alkitab. UntukPerjanjian Lama, ia menerbitkan tafsiran tentang semua
kitab kecuali kitab-kitab sejarah setelah Kitab Yosua (meskipun ia
menerbitkan khotbah-khotbahnya berdasarkan Kitab 1 Samuel dan sastra Hikmat kecuali Mazmur. Untuk Perjanjian Baru, ia melewatkan Surat 2 Yohanes dan Surat 3 Yohanesserta Kitab Wahyu. (Sebagian orang mengatakan bahwa
Calvin mempertanyakan kanonisitas Kitab Wahyu,
tetapi ia mengutipnya dalam tulisan-tulisannya yang lain dan mengakui
otoritasnya, sehingga teori itu diragukan.) Tafsiran-tafsiran ini pun ternyata
tetap berharga bagi para peneliti Alkitab, dan setelah lebih dari 400 tahun
masih terus diterbitkan.
Dalam jilid ke-8 dari Sejarah
Gereja Kristen karya Philip Schaff, sang sejarahwan mengutip teolog Belanda Jacobus Arminius (Arminianisme, sebuah gerakan anti-Calvinis, dinamai
sesuai dengan nama Arminius), sehubungan dengan nilai tulisan-tulisan Calvin:
Selain
mempelajari Alkitab yang sangat saya anjurkan, saya mengimbau murid-murid saya
untuk memanfaatkan Tafsiran-tafsiran Calvin, yang saya puji jauh melebihi
Helmich (seorang tokoh gereja Belanda, 1551-1608); karena saya bahwa ia sungguh
tidak tertandingi dalam penafsiran Kitab Suci, dan bahwa tafsiran-tafsirannya
harus jauh lebih dihargai daripada semua yang telah diwariskan kepada kita oleh
khazanah para Bapak Gereja; sehingga saya
mengakui bahwa ia memiliki jauh dari kebanyakan orang lain, atau lebih
tepatnya, jauh melampaui semua orang, apa yang dapat disebut semangat nubuatyang menonjol. Institutio-nya
harus dipelajari setelah Katekismus Heidelberg, karena mengandung
penjelasan yang lebih lengkap, namun, seperti tulisan-tulisan semua orang, juga
mengandung prasangka.
Lukisan gravir dari lukisan minyak asli
di Perpustakaan Universitas Jeneva; lukisan ini dianggap paling mirip dengan
Calvin.
Sebagaimana praktik
Calvin di Jenewa, terbitan-terbitannya menyebarkan gagasan-gagasannya tentang
bagaimana Gereja Reformasi yang benar itu ke banyak bagian Eropa. Calvinisme menjadi sistem teologi dari
mayoritas Gereja Kristen di Skotlandia, Belanda, dan bagian-bagian
tertentu dariJerman dan berpengaruh
di Prancis, Hongaria (khususnya di Transilvania danPolandia.
Kebanyakan kolonis di
daerah Atlantik Tengah dan New England di Amerikaadalah Calvinis,
termasuk kaum Puritan dan para kolonis di New Amsterdam
(New York). Para kolonis Calvinis Belanda juga merupakan kolonis Eropa pertama
yang berhasil di Afrika Selatan pada awal abad
ke-17, dan menjadi apa yang dikenal sebagai orang Boer atau Afrikaner.
Sebagian besar
wilayah Sierra Leone dihuni oleh
para kolonis Calvinis dariNova Scotia, yang pada umumnya
adalah kaum loyalis kulit hitam, yaitu orang-orang kulit hitam yang berperang
untuk Britania Raya pada masaPerang Kemerdekaan
Amerika.
Sebagian dari
gereja-gereja Calvinis yang paling besar dimulai oleh paramisionaris abad ke-19 dan abad ke-20, khususnya di Indonesia, Korea danNigeria.
Sebuah aliran
pemikiran telah lama menganggap Calvinisme merupakan revolusi terhadap sikap
bermusuhan Abad Pertengahan terhadap riba, dan, secara tidak
langsung, keuntungan. Hal ini ikut mempersiapkan berkembangnya kapitalisme di Eropa utara. Hubungan ini
dikemukakan dalam karya-karya berpengaruh dari R.H. Tawney dan Max Weber.
