Tindakan Yesus membereskan Bait Allah dan menghentikan segala
aktivitas komersial yang ada di dalamnya, tentu mengejutkan para
pejabat dan pekerja di Bait Allah. Karena itu para pemimpin agama
mempertanyakan otoritas yang membuat Yesus merasa berhak melakukan
semua tindakan itu. Pertanyaan mereka merupakan jebakan dan dapat
digunakan sebagai alat untuk mengajukan Yesus ke pengadilan agama.
Namun trik itu ditangkis Yesus dengan memberikan pertanyaan yang
dilematis bagi mereka.
Baptisan Yohanes merupakan sesuatu yang berbeda. Para imam memang
sering melakukan pekerjaan penyucian di bait suci. Namun Yohanes
bukan imam, tetapi ia membaptis orang di sungai atau di tempat di
mana ia bisa mendapatkan cukup air. Karena ini merupakan sesuatu
yang baru, pembaptisan Yohanes menimbulkan pertanyaan mengenai
otoritas apa yang membuat baptisan Yohanes sah. Jelas akan ada dua
pilihan, otoritas Allah atau manusia. Mereka kemudian sadar bahwa
jawaban mereka akan menjadi dilema, bagai makan buah simalakama.
Mereka tahu apa pun jawaban mereka, mereka akan terjebak. Karena
itu mereka memilih untuk menjawab, "Kami tidak tahu" (33). Meski
demikian, jawaban ini pun memperlihatkan ketidaktertarikan mereka
pada kebenaran.
Banyak juga orang Kristen masa kini yang meragukan otoritas Yesus.
Orang lebih yakin pada kemampuan teknologi atau kuasa manusia
daripada percaya otoritas Yesus. Banyak juga orang Kristen yang
beralih kepercayaan karena meragukan kuasa mutlak Yesus.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita yakin bahwa Yesus berotoritas
untuk menguatkan, menghibur, menolong, dan memulihkan kita?
Percayakah kita pada kuasa Yesus, yang sudah terbukti dapat
mengalahkan Iblis, menyembuhkan orang yang dirasuki Iblis,
menyembuhkan orang kusta, menyembuhkan orang lumpuh, mengampuni
dosa, meredakan angin ribut, memberi makan ribuan orang, dan
banyak lagi yang lain? Kiranya Tuhan meneguhkan iman kita.
Markus 11:27-33
pejabat dan pekerja di Bait Allah. Karena itu para pemimpin agama
mempertanyakan otoritas yang membuat Yesus merasa berhak melakukan
semua tindakan itu. Pertanyaan mereka merupakan jebakan dan dapat
digunakan sebagai alat untuk mengajukan Yesus ke pengadilan agama.
Namun trik itu ditangkis Yesus dengan memberikan pertanyaan yang
dilematis bagi mereka.
Baptisan Yohanes merupakan sesuatu yang berbeda. Para imam memang
sering melakukan pekerjaan penyucian di bait suci. Namun Yohanes
bukan imam, tetapi ia membaptis orang di sungai atau di tempat di
mana ia bisa mendapatkan cukup air. Karena ini merupakan sesuatu
yang baru, pembaptisan Yohanes menimbulkan pertanyaan mengenai
otoritas apa yang membuat baptisan Yohanes sah. Jelas akan ada dua
pilihan, otoritas Allah atau manusia. Mereka kemudian sadar bahwa
jawaban mereka akan menjadi dilema, bagai makan buah simalakama.
Mereka tahu apa pun jawaban mereka, mereka akan terjebak. Karena
itu mereka memilih untuk menjawab, "Kami tidak tahu" (33). Meski
demikian, jawaban ini pun memperlihatkan ketidaktertarikan mereka
pada kebenaran.
Banyak juga orang Kristen masa kini yang meragukan otoritas Yesus.
Orang lebih yakin pada kemampuan teknologi atau kuasa manusia
daripada percaya otoritas Yesus. Banyak juga orang Kristen yang
beralih kepercayaan karena meragukan kuasa mutlak Yesus.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita yakin bahwa Yesus berotoritas
untuk menguatkan, menghibur, menolong, dan memulihkan kita?
Percayakah kita pada kuasa Yesus, yang sudah terbukti dapat
mengalahkan Iblis, menyembuhkan orang yang dirasuki Iblis,
menyembuhkan orang kusta, menyembuhkan orang lumpuh, mengampuni
dosa, meredakan angin ribut, memberi makan ribuan orang, dan
banyak lagi yang lain? Kiranya Tuhan meneguhkan iman kita.
Markus 11:27-33
0 comments:
Post a Comment