Rabbi Simlai pada abad ketiga mencatat bahwa Musa menyampaikan 365
larangan dan 248 perintah. Daud dalam Mazmur 15 menyingkatnya
menjadi sebelas. Yesaya 33:14-15 meringkasnya menjadi enam. Mikha
6:8 menjadikannya tiga, dan Habakuk menyimpulkannya menjadi hanya
satu prinsip, yaitu "orang yang benar itu akan hidup oleh
percayanya" (2:4).
Firman itu datang tatkala Habakuk mencari Tuhan, menanti jawaban
atas pengaduannya (pasal 1). Tuhan menjawabnya dengan penglihatan,
suatu janji, tentang pembebasan dari penindasan bangsa Kasdim dan
kedatangan Mesias (pasal 2-3). Karena penglihatan itu masih menunggu
penggenapannya, ada orang yang mengabaikannya. Namun, orang benar
akan menantikannya dengan hidup oleh percayanya atau imannya.
Apakah iman itu? Mengapa iman dianggap sebagai esensi ketaatan kita
kepada Tuhan? Habakuk 2:4 dikutip tiga kali dalam Perjanjian Baru
(Roma 1:17; Galatia 3:11; Ibrani 10:38) untuk menegaskan doktrin
pembenaran oleh iman. Iman, menurut penulis kitab Ibrani, mengandung
dua sisi. Pertama, iman berjalan seiring dengan pengharapan.
Pangkalannya sama, yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah akan
melaksanakan segala sesuatu yang Dia janjikan dalam Kristus. Kedua,
iman memperlihatkan pada mata rohani kita perkara yang tak dapat
dilihat oleh mata jasmani. Iman menyambut dengan segenap hati bahwa
semua firman Tuhan itu kudus, adil, dan baik. Selanjutnya, iman
mendorong kita untuk menerapkan firman tersebut dengan segenap
tenaga. Apakah kita menantikan penggenapan janji firman Tuhan dan
hidup oleh iman? --ARS
SEBAGAIMANA PANCA INDRA BAGI TUBUH
DEMIKIANLAH IMAN BAGI JIWA
Habakuk 2:1-5
0 comments:
Post a Comment