Calvin mengungkapkan
pikirannya tentang riba dalam sebuah suratnya kepada seorang teman, Oecolampadius. Dalam surat ini, ia mengecam
penggunaan ayat-ayat Alkitab tertentu oleh orang-orang yang menentang
pemberlakuan bunga uang. Calvin menafsirkan kembali ayat-ayat tersebut dan
mengatakan bahwa ayat-ayat yang lainnya sudah tidak relevan lagi mengingat
kondisi-kondisi yang telah berubah.
Calvin juga menolak
argumen (yang didasarkan pada tulisan-tulisanAristoteles) bahwa mengambil
bunga uang adalah keliru, karena uang sendiri itu mandul. Ia mengatakan bahwa
dinding dan atap rumah pun mandul, tetapi orang diizinkan meminta bayaran dari
seseorang yang menggunakannya. Dalam cara yang sama, uang pun dapat
dimanfaatkan.
Namun demikian,
Calvin juga berkata bahwa uang harus dipinjamkan kepada orang-orang yang sangat
membutuhkannya, tanpa harus mengharapkan bunga.
Yohanes Calvin
Pada saat perang Ottoman, Yohanes Calvin sedang melakukan
perjalanan keStrasbourg dan melalui kanton-kanton di Swiss.
Ketika singgah di Jeneva,William Farel meminta Calvin agar menolongnya
dengan urusan gereja. Tentang permohonan Farel ini, Calvin menulis, "Saya
merasa seolah-olah Allah sendiri dari surga telah menyuruh saya untuk
menghentikan perjalanan saya." Bersama-sama Farel, Calvin berusaha
melembagakan sejumlah perubahan dalam pemerintahan kota dan kehidupan
keagamaan. Mereka menyusun sebuah buku katekismus dan pengakuan
iman; seluruh warga kota itu mereka wajibkan untuk mengakuinya. Dewan kota
menolak pengakuan iman Calvin dan Farel, dan pada Januari 1538 mereka mencabut
kekuasaan kedua orang ini untuk melakukan ekskomunikasi, sebuah kekuasaan yang mereka anggap
penting untuk pekerjaan mereka. Calvin dan Farel menjawabnya dengan
memberlakukan larangan umum kepada semua penduduk Jenewa untuk mengikuti Perjamuan Kudus pada kebaktianPaskah. Karena itu, dewan
kota pun mengusir mereka dari kota tersebut. Farel pergi ke Neuchâtel, dan
Calvin ke Strasbourg.
Selama tiga tahun
Calvin melayani sebagai seorang dosen dan pendeta sebuah gereja dari
orang-orang Huguenot Prancis di Strasbourg. Pada masa
pembuangannya itulah Calvin menikahi Idelette de Bure. Ia juga dipengaruhi oleh Martin Bucer, yang menganjurkan sebuah sistem
politik dan struktur gerejawi yang mengikuti pola Perjanjian Baru. Calvin tetap mengikuti
perkembangan-perkembangan di Jenewa, dan ketika Jacopo Sadoleto, seorang
kardinal Katolik, menulis sebuah surat terbuka kepada dewan kota yang isinya
mengajak Jenewa untuk kembali ke Gereja induk (GerejaKatolik Roma), jawaban Calvin atas nama kaum Protestan
Jenewa yang sedang mengalami berbagai serangan, menolongnya mendapatkan kembali
respek yang telah hilang sebelumnya. Setelah sejumlah pendukung Calvin
memenangkan jabatan di Dewan Kota Jenewa, ia diundang kembali ke kota itu pada
1541.
Sekembalinya ke sana,
berbekal wewenang untuk menyusun bentuk kelembagaan gereja, Calvin memulai
program pembaharuannya. Ia menetapkan empat kategori dalam pelayanan gereja,
dengan peranan dan kekuasaan yang berbeda-beda:
v
Doktor memegang
jabatan dalam ilmu teologi dan pengajaran untuk membangun umat dan melatih
orang-orang dalam jabatan-jabatan lain di gereja.
v
Pendeta yang bertugas
berkhotbah, melayankan sakramen, dan menjalankan disiplin gereja, mengajar, dan memperingatkan umat.
v
Diaken mengawasi
pekerjaan amal, termasuk pelayanan di rumah sakit dan program-program untuk
melawan kemiskinan.
v
Penatua yaitu 12 orang
awam yang tugasnya adalah melayani sebagai suatu polisi moral. Mereka umumnya
mengeluarkan surat-surat peringatan, serta bila perlu menyerahkan para
pelanggar ke Konsistori.
Para pengkritik
seringkali menganggap Konsistori sebagai lambing pemerintahan teokratis Calvin.
Konsistori adalah sebuah peradilan gerejawi yang terdiri atas sejumlah penatua
dan pendeat, yang diberikan kuasa untuk mempertahankan ketertiban di dalam
gereja dan di antara para anggotanya. Pelanggaran merentang dari menyebarkan
doktrin yang salah hingga pelanggaran moral, misalnya berdansa dengan liar dan
menyanyi dengan dengan buruk. Bentuk-bentuk penghukuman biasanya lunak --
pelanggar dapat disuruh menghadiri khotbah-khotbah yang disampaikan secara
terbuka atau kelas-kelas katekisasi. Perlu diingat
konteks geopolitik yang lebih luas dari lembaga ini sebelum kita menilainya.
Kaum Protestan pada abad ke-16 seringkali dikenai tuduhan oleh pihak Katolik
bahwa mereka menciptakan doktrin-doktrin baru dan bahwa inovasi seperti itu mau
tidak mau menyebabkan kemerosotan akhlak dan, pada akhirnya, kehancuran
masyarakat itu sendiri. Calvin mengklaim bahwa ia ingin menegakkan legitimasi
moral dari gereja yang diperbarui sesuai dengan programnya, namun juga
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat.
Dokumentasi yang baru-baru ini ditemukan mengenai jalannya Konsistori
memperlihatkan setidak-tidaknya perhatian terhadap kehidupan rumah tangga dan
kaum perempuan pada khususnya. Untuk pertama kalinya kaum laki-laki yang serong
dihukum sama kerasnya dengan kaum perempuan, dan Konsistori sama sekali tidak
memperlihatkan toleransi terhadap pemukulan atau penyiksaan terhadap pasangan
(khususnya istri). Peranan Konsistori ini kompleks. Badan ini membantu
mentransformasikan Jenewa menjadi kota yang digambarkan oleh reformator
Skotlandia John Knox sebagai "sekolah Kristus
yang paling sempurna yang pernah ada di muka bumi sejak zaman para Rasul."
Namun demikian,
tampaknya Calvin tidak bermaksud menggunakan Konsistori untuk mencapai
tujuan-tujuan politiknya dan untuk mempertahankan kontrolnya terhadap kehidupan
sipil dan keagamaan di Jenewa. Calvin bergerak dengan cepat untuk menjawab
pertanyaan apapun yang diajukan tentang tindakan-tindakannya. Kejadian yang
paling menonjol adalah kasus Pierre Ameaux dan Jacques Gruet. Calvin enggan
menahbiskan orang-orang Jenewa, karena ia lebih suka memilih pendeta dari arus
para imigran Prancis yang masuk ke kota itu dengan maksud semata-mata mendukung
program pembaruan Calvin. Ketika Pierre Ameaux mengeluh tentang praktik ini,
Calvin menganggapnya sebagai serangan terhadap kewibawaannya sebagai seorang
pendeta, dan ia membujuk dewan kota untuk memaksa Ameaux untuk berjalan
mengelilingi kota dengan berpakaian rambut dan memohon belas kasihan di
lapangan-lapangan terbuka. Jacques Gruet memihak dengan sejumlah keluarga
Jenewa lama, yang menentang kekuasaan dan metode-metode Konsistori. Ia
dipersalahkan dalam suatu insiden di mana seseorang menempatkan sebuah plakat
di salah satu gereja di kota itu, yang berbunyi: "Bila orang telah terlalu
banyak menderita, balas dendam pun akan dilakukan." Calvin menyetujui
bahwa Gruet disiksa sampai mati, dengan tuduhan bahwa ia telah bersekongkol
dengan sebuah komplotan Prancis untuk menyerang kota itu.
Pada 1553, dengan persetujuan
Calvin, Michael Servetus (Miguel de
Servetus) dijatuhi hukuman mati pada sebuah tiang atas tuduhan menyebarkan
ajaran sesat. Servetus dipandang banyak Unitarian sebagai salah seorang pendiri
agama mereka. Calvin sendiri meminta dewan - namun gagal - agar hukuman mati
itu diubah dari hukuman bakar dengan hukuman mati dengan pedang. Rincian
historis dapat ditemukan dalam Schaff [1]. Calvin tetap pada posisinya
hingga ia meninggal. Hukuman mati Servetus merupakan sebuah argumen utama yang
digunakan untuk menyerang Calvin sejak masa hidupnya hingga sekarang, meskipun
sejumlah sejarahwan percaya bahwa "Calvin hanya sial, dan bukannya
bersalah besar karena intoleransi di antara para Reformator. Ia dan Servetus
adalah orang-orang yang paling banyak diserang pada abad ke-16. Nama baik
Calvin telah dijelek-jelekkan, sementara Servetus telah terlalu jauh
dibersihkan dari kesalahan jauh melampaui titik tolak abad ke-16, bukan abad
ke-19." [2]. Pada 1559 Calvin
mendirikan sebuah sekolah untuk mendidik anak-anak serta rumah sakit untuk
merawat orang miskin.
Kesehatan Calvin
mulai memburuk ketika ia menderita sakit kepala,perdarahan paru-paru, asam urat dan batu ginjal. Kadang-kadang, ia harus digotong ke
mimbar. Calvin juga mengalami hal-hal yang mengalihkan perhatiannya. Menurut Beza [3], Calvin hanya makan
satu kali sehari selama satu dasawarsa, namun atas nasihat dokternya, ia makan
telur dan minum segelas anggur pada tengah hari [4],(meskipun ia seorang
yang keras menentang konsumsi alkohol yang berlebihan; lihat Tafsirannya
tentang Kejadian 9:20 [5]); rekreasinya hanya
terdiri dari jalan kaki setelah makan. Menjelang akhir hayatnya, Calvin berkata
kepada teman-temannya yang kuatir tentang kadar kerjanya sehari-hari,
"Apa? Apakah kalian ingin aku menganggur apabila Tuhan menemukan aku saat
Ia datang kembali kedua kalinya?"
Yohanes Calvin
meninggal di Jenewa pada 27 Mei 1564. Ia
dikuburkan diCimetière des Rois dengan sebuah batu nisan yang ditandai
semata-mata dengan inisialnya, "J.C", sebagian untuk menghormati
permintaannya agar ia dikuburkan di sebuah tempat yang tidak dikenal, tanpa
saksi ataupun upacara.
·
Tokoh
Calvin dalam komik Calvin and Hobbes karya Bill Watterson dinamai seturut nama Yohanes
Calvin. Hal ini konon mencerminkan tokoh cerita itu, seorang anak kecil lelaki,
yang percaya tentang predestinasi]] (sebagai pembenaran atas perilakunya),
sementara boneka harimaunya memiliki pandangan yang sama seperti pandangan Thomas Hobbes tentang hakikat manusia yang
suram.
·
Film Hardcore yang muncul tahun 1979 memuat diskusi
tentang ajaran Calvin tentang predestinasi dan teori TULIP, yang dijelaskan oleh tokohnya Jake
VanDorn (diperankan oleh George C. Scott) kepada Niki, seorang pelacur,
sementara ia berusaha mencari anak perempuannya yang melarikan diri di
California.
·
(en) Tafsiran Alkitab
Calvin
·
(en) Tulisan-tulisan lain dari Calvin dalam Christian
Classics Ethereal Library; termasuk khotbah-khotbahnya dalam bahasa Latin dan
Prancis, "Tentang Kehidupan Orang Kristen," dan "Tentang
Doa."
·
(en) History of the
Christian Church, Volume VIII: Modern Christianity. The Swiss Reformation. oleh Philip
Schaff
·
(en) Bainton, Roland (1974). Women of
the Reformation in England and France. Boston, MA: Beacon Press. ISBN 0-8070-5649-9.
·
(en) Robert M. Kingdon, "The
Geneva Consistory in the Time of Calvin," dalam Calvinism in
Europe 1540-1620, Andrew Pettegree et al., eds. Cambridge: Cambridge UP,
1994.
0 comments:
Post a Comment